Puan: Indonesia Diancam Perilaku Intoleran dan Politik Identitas

5 September 2019 12:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordintor Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani menerima pin tanda alumni kehormatan dari Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Jakarta, Kamis (5/9). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordintor Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani menerima pin tanda alumni kehormatan dari Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Jakarta, Kamis (5/9). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator PMK, Puan Maharani, berbicara mengenai ancaman yang mengusik persatuan Indonesia. Ia menyebut ancaman itu berasal dari perilaku intoleran, politik identitas, hingga menentang penghormatan terhadap lambang negara.
ADVERTISEMENT
"Kini kita berhadapan dengan ancaman yang berasal dari perilaku intoleran dan politik identitas yang sektarian, yang menentang penghormatan pada lambang negara, keinsafan akan Pancasila sebagai dasar hidup bangsa, serta apresiasi terhadap keanekaragaman budaya bangsa," kata Puan di Lemhanas, Jakarta Pusat, Kamis (5/9).
Perilaku seperti itu, kata Puan, menjadi ancaman serius bagi eksistensi persatuan Indonesia. Sebab hal-hal tersebut tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, bahkan harus berjalan berdampingan demi terciptanya kerukunan antarmasyarakat.
Menteri Koordintor Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani menerima pin tanda alumni kehormatan dari Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Jakarta, Kamis (5/9). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
"Akhir-akhir ini juga Pancasila dan keislaman seperti dipertentangkan. Padahal Pancasila yang di dalamnya mengandung unsur-unusr keislaman, dan kebangsaan adalah laksana dua rel kereta api yang jika keduanya berdampingan dengan kokoh akan dapat menghantarkan NKRI dengan segenap rakyatnya yang majemuk," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Baik dari aspek suku, agama, ras, etnis, dan antargolongan sampai pada tujuannya, yaitu suatu tatanan masyarakat adil dan makmur serta bahagia lahir batin melalui pembangunan spiritual dan material secara seimbang," tuturnya.
Puan berpendapat interaksi antarbudaya dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi ancaman tersebut. Ia menilai eksklusifisme antarkelompok budaya harus segera dihapus.
Menteri Koordintor Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani (kanan) menerima pin tanda alumni kehormatan dari Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Jakarta, Kamis (5/9). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
"Inklusivitas dan keterbukaan pikiran adalah prasyarat bagi gotong royong. Dengan membangun budaya inklusif dan terbuka, maka akan terbentuk pula kepribadian nasional kita yakni gotong royong," ujarnya.
Menurut Puan, gotong royong sangat diperlukan untuk memperkuat rasa cinta tanah air, sekaligus mengingatkan masyarakat bahwa Indonesia dipersatukan oleh Pancasila.
"Dengan rasa cinta tanah air yang kuat, maka kita akan berasatu dalam menjaga, mempertahankan geopolitik nasional dan kepentingan nasional Indonesia di segala bidang, religi, ekonomi, sosial, politik, dan budaya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT