QnA: Resolusi PBB untuk Yerusalem, Apa Itu dan Apa Dampaknya?

22 Desember 2017 11:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Majelis Umum PBB (Foto: AFP/Eduardo Munoz Alvarez)
zoom-in-whitePerbesar
Majelis Umum PBB (Foto: AFP/Eduardo Munoz Alvarez)
ADVERTISEMENT
Sebanyak 128 negara di voting Sidang Majelis Umum PBB pada Kamis (21/12) waktu New York, Amerika Serikat, menolak klaim Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyatakan Yerusalem adalah ibu kota Israel. AS dan Israel kalah telak dalam voting tersebut.
ADVERTISEMENT
Voting ini jadi bentuk dukungan dunia atas Palestina dan penyelesaian damai sengketa Yerusalem sesuai perjanjian internasional tahun 1967. Namun, voting ini juga bisa mengubah peta dukungan AS untuk negara-negara yang menentangnya soal Yerusalem.
Kenapa sih voting ini muncul?
Voting di Majelis Umum pada Kamis (21/12) adalah jalan lain untuk menolak klaim Trump terkait Yerusalem setelah voting serupa di Dewan Keamanan (DK), Senin (18/12), diveto Amerika Serikat.
Pada 6 Desember lalu, Trump menyatakan bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel. Amerika Serikat, tambah Trump, akan segera memindahkan Kedutaan Besar dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Rapat sidang dewan keamanan PBB (Foto: Reuters/Brendan McDermid)
zoom-in-whitePerbesar
Rapat sidang dewan keamanan PBB (Foto: Reuters/Brendan McDermid)
Menurut Dewan Keamanan, segala bentuk pengakuan terhadap Yerusalem harus dibatalkan karena tidak sesuai dengan perjanjian 1967. Hukum yang disepakati oleh internasional menyatakan status Yerusalem hanya bisa ditentukan melalui perundingan antara Palestina dan Israel.
ADVERTISEMENT
Votingnya soal apa sih?
Voting di Majelis Umum PBB intinya hampir sama seperti yang diajukan di DK, yaitu sikap atas resolusi yang menentang klaim Trump atas Yerusalem.
Resolusi adalah reaksi dari banyak negara di dunia yang tidak sependapat dengan Trump soal posisi AS untuk Yerusalem. Resolusi juga mengimbau negara-negara lain tidak mengekor jejak AS membuka Kedutaan atau kantor perwakilan di Yerusalem.
Apa hasil votingnya?
Walau AS dan Israel telah melancarkan lobi, termasuk dengan ancaman-ancaman, tapi ternyata itu sia-sia. Buktinya ada 128 negara yang mendukung resolusi tersebut, termasuk empat negara anggota tetap DK PBB lainnya, yaitu Inggris, Rusia, Prancis, dan China.
Majelis Umum PBB (Foto: AFP/Eduardo Munoz Alvarez)
zoom-in-whitePerbesar
Majelis Umum PBB (Foto: AFP/Eduardo Munoz Alvarez)
Hanya 9 negara yang menolak, termasuk AS dan Israel. Sementara yang abstain ada 35 negara, dan absen 21 negara. AS akan mengundang negara-negara yang abstain dan absen ini pada resepsi kenegaraan tahun depan, sebagai bentuk rasa terima kasih.
ADVERTISEMENT
Rekapitulasi lengkap hasil voting bisa dilihat di artikel ini: Yang Mendukung, Menolak, dan Abstain dalam Voting PBB Soal Yerusalem
Lalu apa selanjutnya?
Tidak banyak yang akan terjadi. Resolusi Majelis Umum PBB tidak mengikat secara hukum, berbeda jika resolusi ditelurkan di Dewan Keamanan. Jadi, dukungan atas resolusi itu hanya bentuk simbolis keberpihakan dunia terhadap Palestina.
Voting ini juga cerminan dari penolakan dunia terhadap kebijakan Amerika Serikat. Banyak negara yang akhirnya tidak peduli pada ancaman AS yang akan "mencatat dan mengingat" nama-nama para penentangnya.
Tapi bisa jadi voting ini akan mempengaruhi kebijakan luar negeri AS, terutama hubungannya dengan pemberian bantuan untuk negara lain. Trump juga sudah mengatakan: "Kami jadi bisa berhemat, kami tidak peduli".
Nikki Haley (Foto: AFP/Eduardo Munoz Alvarez)
zoom-in-whitePerbesar
Nikki Haley (Foto: AFP/Eduardo Munoz Alvarez)
Apa artinya voting ini bagi Israel?
ADVERTISEMENT
Bagi Israel, voting ini membuktikan pengakuan mereka terhadap Yerusalem tidak diakui internasional. Status Yerusalem masih status quo. Dunia masih memandang Israel melakukan tindakan ilegal dengan menguasai Yerusalem usai Perang Enam Hari pada 1967.
Sebenarnya banyak resolusi PBB yang menentang Israel. Pada 2016, contohnya, DK PBB mengeluarkan resolusi yang mengutuk aksi Israel "mengubah komposisi demografis, karakter, dan status Yerusalem di Teritori Palestina sejak 1967, termasuk Yerusalem Timur."
Tapi 2016 Donald Trump belum jadi presiden. Presiden Barack Obama saat itu memegang teguh status Yerusalem dan menolak memindahkan Kedubes AS ke kota itu.
Arti voting ini bagi Palestina?
Voting ini adalah cerminan dukungan dunia bagi Palestina. Apalagi dukungan datang dari PBB, tidak bisa dipandang sebelah mata.
ADVERTISEMENT
Dikutip The Independent, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rdainah, mengatakan voting itu adalah "kemenangan untuk Palestina".
Palestina menganggap badan-badan internasional adalah mitra yang lebih baik untuk mewujudkan kemerdekaan mereka, dibanding Amerika.
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas (Foto: AP Photo/ Raad Adayleh)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas (Foto: AP Photo/ Raad Adayleh)
Seperti pada 2012 lalu, Palestina sukses mendapatkan pengakuan sebagai sebuah "negara" dalam voting PBB. Ketika itu, sebanyak 138 negara mengakui, 9 tidak mengakui, dan 41 abstain.
Dengan voting lima tahun lalu itu, Palestina mendapat status Negara pengamat non-anggota di PBB setelah melakukan lobi ketat. Sebelumnya, Palestina hanya digelari "entitas", seperti halnya Vatikan.
Karena itulah, Abu Rdainah, mengatakan Palestina akan meneruskan perjuangan mereka di PBB saja. Palestina juga akan mencari pengganti AS sebagai mediator perjanjian damai Palestina-Israel.
Hasil Voting Majelis Umum PBB soal Yerusalem (Foto: Chandra Dyah Ayuningtyas/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hasil Voting Majelis Umum PBB soal Yerusalem (Foto: Chandra Dyah Ayuningtyas/kumparan)
ADVERTISEMENT