Radikalisme Mudah Tertanam di Keluarga karena Cinta dan Kepercayaan

17 Mei 2018 11:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi Memutus Mata Rantai Gerakan Terorisme. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Memutus Mata Rantai Gerakan Terorisme. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Rentetan teror bom yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo menunjukkan fakta keterlibatan keluarga dalam menjalankan aksi tersebut. Paham radikal sangat mudah tersebar di keluarga karena adanya faktor kasih sayang dan kepercayaan antar sesama anggota keluarga.
ADVERTISEMENT
Fakta ini disampaikan oleh Direktur Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PSAD) Paramadina, Ihsan Ali Fauzi, dalam diskusi 'Memutus Mata Rantai Gerakan Terorisme, Mungkinkah?: Kegagalan dan Keberhasilan Deredikalisasi' di LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta selatan.
“Tidak perlu penajaman politik, penajaman ideologi. Ikatan keluarga sudah cukup. Jadi ada alasan cinta, ada alasan trust. Trust ini penting karena organisasi teroris adalah organisasi jaringan tertutup, kecil," kata Ihsan, Kamis (17/5).
Ilustrasi anak anak bomber. (Foto: Chandra Dyah Ayuningtyas/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak anak bomber. (Foto: Chandra Dyah Ayuningtyas/kumparan)
Menurut Ihsan, kemungkinan anggota keluarga keluar dari paham radikal yang tumbuh di lingkungan keluarga teroris sangatlah tipis. Pasalnya, ikatan antar aggota keluarga teroris terbentuk sangat kuat.
“Mereka terikat hubungan yang bukan hanya sekadar ideologi. Tapi lebih dari itu, lebih tebal dari sekadar ideologi,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ihsan menganggap keterlibatan keluaga dalam menanamkan paham radikal mempersulit monitoring, deteksi, dan pencegahan terorisme. Sebab, paham radikal dapat sangat cepat dan mudah tertanam pada masing-masing anggota keluarga.
“Jadi dalam keluarga, (penyebaran paham) radikalisasinya itu instan gitu,” pungkasnya.