news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Puluhan Anak Punk "Mentato" Hatinya dengan Kalimat Lailahailallah

10 Mei 2019 9:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sepatu anak punk. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sepatu anak punk. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Tato dan telinga bekas piercing tampak di sekujur tubuh mereka. Beberapa masih anak-anak, remaja, hingga ada yang hamil muda. Mereka adalah anak punk yang kebanyakan mangkal di bilangan Tebet, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Berkumpul di kolong jembatan depan Stasiun Tebet, tampak beberapa anak punk membawa gitar. Mereka bukan mau mengamen, melainkan mau mengaji. Usut punya usut, mereka berkumpul atas komando Tasawuf Underground, komunitas keagamaan yang menyasar anak punk.
Lokasi kegiatan Tasawuf Underground di kawasan Tebet. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Anak punk yang tergabung dengan Tasawuf Underground saat belajar mengaji. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Dengan menggelar tikar seadanya, Tasawuf Underground berkumpul mendengungkan ceramah agama pada anak-anak punk, di bawah kolong jembatan.
"Konsepnya di sini itu kita semua berkawan, kawan yang mau membantu teman-teman (punk) ini mengaji," kata Halim Ambiya, penggagas kegiatan anak punk mengaji dari Tasawuf Underground, saat membuka pengajian tersebut pada Jumat.
Enggak seperti mengaji di Tempat Pendidikan Al Quran yang melulu belajar bacaan Al Quran, tapi anak-anak punk ini juga diberi motivasi soal kehidupan.
"Jadi anak-anak enggak hanya ngaji iqro, tapi juga ngaji hidup, ngaji pengalaman, ngaji tentang mimpi-mimpi yang selama ini kalian sembunyikan supaya bisa terbuka," ujar Halim kepada anak-anak punk.
Suasana kegiatan Tasawuf Underground yang memberikan motivasi soal kehidupan dan mengajari ngaji untuk komunitas anak punk. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Anak punk mendengarkan motivasi di komunitas Tasawuf Underground. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Dalam misinya, komunitas Tasawuf Underground ini juga bakal memfasilitasi pendidikan kepada anak-anak punk. Tujuannya agar anak-anak punk memiliki skill untuk bertahan hidup dan beralih dari kehidupan jalanan.
ADVERTISEMENT
Sembari mengangguk-angguk, sejumlah anak punk yang bertato ini pun curhat soal kekhawatiran bahwa tato di tubuhnya bakal menjadikan mereka tak patut berhijrah (berpindah) ke ajaran yang lebih baik.
Tangan anak punk yang penuh tato. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Ustad Halim Ambiya saat memberikan motivasi di komunitas Tasawuf Underground. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Achil (28), pemuda punk penuh tato di sekujur tubuhnya memilih jalan hijrah dengan bergabung di komunitas Tasawuf Underground. Achil merupakan satu dari puluhan anak punk jalanan di Tebet yang kerap dicap sebagai salah satu masalah sosial. Melawan norma sosial, sekujur tubuhnya dipenuhi rajam tato, baju kucel, dan beranting menjadi ciri khas mereka.
Sambil menghela nafas dalam-dalam, Achil sadar bahwa suatu kewajaran apabila sebagian masyarakat masih memandang rendah anak-anak berpenampilan urakan. Namun, kehidupannya mulai berubah sejak mengenal Halim Ambiya sejak awal 2019. Halim mengenalkan puluhan anak-anak jalanan untuk kembali belajar mengenal agama dan kehidupan yang lebih baik.
Sejumlah anak punk usai mengambil air wudhu. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Sejumlah anak punk menjalani ibadah sholat. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Halim menambahkan bahwa saat ini anak punk tak perlu risau dengan tatonya saat mengaji. Menurutnya kegiatan yang dilakukan saat ini pun adalah proses ‘mentato’.
ADVERTISEMENT
"Jadi sekarang saatnya bukan mentato tubuh, tapi mentato hati dengan kalimat lailahailallah (tiada tuhan selain Allah)," pungkas Halim.
Komunitas Tasawuf Underground ini telah ada sejak tujuh tahun yang lalu, namun baru berjalan di kolong jembatan Tebet pada akhir 2018. Mereka rutin belajar agama seperti membaca Iqra maupun kajian-kajian religi lainnya.
Halim Ambiya, pendiri Tasawuf Underground, yang membimbing mereka melafalkan huruf Hijaiyah meski terbata-bata. Halim menceritakan, gerakan Tasawuf Underground berawal dari kekhawatirannya terhadap anak-anak Punk jalanan.
Aksesoris yang melekat pada diri mereka selalu dikaitkan sebagai citra buruk oleh sebagian kalangan masyarakat. Ia meyakini setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama, baik di tataran sosial maupun hubungan bersama Tuhannya.
Sejumlah anak punk yang tergabung dengan Tasawuf Underground saat menjalani ibadah sholat. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Sejumlah anak punk usai menjalani sholat. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Gitar milik salah satu anak punk yang ditempeli sejumlah stiker bertuliskan 'punk muslim'. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT