Ratusan Demonstran Tewas, Presiden Nikaragua Tetap Enggan Mundur

1 Juni 2018 12:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerusuhan di Nikaragua. (Foto: REUTERS/Jorge Cabrera)
zoom-in-whitePerbesar
Kerusuhan di Nikaragua. (Foto: REUTERS/Jorge Cabrera)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Demo besar untuk menentang kekuasaan Presiden Daniel Ortega kembali pecah di Nikaragua. Unjuk rasa berujung kericuhan itu hingga kini telah menewaskan 100 orang.
ADVERTISEMENT
Laporan mengenai jatuhnya ratusan korban jiwa di Nikaragua disampaikan oleh Pusat Lembaga HAM Nikaragua (CENIDH).
Keadaan di negara yang terletak di Amerika Tengah itu, semakin memburuk setelah Ortega memastikan tidak akan melatakkan jabatannya, sementara Gereja Katolik yang tadinya menjadi mediator konflik, memutuskan menarik diri.
Diberitakan AFP, Jumat (1/6), setidaknya 16 orang tewas dan 88 lainnya terluka pada Rabu (30/5) hingga Kamis lalu dalam protes antara pro dan antipemerintah itu. CENDIH melaporkan insiden pembunuhan yang baru-baru ini terjadi di empat kota, Esteli, Masaya, Leon, dan ibu kota Managua.
CENIDH juga mengatakan bahwa semakin banyaknya korban berjatuhan belakangan ini, menjadi hari-hari terkelam dalam serangkaian aksi protes yang dimulai sejak 18 April. Tercatat hingga kini 900 orang menderita luka akibat ikut melawan rezim Ortega dan partai berkuasa, Front Pembebasan Nasional Sandinista.
Kerusuhan di Nikaragua. (Foto: REUTERS/Oswaldo Rivas)
zoom-in-whitePerbesar
Kerusuhan di Nikaragua. (Foto: REUTERS/Oswaldo Rivas)
Terkait memburuknya situasi di Nikaragua, Gereja Katolik setempat akhirnya menyebut tindakan itu dilakukan oleh kelompok pro-pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Masyarakat terus menerus ditindas dan dibunuh oleh kelompok-kelompok pro pemerintah," ujar salah satu Uskup dalam Konferensi Uskup Nikaragua.
Presiden Nikaragua Daniel Ortega (tengah) (Foto: Inti Ocon/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Nikaragua Daniel Ortega (tengah) (Foto: Inti Ocon/AFP)
Sementara itu, Ortega menyebut rangkaian insiden ini sebagai 'konspirasi' yang dibuat oleh pihak oposisi. Ia menilai beberapa oknum sengaja 'meneror' masyarakat.
"Tidak ada paramiliter atau aparat yang disebut dekat dengan pemerintah. Jadi kami tidak bisa terima bila dituduh bertanggung jawab dalam rangkaian insiden tragis ini. Kami tidak memprovokasi dan kami tidak akan pernah melakukan itu," terang Ortega.
Ortega telah memimpin Nikaragua selama 11 tahun. Selama ia memerintah, Ortega dituduh melakukan korupsi, penindasan, serta gagal mereformasi sistem jaminan sosial yang hampir bangkrut.