Mochamad James Falahuddin, Pendiri Aplikasi Ayo Jaga TPS

Q&A AyoJagaTPS: dari Cara Penghitungan Suara hingga Serangan Hacker

27 April 2019 17:00 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mochamad James Falahuddin, Pendiri Aplikasi Ayo Jaga TPS. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mochamad James Falahuddin, Pendiri Aplikasi Ayo Jaga TPS. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno yakin dengan hasil penghitungan suara yang dilakukan platform AyoJagaTPS. Platform ini menampilkan scan C1 yang diperoleh dari para pengguna mereka.
ADVERTISEMENT
Hasil sementara hingga Sabtu (27/4), AyoJagaTPS menampilkan pasangan Prabowo-Sandi unggul jauh dibanding Jokowi-Ma’ruf. Pasangan nomor urut 02 itu memperoleh suara 62,91 persen sedangkan nomor urut 01 sebanyak 37,09 persen.
Untuk mengetahui lebih lengkap tentang penghitungan yang dilakukan AyoJagaTPS, kumparan berbincang dengan penggagas platform ini, Mochammad James Falahudin. James yang mengaku sudah lebih dari 20 tahun berkecimpung di dunia IT ini murni mengandalkan data scan C1 dari para pengguna yang menginstal AyoJagaTPS. Dia tidak mengambil data scan C1 dari KPU, tidak juga menempatkan relawan di TPS.
Bagaimana mekanisme kerjanya AyoJagaTPS?
Untuk dapat mengirimkan scan C1, pengguna harus download aplikasi AyoJagaTPS di Playstore lalu memasukkan nomor HP, email, dan Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau KTP untuk login. Nomor KTP ini yang digunakan untuk men-track di TPS mana pengguna tersebut terdaftar.
ADVERTISEMENT
KPU kan punya data DPT publik, nah itu kita jadikan dasar referensi. Jadi begitu mendaftar dengan NIK tertentu dia langsung dialokasikan ke TPS tempat dia terdaftar. Dan begitu di situ dia akan langsung lock, hanya bisa melaporkan data dari tempat TPS dia terdaftar. Enggak bisa mendaftarkan dari TPS sebelahnya. Jadi kita pastikan benar-benar, kita membuktikannya, kita perlu foto KTP-nya untuk membuktikan bahwa, oke NIK yang dia submit ini benar dan sesuai.
Kenapa kita perlu email dan nomor handphone ya kita butuh untuk verifikasi. Satu nomor handphone hanya untuk satu, makanya kita jamin benar data dari ujungnya sudah valid. Walaupun kita tidak bisa menjamin ya, itu kan ada 2, ada foto C1-nya plus angka yang dimasukkan, plus entri manual paslon 1 paslon 2, data suara sah, dan suara tidak sah. Ya kita melihat yang memang entah sengaja atau tidak, ada yang angkanya diperbesar lah, ada yang dikurangi lah.
Situs Ayo Jaga TPS. Foto: kumparan
Bagaimana dengan validasinya?
ADVERTISEMENT
Kan satu TPS bisa jadi lebih dari satu orang. Tapi kita lumayan ketat, kita bikin kalau ada lebih dari satu yang melaporkan ke TPS tapi angkanya ada yang berbeda satu aja, itu kita buang. Misalnya yang satu ngelaporin 105, yang satu 107, itu kita buang. Karena enggak worthed buat kita untuk verifikasi lebih lanjut, terlalu rumit lah.
Sekarang sudah berapa suara yang masuk?
Kalau tadi pagi (Kamis, 25/4) 7,5 juta suara dari 37 ribu TPS. Biasanya kita ngeceknya malam.
kumparan mengecek di platform AyoJagaTPS, hingga Sabtu (27/4) data yang masuk masih sama. Sebagai perbandingan, data di Situng KPU yang masuk sudah sekitar 63 juta suara dari 336.307 TPS .
ADVERTISEMENT
Mau dibuka sampai kapan? Atau ada target berapa TPS?
Kita enggak punya target. Kita kan benar-benar platform crowdsource kan. Buat kita sih selama ada data yang masuk akan kita proses dan kita publikasikan. Itu kewajiban kita kepada mereka yang sudah mengirim datanya.
Kemarin sudah banyak kan, nah mungkin phase-nya akan semakin turun, ya kita lihat aja nanti ke depan. Kalau memang beberapa hari sudah slowing down ya kita akan bikin pengumuman selesai. Kita akan declare bahwa inilah hasil maksimum. Ini hasilnya, datanya seperti itu, silakan ditafsirkan masing-masing.
