Ratusan Pengungsi Amerika Tengah Tiba di Perbatasan AS-Meksiko
ADVERTISEMENT
Ratusan pengungsi Amerika Tengah pada Rabu (14/11) telah berada di perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko. Mereka tetap nekat berjalan ke AS kendati beragam ancaman dikeluarkan Presiden Donald Trump dan Menteri Pertahanan Jim Mattis.
ADVERTISEMENT
Baik Trump dan Mattis melarang warga Amerika Tengah untuk masuk ke AS secara ilegal. Bahkan, Trump mengerahkan 5.900 personel militer AS demi menjaga perbatasan negaranya. Dia mengancam akan menindak tegas para pengungsi yang melempari tentara dengan batu.
Namun, larangan tersebut nyatanya diacuhkan ribuan imigran. Mereka kini telah berada di sebelah utara Pantai Tijuana yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian California di AS.
Beberapa imigran bahkan nekat memanjat tembok dan melompati pagar perbatasan. Namun, aksi tersebut langsung dicegah pasukan penjaga perbatasan.
Sebanyak delapan orang imigran yang sudah menyeberang ke AS diminta untuk kembali ke perbatasan Meksiko.
Para imigran tersebut pun mencoba melawan. Mereka meneriakkan 'kami bukan kriminal' ke arah pasukan perbatasan yang sedang berjaga.
ADVERTISEMENT
Sementara Menhan Mattis, saat mengunjungi perbatasan AS-Meksiko menyatakan, pengerahan militer di perbatasan adalah tindakan yang diperlukan. Sebab, pasukan penjaga perbatasan AS butuh dukungan kuat demi menjalankan tugasnya dengan baik.
Saat ini tercatat ada kurang lebih 800 imigran asal Amerika Tengah di perbatasan. Rombongan dalam jumlah besar itu tiba sejak Rabu (14/11) pagi waktu setempat.
Ratusan bahkan ribuan pengungsi Amerika Tengah telah menempuh perjalanan darat hampir sebulan untuk mencapai AS. Mayoritas imigran yang berasal dari negara seperti El Salvador, Guatemala dan Honduras kabur karena kondisi ekonomi, politik dan keamanan negaranya yang kacau balau.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin secepatnya tiba (di AS). Kami sudah berada di jalan selama satu bulan," sebut Saul Rivera seorang pekerja konstruksi asal El Salvador seperti dikutip dari AFP, Kamis (15/11).
El Salvador, Guatemala dan Honduras negara yang menjadi tempat para pengungsi itu datang, terletak di segitiga utara Amerika Tengah.
Negara-negara tersebut masuk dalam kategori miskin. Keadaan diperparah dengan kerap terjadinya perang antar kelompok kriminal.
Beberapa laporan badan independen dan HAM di dunia menyebut negara di segitiga utara Amerika Tengah memiliki angka pembunuhan tertinggi di dunia.