Racun Mematikan Intel Rusia Diduga Kembali Makan Korban di Inggris

17 September 2018 11:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas amankan barang bukti dari rumah 2 warga yang terpapar racun novichok di Inggris. (Foto: REUTERS/HENRY NICHOLLS)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas amankan barang bukti dari rumah 2 warga yang terpapar racun novichok di Inggris. (Foto: REUTERS/HENRY NICHOLLS)
ADVERTISEMENT
Dua orang jatuh sakit ketika makan di sebuah restoran di kota Salisbury, Inggris. Dikhawatirkan ini adalah satu lagi dampak dari racun mematikan yang digunakan Rusia untuk membunuh bekas agen intel mereka.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, situasi langsung menegangkan setelah kedua orang tersebut sakit ketika makan di restoran Prezzo. Korban adalah seorang pria dan wanita yang belum diungkap identitasnya, polisi langsung dipanggil ke lokasi.
Restoran itu langsung diisolir oleh polisi. Blokade juga dilakukan menuju restoran tersebut sebagai tindak pencegahan.
Dalam pernyataannya, kepolisian mengatakan sampai saat ini belum diketahui apakah keduanya sakit akibat racun syaraf Novichok atau karena sebab lain. Penyelidikan masih terus dilakukan.
Sebelumnya Maret lalu racun Novichok disebut digunakan intel Rusia dalam upaya membunuh mantan mata-mata mereka Sergei Skripal dan putrinya Yulia.
Skripal dan Yulia berhasil selamat setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Dalam penyelidikan diketahui, racun syaraf terlarang itu diletakkan di rumah Skripal, dan keduanya tidak sadarkan diri di sebuah mal.
ADVERTISEMENT
Sebelum pingsan, Skripal dan Yulia juga mengunjungi restoran Italia dan sebuah pub. Akibatnya, restoran dan pub tersebut diperiksa secara mendalam untuk mendeteksi sisa-sisa racun.
Pada Juli, dua warga Inggris lainnya Dawn Sturgess dan Charlie Rowley sakit akibat racun itu. Mereka diduga terpapar racun setelah mengambil botol parfum yang digunakan menyimpan Novichok. Sturgess meninggal dunia setelah sempat kritis di rumah sakit.
Rusia membantah tudingan Inggris dalam peristiwa itu. Dua warga Rusia yang disebut Inggris sebagai pelakunya juga membantah tuduhan tersebut.