Ragam Poster Nyeleneh saat Demo Buruh di DPR

2 Oktober 2019 14:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Poster massa buruh yang berunjuk rasa di DPR, Rabu (2/10). Foto: Muhammad Darisman/kumpatan
zoom-in-whitePerbesar
Poster massa buruh yang berunjuk rasa di DPR, Rabu (2/10). Foto: Muhammad Darisman/kumpatan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Massa dari berbagai serikat buruh menggelar aksi demonstrasi di sekitar gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (2/10). Aksi ini diikuti oleh mayoritas bapak-bapak dan ibu-ibu.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, peserta aksi tak kalah kreatif dari aksi unjuk rasa mahasiswa hingga pelajar STM sepekan belakangan.
Poster massa buruh yang berunjuk rasa di DPR, Rabu (2/10). Foto: Muhammad Darisman/kumpatan
Hal ini tampak dari ragam poster yang mereka bawa yang berisi kata-kata kritik dan satir yang menggelitik. Jika sebelumnya mahasiswa membawa poster ‘cukup cintaku saja yang kandas, KPK jangan’ hingga ‘jangan matikan keadilan, matikan saja mantanku’, para buruh memiliki kalimat nyeleneh yang tak kalah menarik.
Misal poster bertuliskan ‘Nasib buruh bukan untuk diputar, dijilat lalu dicelupin’, ‘Negara sudah darurat, sampai yang hobi lembur rela ikut demo biar ga tambah melarat’, dan ‘gara-gara PP 78 kerja kayak superman, upah seharga supermi’.
Poster massa buruh yang berunjuk rasa di DPR, Rabu (2/10). Foto: Muhammad Darisman/kumpatan
“Kemarin yang demo baru anaknya, sekarang giliran bapak ibunya,” teriak salah seorang buruh membacakan poster yang ia bawa.
ADVERTISEMENT
Selain poster, ada juga massa yang membawa atribut berupa keranda mayat serta pocong yang bertuliskan tolak revisi undang-undang ketenagakerjaan. Keranda itu diangkat dua orang layaknya tengah mengangkat keranda jenazah.
Poster massa buruh yang berunjuk rasa di DPR, Rabu (2/10). Foto: Muhammad Darisman/kumpatan
Poster massa buruh yang berunjuk rasa di DPR, Rabu (2/10). Foto: Muhammad Darisman/kumpatan
Keranda yang dibawa massa buruh yang berunjuk rasa di DPR, Rabu (2/10). Foto: Muhammad Darisman/kumpatan