Reaksi Tukang Becak Mangkal di Shelter Baru Teluk Gong, Jakarta Utara

9 Oktober 2018 19:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Shelter becak di kawasan Teluk Gong, Pejagalan, Jakarta Utara. (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Shelter becak di kawasan Teluk Gong, Pejagalan, Jakarta Utara. (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tiga shelter becak di kawasan Teluk Gong, Pejagalan, Jakarta Utara, kini mulai beroperasi. Keberadaan shelter itu menjadi lokasi bagi para tukang becak menunggu penumpangnya.
ADVERTISEMENT
Beragam reaksi diungkapkan tukang becak yang mangkal di ketiga shelter yang dibangun pihak Kelurahan Pejagalan tersebut. Ada yang merespons positif, ada juga yang memberikan tanggapan negatif.
Koordinator Wilayah Serikat Becak Jakarta (Sebaja) di Teluk Gong, Idim Saputra, menyambut positif keberadaan shelter ini. Menurut pria berusia 54 tahun tersebut, selain menertibkan jalanan, keberadaan shelter turut pula meningkatkan pendapatannya sebagai tukang becak.
“Iya membantu pendapatan, membantu kerapian juga ya, kan tadinya semerawut di depan (Pasar Teluk Gong),” kata Idim pada saat ditemui di Jl K, Teluk Gong, Jakarta Utara, Selasa (9/10).
Idim sebelumnya mangkal di Jalan Lele. Namun ia kini mulai mangkal di shelter becak di Jalan K. Dalam setengah hari ini, Idim mengaku telah mendapatkan empat orang penumpang.
ADVERTISEMENT
“Ya Alhamdulillah, (sebelum ada shelter) dapat Rp 70-80 ribu (sehari), bisa makan, bisa ngerokok. Setelah ada shelter, pendapatan setengah hari saya, tadi empat kali jalan dapat Rp 60 ribu,” ungkapnya.
Shelter becak di kawasan Teluk Gong, Pejagalan, Jakarta Utara. (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Shelter becak di kawasan Teluk Gong, Pejagalan, Jakarta Utara. (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
Namun yang dialami Idim tampaknya tak dirasakan oleh Sarkani, sopir becak yang turut mangkal di Jalan K. Pria berusia 50 tahun tersebut mengatakan keberadan shelter justru mempersulit dirinya dan membuat pendapatannya berkurang.
“Mempersulit, pendapatannya kurang, kadang dapat Rp 50 ribu. Kadang kurang, kadang lebih, enggak tentulah,” kata Sarkani.
Lokasi shelter yang berada 150 meter di belakang Pasar Teluk Gong dinilai Sakarni menjadi sumber permasalahan pendapatannya berkurang. “Dulu mangkalnya di situ (depan pasar) aja enggak di sini (di belakang). Jadi kan (kalau ada yang) sewa langsung keliatan, manggil, kalau di sini kan kadang mangkal lama, disamber orang duluan,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Di shelter becak Teluk Gong diberlakukan sistem giliran, yakni tukang becak harus mengantre untuk mengangkut penumpang. Akan tetapi meski ada aturan tersebut, Sarkani menyayangkan masih ada tukang becak yang menyerobot. Terlebih jika sudah ada becak yang menjadi langganan toko-toko tertentu.
“Tetep saja kalau pagi mah, kalau yang banyak kenalan mah, banyak duit. Kalau yang enggak itu mah kadang diem saja, enggak dapat-dapat,” pungkasnya.