Provokator dan Target Kericuhan 22 Mei

28 Mei 2019 7:14 WIB
Sejumlah massa Aksi 22 Mei terlibat kericuhan di depan gedung Bawaslu, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah massa Aksi 22 Mei terlibat kericuhan di depan gedung Bawaslu, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Polri terus menelusuri siapa dalang di balik kerusuhan 22 Mei. Selain itu, Polri juga terus menelusuri kepemilikan senjata api terkait aksi tersebut. Kemudian, Polisi berhasil menangkap 6 tersangka. Mereka ditangkap dalam waktu yang berbeda.
ADVERTISEMENT
"Ada 6 orang yang kami tangkap terkait kepemilikan senjata api," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal di gedung Kemenkopolhukam, Senin (27/5).
Iqbal mengatakan, kelompok ini merupakan kelompok yang berbeda dengan yang diungkap oleh Menkopolhukam Wiranto bersama dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian beberapa waktu lalu.
Berikut keenam tersangka yang ditangkap polisi terkait dengan upaya kericuhan saat 22 Mei 2019.
HK, warga Bogor. Perannya leader mencari senjata api sekaligus mencari eksekutor sekaligus eksekutor. Memimpin tim turun aksi 21 Mei. Dia ada pada saat 21 Mei membawa revolver jenis Taurus. HK menerima uang Ro 150 juta ditangkap Selasa (21/5) pukul 13.00 di lobi Hotel Megaria, Menteng, Jakarta Pusat.
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol M Iqbal dalam konferensi pers terkait kerusuhan pada Aksi 22 Mei. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
AZ, warga Ciputat Tangerang Selatan. Peran mencari eksekutor sekaligus eksekutor. Ditangkap Selasa (21/5) pukul 13.30 WIB di terminal 1 C Bandara Soekarno-Hatta.
ADVERTISEMENT
IF, Kebon Jeruk Jakarta Barat. Perannya eksekutor menerima uang Rp 5 juta. Ditangkap Selasa (21/5) 20.00 WIb di pos Peruri kantor Sekuriti KPBD Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
TJ, warga Cibinong. Peran sebagai eksekutor menguasai senpi rakitan mayer cal 22, senpi laras panjang mayer cal 22. Menerima uang Rp 55 juta. Ditangkap Jumat (24/5) 08.00 WIB di parkiran Indomaret Sentul, Citereup. TJ kita periksa urinnya positif methamphetamine dan amphetamine.
AD, warga Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara. Peran penjual 3 pucuk senpi. Satu rakitan jenis mayer, satu laras pajang, satu laras pendek ke HK. Menerima Rp 26,5 juta. Ditangkap Jumat (24/5) 08.00 WIB di daerah Swasembada. Dia juga positif amphetamine dan metamphetamine dan benzo.
Demonstran terlibat kericuhan saat menggelar Aksi 22 Mei di depan gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5). Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
AF alias Fifi (perempuan) warga Rajawali, Pancoran, Jakarta Selatan. Peran pemilik dan penjual senpi revolver taurus ke HK. Menerima Rp 50 juta. Ditangkap Jumat (24/5) di Bank BRI Thamrin.
ADVERTISEMENT
Ternyata, keenam tersangka ini diperintah untuk membunuh 4 tokoh nasional. M Iqbal menjelaskan, tersangka berinisial HK dan TJ pada 14 Maret 2019 mendapat arahan untuk membunuh dua tokoh nasional dan telah menerima uang senilai Rp 150 juta.
"Tersangka HK menerima uang Rp 150 juta dan TJ mendapat bagian uang Rp 25 juta dari seseorang yang sudah kami kantongi identitasnya. Dan tim sedang dalami," ungkap Iqbal.
"Di mana tersangka TJ disuruh membunuh dua orang tokoh nasional. Saya tidak sebutkan di publik (nama-namanya)," imbuhnya.
Selang satu bulan kemudian, pada 12 April 2019, Iqbal menuturkan HK kembali mendapat perintah untuk membunuh dua tokoh nasional lainnya.
"Tersangka HK mendapat perintah kembali untuk membunuh dua tokoh nasional lainnya. Jadi 4 (orang) target kelompok ini menghabisi nyawa tokoh nasional," kata Iqbal.
ADVERTISEMENT
Selain tokoh nasional, para peneliti khususnya pimpinan lembaga survei juga ikut menjadi sasaran.
"Sekitar April 2019, selain perencanaan membunuh target tokoh nasional, terdapat perintah lain melalui tersangka AZ untuk membunuh seorang pimpinan satu lembaga swasta, lembaga survei," ujar Iqbal.
Iqbal menilai, aksi dan kerusuhan ini didalangi oleh pihak yang sangat profesional. Hal ini terlihat dari perencanaan hingga menentukan target tokoh yang akan dibunuh ini sudah dibuat sejak Oktober 2018.
"Ada kelompok yang sengaja menunggangi aksi demo ini. Tadi ada kelompok teroris yang ingin menunggangi. Sutradara secanggih Hollywood pun tidak dapat merancang ini," ujar Iqbal.