Tapi yang jelas kalau untuk seluruh TPS enggak mungkin, karena kita kan yang download 550 ribu, TPS 813 ribu. Kalau misalnya KawalPemilu sampai 300 ribu ya dia kan sumber datanya KPU, beda.
Mochamad James Falahuddin, Pendiri Aplikasi Ayo Jaga TPS. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Kira-kira penambahan datanya akan signifikan enggak?
ADVERTISEMENT
Unpredictable sih, tapi yang jelas kita punya back lock (scan C1 yang sudah masuk tapi belum diverifikasi) yang masih banyak. Jadi yang sudah kita publish ini dari 37 ribu TPS, tapi kita punya back lock yang masih harus diproses masih ada sekitar ya 20 ribu something lah.
20 ribu itu bisa berapa yang valid? Atau enggak bisa diprediksi juga?
Enggak bisa. Ya kita jamin data yang kita keluarkan itu cukup tinggi lah kualitasnya. Kebetulan kemarin kan ada yang bikin aplikasi, dia bikin tools untuk membandingkan perbedaan antara data yang dimunculkan oleh aplikasi AyoJagaTPS, KawalPemilu, KawalPilpres, dengan data C1 yang di-publish oleh KPU. Memang kalau dari sisi perbedaan yang paling sedikit KawalPemilu karena dia menjadikan C1 KPU sebagai bahan utamanya. Kawalpemilu kan hanya mempercepat proses penghitungan.
ADVERTISEMENT
Data kita memang, dari 7,5 juta yang kita publish ada sekitar 20 ribu yang berbeda dengan KPU. Jadi validitas data kita 99,97 persen, jadi hanya 0,03 dengan platform KPU. Ya untuk sebuah platform crowdsource itu sudah luar biasa. Dan kita juga tidak exspect 100 (persen) kan, karena ya itu tadi ada yang lolos ada C1-nya, dia juga unique, tapi ternyata angkanya diubah misalnya.
Kalau pemungutan suara ulang bisa masuk enggak datanya?
Nah, terus terang aplikasi kami belum didesaian untuk itu.
Petugas KPPS sedang melakukan pencatatan dari hasil penghitungan surat suara. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Kenapa enggak sekalian bikin quick count?
Karena saya bukan orang stastistik, simpel aja.
Jadi kita bukan orang yang ambil sampel. Kita ini platform di mana orang ngirim data ke kita secara sukarela. kalau quick count kan ditentukan nih persebarannya, nah kalau kita karena kita bukan itu, ya kita tidak melakukan itu. Kirim, sudah kita jumlahkan.
ADVERTISEMENT
Jadi enggak bisa jadi gambaran pemilih se-Indonesia dong?
Ini kan bisa dilihat Papua segini, Sumatera segini. Ya seperti ini, ini fakta yang kita berikan ke publik.
BPN termasuk Sandi percaya banget sama AyoJagaTPS. Bagaimana mempertanggungjawabkan kepercayaan dari mereka?
Sebenarnya saya enggak mau mikirin.
Ada afiliasi dengan mereka?
Saya berterima kasih dengan mereka yang percaya dengan kita. Dan ada relawan Sandi memberikan ke kita 15.000 C1-nya. Ya kita berterima kasih. Tapi maksud saya, kita tidak mau jadi tumpuan. Ya kita berjalan biasa aja karena ini ya platform terbuka.
Tapi saya selalu bilang, saya bukan part dari BPN dan bukan part dari timses 02.
Waktu itu memang sudah 60 persenan suara Prabowo-Sandi?
ADVERTISEMENT
Kita kan berbarengan dengan quick count. Waktu itu sudah masuk sekitar 500 ribu suara. Sudah 59 persen, hampir 60 persen untuk yang nomor 02. Dengan segitu pun kita sudah segitu (angka untuk Prabowo-Sandi). Besoknya juga masih stabil di angka itu, paling turun nol koma sekian, naik lagi. Paling di 62,5-62,8 lah pergerakannya di situ.
Kalau ternyata hasil penghitungan AyoJagaTPS beda jauh dengan penghitungan KPU gimana?
Enggak masalah, silakan aja ngecek punya kita. Memang data yang paling ujung kita enggak ubah, memang begitu adanya.
Relawan Sandi ngasih C1, kalau dari pihak 01 gimana?
