PWNU Jatim Minta Warga Nahdliyin Tak Golput di Pemilu 2019

24 Maret 2019 1:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana peringatan hari lahir ke-96 Nahdlatul Ulama di kantor PWNU Jatim, Jalan Masjid Al-Akbar Timur, Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana peringatan hari lahir ke-96 Nahdlatul Ulama di kantor PWNU Jatim, Jalan Masjid Al-Akbar Timur, Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
ADVERTISEMENT
PWNU Jatim menggelar peringatan Harlah Nahdlatul Ulama (NU) Ke-96 dengan tajuk 'NU Bersatu Membangun Negeri' di kantor PWNU Jatim, Jalan Masjid Al Akbar Surabaya, Sabtu (23/3).
ADVERTISEMENT
Acara itu dihadiri ribuan warga NU atau Nahdliyin dan sejumlah alim-ulama NU seperti Rais Syuriah PWNU Jatim, KH. Anwar Manshur, dan ketua PWNU Jatim, KH. Marzuki Mustamar, serta sejumlah pengasuh pondok pesantren Jatim lainnya. Turut hadir Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Anwar Manshur memberi pesan kepada ribuan warga NU untuk tidak golput pada Pemilu 2019. Pasalnya, pemilu adalah penentu masa depan bangsa dalam lima tahun ke depan.
"Jangan ada yang golput, golput itu bukan sifat modern, tapi sikap tidak peduli bangsa dan negara," kata Kiai Anwar.
Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar (tengah) saat memaparkan makna Harlah ke-96 bagi Nahdlatul Ulama. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Selain itu, Kiai Anwar juga berpesan agar warga Nahdliyin tetap menjaga kedamaian saat Pemilu 2019 digelar pada 17 April mendatang.
ADVERTISEMENT
"Jaga kedamaian dan ketenteraman di daerah masing-masing, jangan mudah terpancing, karena pilpres dan pileg itu cuma 5 tahun. Tapi keselamatan Indonesia itu selamanya. Jangan sampai hanya (karena) pilpres dan pileg, pertaruhannya adalah bangsa Indonesia. Beda pemilihan ya monggo," ujarnya.
"Karena kebutuhan kita bukan hanya lima tahun tapi selama-selamanya," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua PWNU Marzuki Mustamar berharap, di usia NU ke-96, Indonesia semakin makmur dan damai. Pasalnya, dia melihat saat ini banyak konflik antar masyarakat lantaran pemilu dan paham radikalisme.
"Indonesia semakin sejuk semakin damai semakin bersatu dengan berbagai makna," kata Kiai Marzuki.
Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar (tengah) saat memaparkan makna Harlah ke-96 bagi Nahdlatul Ulama. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Kiai Marzuki juga menambahkan, warga NU bisa terus eksis mewarnai Islam di Indonesia dengan wajah yang ramah, damai dan toleran dalam segala bidang tanpa menghilangkan nilai-nilai positif lokalitas seperti pada zaman Walisongo.
ADVERTISEMENT
"Karena zaman Walisongo Islam yang dibawa ke Indonesia itu Islam ramah, lingkungan ramah budaya, rahmatan lil alamin, habluminallah-nya seorang muslim yang dibawa Walisongo tidak merusak habluminannas-nya. Begitulah, habluminannas-nya (juga) tidak merusak habluminallah," harapnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak mengatakan, radikalisme bukan hanya menjadi permasalahan NU. Namun, juga menjadi permasalahan bangsa Indonesia. Menurut Emil, Pemprov Jatim bakal mendampingi NU untuk menjadi garda terdepan memerangi radikalisme.
"Kalau NU mau di garda terdepan maka kami siap menyokong NU di garda depan. Yang terindikasi mulai melakukan hal-hal (radikalisme), misalnya dunia pendidikan, di sekolah-sekolah yang dianggap berpotensi (radikalisme) dan melanggar, monggo (silakan) diberikan informasi agar kita dilindungi, agar Jatim tetap guyub dan rukun," ujar Emil.
ADVERTISEMENT
Suasana peringatan hari lahir ke-96 Nahdlatul Ulama di kantor PWNU Jatim, Jalan Masjid Al-Akbar Timur, Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Dalam kegiatan harlah itu, juga diselenggarakan doa dan istighosah bersama, salawat ishari serta diramaikan pula dengan acara 'Tingkeb Akbar' dengan 165 orang ibu hamil.
Ketua panitia Reza Ahmad Zahid mengatakan, acara 'Tingkeb Akbar' ini baru pertama kali digelar dalam Harlah NU. Menurut Reza, kegiatan 'Tingkeb' ini untuk melestarikan budaya yang kian tergerus zaman.
"Kegiatan ini adalah membaca Surat Maryam dan Surat Yusuf. (Peserta) ada yang (hamil) sembilan bulan. Ada yang termuda (hamil) enam minggu," kata Reza di lokasi.