Psikolog: Psikotes untuk Buat SIM Tak Efektif, Hasilnya untuk Apa?

20 Juni 2018 12:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi SIM C (Foto: Iqbal Dwiharianto)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi SIM C (Foto: Iqbal Dwiharianto)
ADVERTISEMENT
Mulai Senin (25/6) Ditlantas Polda Metro Jaya akan menambahkan tes psikologi dalam proses pembuatan dan perpanjangan SIM. Persyaratan tersebut berlaku bagi semua jenis SIM, mulai dari A, B, dan C.
ADVERTISEMENT
Terkait diberlakukannya tes tersebut, menurut psikolog forensik, Reza Indragiri, hasil psikotes tidak banyak berpengaruh terhadap potensi kecelakaan lalu lintas. Menurutnya, tes kepribadian terbagi menjadi dua, dan tes psikologi tidak teralu berpengaruh dalam kondisi nyata saat menyetir di jalan.
"Kepribadian bisa dipilah menjadi dua. Yang cenderung ajeg disebut trait. Yang lebih mudah berubah-ubah (dinamis) disebut state. Tes kepribadian menjadi dasar untuk pembuatan simpulan tentang kepribadian yang trait tadi. Yang state bagaimana? State sangat dipengaruhi oleh faktor situasi, sebagai respons terhadap perubahan keadaan lingkungan secara tiba-tiba," kata Reza kepada kumparan, Rabu (20/6).
Kondisi demikian menjadikan situasi mengemudi yang dinamis menjadi faktor yang sulit ditebak karena situasinya berubah-ubah. "Apalagi di Indonesia yang lalinnya ruwet," ungkap Reza.
ADVERTISEMENT
Reza Indragiri. (Foto: dok. RSPN)
zoom-in-whitePerbesar
Reza Indragiri. (Foto: dok. RSPN)
Sehingga kondisi psikologi pengemudi di lapangan tidak bisa hanya diukur dari sebuah tes. Menurut Reza, tes psikologi tidak terlalu banyak dapat mendeteksi kondisi dinamis saat mengemudi.
"Contohnya misal saya orang yang relatif tenang saat mengemudi. Tapi begitu mendengar raungan sirene mobil/motor patwal pejabat, apalagi pakai klakson cemprengnya, plus memakai pengeras suara untuk menyuruh pengemudi agar menepi, saya bisa senewen dengan mudah. Semakin senewen membayangkan penumpang (pejabat) yang duduk di dalamnya," ungkap Reza.
Dengan demikian, lanjut Reza, penerapan tes psikologi dapat menimbulkan pertanyaan ketika ada kasus pengemudi yang memiliki hasil psikotes yang baik namun terlibat dalam kecelakaan berat. "So what? hasil psikotesnya mau dirujuk untuk apa?" imbuh Reza.
Menurutnya, faktor yang harus diperkuat dibading diberlakukannya tes psikologi adalah dari segi reward dan punishment yang kuat dan ajeg.
ADVERTISEMENT
"Jangan terlalu memelototi sisi dalam manusia atau pengemudi," pungkasnya.