news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

QnA: Mengapa Negara-negara Barat Usir Diplomat Rusia?

27 Maret 2018 14:02 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vladimir Putin di Pemilu Rusia (Foto: POOL/REUTEURS)
zoom-in-whitePerbesar
Vladimir Putin di Pemilu Rusia (Foto: POOL/REUTEURS)
ADVERTISEMENT
Rusia tengah terlibat ketegangan diplomatik dengan negara-negara Barat, terutama Inggris. Akibat ketegangan ini, sekitar 114 diplomat Rusia diusir dari Eropa, Amerika, hingga Australia.
ADVERTISEMENT
Pekan ini diawali oleh pengusiran 60 diplomat Rusia dari Amerika Serikat dan penutupan Konsulat Rusia di Seattle. Seperti Inggris dan negara-negara lainnya yang melakukan pengusiran, AS menuding para diplomat itu sebenarnya adalah mata-mata Rusia.
Kok bisa diusir, bagaimana awal ceritanya?
Ketegangan antarnegara ini dimulai dengan ditemukannya mantan agen intelijen Rusia, Sergei Skripal, dan putrinya, Yulia, dalam keadaan tidak sadarkan diri di bangku sebuah mal di kota Salisbury, Inggris, pada 4 Maret lalu.
Keduanya langsung dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan kritis. Yulia yang masih berkewarganegaraan Rusia saat itu tengah mengunjungi ayahnya, Skripal, yang kini jadi warga negara Inggris setelah kasus pengkhianatan negara yang menerpanya.
Perdana Menteri Inggris Theresa May pekan ini mengatakan keduanya masih dalam keadaan kritis dan belum akan membaik dalam waktu dekat.
Sergei Skripal. (Foto: AFP/Kommersant Photo/Yuri Senatorov)
zoom-in-whitePerbesar
Sergei Skripal. (Foto: AFP/Kommersant Photo/Yuri Senatorov)
Dalam penyelidikan, May mengatakan keduanya terpapar racun syaraf yang sangat langka dan mematikan: novichok. Tudingan langsung mengarah ke Rusia, satu-satunya negara yang diketahui pernah mengembangkan racun ini.
ADVERTISEMENT
Rusia membantah, mengatakan bahwa tudingan itu tidak benar dan mereka tidak pernah mengembangkan novichok. Namun May tidak percaya dalih itu dan bersandar pada laporan penyelidikan bahwa Rusia adalah pelakunya.
Lalu diplomat Rusia diusir?
Iya. Ujung dari kasus ini adalah pengusiran 23 diplomat Rusia yang dituding sebagai mata-mata oleh May pada 14 Maret. Tindakan May ini langsung dibalas Rusia, dengan mengusir 23 diplomat Inggris dari negara mereka.
Inggris menuai dukungan dari para sekutunya, salah satunya Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa. Tidak butuh waktu lama, 25 negara langsung melakukan hal yang sama, ramai-ramai mengusir sekitar 114 diplomat Rusia dari negara mereka.
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan, tindakan itu dilakukan sebagai "respons penggunaan senjata kimia kelas-militer di tanah Britania Raya."
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kanada dalam pernyataannya usai mengusir empat diplomat Rusia mengatakan, serangan dengan racun novichok "sangat keji dan biadab."
Kedutaan Besar Rusia dilihat di Washington (Foto: AFP/ Jim Watson)
zoom-in-whitePerbesar
Kedutaan Besar Rusia dilihat di Washington (Foto: AFP/ Jim Watson)
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengusir dua orang diplomat Rusia. Menurut Turnbull, ini adalah serangan senjata kimia paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.
"Serangan ini menggunakan racun yang sangat mematikan di wilayah permukiman, membahayakan banyak sekali warga," kata Turnbull seperti dikutip dari AFP.
Rusia jengkel dan berjanji tidak akan melupakan tindakan negara-negara itu dan menuntut balas di masa depan.
Novichok, apa sih itu?
Badan anti-terorisme Inggris yang menyelidiki kasus Skripal menemukan adanya kandungan novichok di tubuh pria 66 tahun itu. Racun syaraf grade-militer yang berarti "pendatang baru" ini dikembangkan oleh Uni Soviet pada masa Perang Dingin.
ADVERTISEMENT
Racun ini disebut agen syaraf paling mematikan yang pernah diciptakan. Bahkan, kekuatannya lima kali lipat dibanding racun syaraf VX yang jadi alat pembunuh abang tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong Nam, di Malaysia.
Novichok bekerja dengan memperlambat denyut jantung dan menutup jalur pernafasan, menyebabkan seseorang tewas akibat sesak atau gagal jantung.
Theresa May (Foto: Reuters/Kevin Coombs)
zoom-in-whitePerbesar
Theresa May (Foto: Reuters/Kevin Coombs)
Ada 130 orang yang diduga terpapar racun Novichok karena berada dekat Skripal atau berada di jalur yang dilaluinya.
Mereka yang selamat setelah terpapar racun novichok kemungkinan akan mengalami kerusakan syaraf permanen. Hal ini dibenarkan oleh May dalam pidatonya pada Senin pekan ini.
"Sergei dan Yulia Skripal masih kritis di rumah sakit. Sedihnya pada akhir pekan lalu, dokter mengindikasikan kondisi mereka tidak akan berubah dalam waktu dekat, dan mereka tidak akan bisa pulih sempurna," kata May.
ADVERTISEMENT
Eh, btw, Siapa sih Sergei Skripal?
Skripal adalah bekas kolonel di badan intelijen militer Rusia atau GRU yang ditangkap pada 2004 karena dianggap berkhianat lantaran bekerja sama dengan agen intelijen Inggris.
Rusia menjatuhinya vonis penjara 13 tahun atas pengkhianatannya itu. Namun dia diampuni oleh presiden Rusia, Dmitry Medvedev, pada 2010 sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tawanan dengan Amerika Serikat.
Skripal adalah bagian dari tahanan yang ditukar dengan 10 mata-mata Rusia yang tertangkap di AS, salah satunya yang paling terkenal adalah Anna Chapman.
Sergei Skripal. (Foto: AFP/Kommersant Photo/Yuri Senatorov)
zoom-in-whitePerbesar
Sergei Skripal. (Foto: AFP/Kommersant Photo/Yuri Senatorov)
Sejak dibebaskan, Skripal menjadi warga negara Inggris.
Jika terbukti diracuni Rusia, maka Skripal bukan yang pertama. Menurut May, Rusia punya catatan melakukan pembunuhan yang disponsori negara, targetnya adalah para pengkhianat negara.
ADVERTISEMENT
Skripal bukan yang pertama, siapa lagi?
Iya. Salah satu kasus yang paling terkenal adalah pembunuhan Alexander Litvinenko pada 2006.
Litvinenko adalah mantan intelijen Rusia yang kerap melontarkan kritikan kepada Vladimir Putin. Pria yang mendapatkan suaka di Inggris ini jatuh sakit pada 1 November 2006 dan meninggal tiga minggu kemudian.
Dalam penyelidikan diketahui dia tewas akibat terpapar racun radioaktif polonium-210 yang dicampur di minuman tehnya oleh dua intel Rusia. Pada penyelidikan yang dirilis 2016, pembunuhan Litvinenko disebut mendapat restu dari Putin.
Kebanyakan orang yang tewas terbunuh adalah orang-orang yang vokal mengkritik Kremlin. Tidak semuanya diracun, ada yang mati mencurigakan seolah-olah bunuh diri.
Alexander Litvinenko. (Foto: Vasily Djachkov/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Alexander Litvinenko. (Foto: Vasily Djachkov/Reuters)