ADVERTISEMENT
Komunikasi kita dengan TKN ya pas saat talkshow di CityWalk ketemu Bang Masinton (Masinton Pasaribu, jubir TKN Jokowi-Ma'ruf), hari Minggu (13/4) sebelum hari H. Ya sebetulnya semakin banyak yang ngasih ke kita ya akan semakin bagus. Sepertinya saya dipersepsikan sebagai bagian dari 02.
AyoJagaTPS menggelar talkshow bertajuk 'AyoJagaTPS untuk Pemilu Damai' di Citywalk, Jakarta Pusat, pada Minggu (13/4) yang juga dihadiri perwakilan BPN dan TKN.
Kenapa begitu?
Mungkin lihat status saya di Facebook sebelum ini, foto-foto saya di 212. Kan foto saya pernah viral di 212 karena bisa bikin foto pakai drone subuh-subuh waktu itu.
Dan memang secara pribadi ke 02?
Ya seperti itu, ya dari 212 sudah jelas ke sana kan? haha. Dan saya tidak berusaha menyembunyikan itu. Saya tidak bilang saya netral enggak, tapi ini platform ini tidak berkampanye untuk 02.
ADVERTISEMENT
Harusnya teman-teman 01 kalau ingin kita hasilnya enggak (condong ke 02), ya tolong dong diisi aplikasi kita. Kan mereka sempat bilang, ada indikasi ke 02 ini karena datanya diambil di basisnya 02 kan. Ya dengan diisi kan dia normal sendiri.
Jangan kita dituduh, padahal kan kita enggak melakukan proses apapun. Kita bukan kayak quick count yang ngatur sampling. Kita dibantu dong isi data ini.
Aksi 212 di Monas. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Ini kan enggak murah, sumber dananya dari mana?
Saweran. Ya kan saya sudah 15 tahun pengusaha, saya bukan orang susah-susah amat lah. Tapi misalnya untuk publikasi, ada aja teman yang bantu.
Kemarin website Jurdil diblokir Kominfo. Anda khawatir enggak?
Terus terang kita sempat kaget dan kita bertanya-tanya apa alasannya. Itu kan C1 data publik, apa masalahnya kalau kita hitung sendiri. Kita juga bingung sebenarnya kenapa Jurdil kok kena. Kita juga sempat prepare waktu itu. Ya kalau memang ini enggak boleh ya kita nurut. Tapi memang ada pihak yang tidak suka dengan hasil ini.
ADVERTISEMENT
Enggak sukanya gimana? Ada serangan masuk?
Total selama seminggu dari Senin (14/4) tengah malam sampai Sabtu (20/4) pagi total 840 juta serangan. Sumbernya dari 20 negara tapi kemudian karena begitu hari pertama itu sesudah kita pingsan kemudian hidup lagi, akhirnya kita tutup nih traffic dari luar negeri supaya mengurangi. Begitu yang luar negeri kita tutup, bangunlah yang dari dalam negeri. sehingga total selama 5 hari, serangan Indonesia sepertiganya. Dari 840 juta, 280 juta (serangan) dari dalam negeri.
Saya juga di-bully secara personal. Akun twitter @bukandigembok, ada upaya mendelegitimasi data saya. Jadi setiap saya memulai bikin aplikasi ini somehow udah ada yang (nyerang).
Kenapa tidak blokir saja?
Ini sudah saya laporin ke Polda Metro.
ADVERTISEMENT
Sudah diproses?
Ya baru lapor. karena dekat dengan pemilu ya mereka bilang, sabar aja.
Mau melanjutkan pelaporan nantinya?
Kalau yang menyangkut pribadi saya tetap lanjutkan. Karena itu kelewatan lah kalau bawa-bawa keluarga.
Kalau yang nge-hack?
Ya nanti kita lihat lah apakah ini worthed enggak. Soalnya kan ya walaupun kita punya data seperti itu, ya kita juga bisa berhitung lah. Kita bisa mengira-ngira siapa yang (melakukan ini), kita juga kira-kira lah respons kita seperti apa, karena memang skalanya besar.
Serangan ini berubah-ubah. Pas di awal serangan diupayakan supaya kita gagal launch, gagal manggung di hari H, terus gagal publish data. Tapi ternyata kita bisa melewati semua itu, kita tetap publish data. Mendelegitimasi data ini, gimana caranya ya personal saya yang diserang. Itu ya, kebetulan saya enggak ngerti tapi saya berharap saya bisa mengira-ngira lah. Dia bisa sampai tahu istri saya siapa, kerja di mana, berarti kan mereka cukup punya resources.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten