PT IMIP: Porsi Makanan bagi TKA asal China dan Pekerja Lokal Sama Saja
ADVERTISEMENT
Ada kabar tak sedap yang menyebut PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) -- perusahaan yang mengelola kawasan industri berbasis nikel di Morowali -- membeda-bedakan porsi makanan antara tenaga kerja lokal dan pekerja asal China. Terkait isu itu, CEO PT IMIP Alexander Barus membantah tudingan tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Alex, porsi makan untuk tenaga kerja asing (TKA) dan pekerja lokal sama. Setiap orang mendapatkan jatah makan seharga Rp 18.000 untuk sekali makan. Meski terbilang sama secara nominal, Alex mengakui menu keduanya berbeda. Hal ini karena para TKA memakan daging babi.
“Bagaimana kesejahteraan karyawan? Yang pasti biaya per porsi untuk makan mereka itu sama Rp 18.000 per kepala per makan. Dia India, China, sama. Hanya menu china ini beda oleh sebab itu dapur mereka dipisahkan,” kata Alex di kantor PT IMIP, Morowali, Sulawesi Tengah, Senin (6/8).
Terkait kualitas makanan, Alex menjamin semua makanan higenis. Hanya saja perusahaannya kerap kesulitan mendapatkan bahan makanan untuk disajikan. Akibatnya menu yang ada hampir selalu sama.
ADVERTISEMENT
“Makanan juga sama. Cuma persoalannaya ada standar gizi. Di sini bahan makanan sulit. Karena di sini karyawan kita yang indonesia sudah 26.000 orang,” kata Alex.
Oleh karena itu Alex meminta kepada masyarakat sekitar untuk bisa membantu menyediakan bahan makanan. Bukan hanya bahan makanan tetapi kegiatan ekonomi lainnya seperti jasa menjahit, dan lain-lain. Dengan begitu ekonomi di sekitar IMIP bisa berkembang.
“Maka itu kita minta kerjasama masyarakat untuk bantu kita. Karena ini industri besar,” kata Alex.
Awal Mei kemarin, kumparan sempat menelusuri jejak pekerja asal China di perushaan tersebut. Kami bertemu dengan seorang pekerja bernama Zul (nama samaran) yang mengeluhkan makanan yang disajikan PT IMIP. Menurutnya ada perbedaan menu maupun rasa antara makanan untuk TKA dan TKI.
ADVERTISEMENT
“(Memang) mayoritas Muslim jadi dikhususkan biar tidak tercampur. Tapi, untuk kantin yang lokal itu kondisinya seadanya sekali. Makanannya pun seperti dimasak sekadarnya, nasi, sayur tawar dan hambar. Sedangkan kantin mereka itu kalau dilihat kondisinya bagus sekali,” keluh Zul, pemuda asal Konawe, Sulawesi Tenggara.