Rektor IPB: Perlu Adanya Reformulasi Gerakan Mahasiswa di Era Disrupsi

19 Mei 2019 2:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rektor IPB, Arif Satria di acara Kongres Kebangkitan Mahasiswa Indonesia di Kampus IPB, Sabtu (18/5). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Rektor IPB, Arif Satria di acara Kongres Kebangkitan Mahasiswa Indonesia di Kampus IPB, Sabtu (18/5). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria, menjadi pembicara pada Kongres Kebangkitan Mahasiswa Indonesia yang digelar di Kampus IPB, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (18/5). Menurutnya, ada dua narasi besar yang perlu disikapi oleh gerakan mahasiswa Indonesia saat ini. Pertama, peran mahasiswa dalam mengawal transisi demokrasi. Kedua, peran mahasiswa di era disrupsi.
ADVERTISEMENT
Arif menjelaskan, peran mahasiswa dalam transisi demokrasi menjadi penting. Saat ini demokrasi di Indonesia masih dalam tahapan prosedural, belum substansial. Secara substansial, kata dia, masih banyak nilai-nilai dan perilaku dalam berdemokrasi yang perlu disempurnakan agar demokrasi bisa lebih matang.
"Hal ini yang membedakan peran mahasiswa di negara maju dan negara berkembang, di mana sistem demokrasi di negara maju sudah mapan dan masyarakatnya sudah matang, sehingga peran gerakan mahasiswa dalam pengawalan demokrasi tidak terlalu dituntut," ujar Arif dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (18/5).
Sementara itu di negara berkembang dengan kondisi masyarakat yang berpendidikan relatif rendah, lanjut Arif, gerakan mahasiswa sebagai gerakan moral masih sangat dibutuhkan untuk mengawal proses demokrasi demi mencapai tujuan dalam berbangsa dan bernegara.
ADVERTISEMENT
"Dalam peran inilah idealisme dan independensi mahasiswa menjadi sangat penting. Idealisme dan independensi tersebut adalah modal pokok yang melandasi gerakan mahasiswa agar tidak mudah terpengaruh berbagai kelompok kepentingan, khususnya dalam menghadapi dinamika politik saat ini," tegasnya.
Para peserta acara Kongres Kebangkitan Mahasiswa Indonesia di IPB, Sabtu (18/5). Foto: Dok. Istimewa
Arif menyatakan peran mahasiswa pada era disrupsi saat ini sangatlah diperlukan. Sebab, Indonesia saat ini menghadapi kondisi volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA). Menurut dia, volatility banyak dipicu oleh perkembangan teknologi 4.0, seperti IOT, big data, artificial intelligence, robotic, blockchain dan lainnya yang membawa perubahan kehidupan begitu cepat. Ia menyebutkan, perubahan iklim, dinamika geopolitik global dan faktor lainnya juga telah memicu uncertainty.
"Persoalan yang dihadapi juga semakin kompleks, sehingga mahasiswa dituntut harus berpikir sistem secara komprehensif. Selain itu, perubahan yang terjadi juga semakin tidak familiar yang menyebabkan situasi ambigu. Untuk itu, para pemimpin mahasiswa harus berorientasi masa depan dengan mempertimbangkan VUCA tersebut," jelas Arif.
ADVERTISEMENT
Arif mengemukakan ada lima kompetensi utama yang diperlukan untuk menghadapi tantangan masa depan tersebut, yaitu complex-problem solving, critical thinking, creativity, communication dan collaboration.
Ia menegaskan, di era disrupsi saat ini, mahasiswa dituntut menjadi powerful agile learner agar tidak terus terjebak pada masa lalu dan harus mampu menemukan masa depan.
"Karena itu dalam kongres kebangkitan mahasiswa Indonesia saat ini perlu dipikirkan bagaimana reformulasi dan revitalisasi model gerakan mahasiswa Indonesia agar gerakan mahasiswa adaptif terhadap perubahan dan tantangan bangsa ke depan," pungkasnya.
Kongres Kebangkitan Mahasiswa diinisiasi oleh Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI). Kongres ini dihelat sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap permasalahan bangsa, serta dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional.
ADVERTISEMENT
Ketua BEM KM IPB, Muhammad Nurdiyansyah mengatakan, dalam kongres ini nantinya akan dirumuskan kontribusi nyata dari mahasiswa berupa ide-ide solusi untuk menyelesaikan persoalan bangsa. Menurutnya, melalui kegiatan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dapat berkonsolidasi dan bersama-sama merumuskan rekomendasi.
“Mahasiswa adalah agen perubahan sekaligus agen kontrol sosial, sehingga sangat tepat berkumpul untuk mencermati perkembangan situasi bangsa dan mencetuskan berbagai gagasan untuk solusi “ kata Nurdiansyah, yang juga Koordinator Pusat BEM SI.
Kongres Kebangkitan Mahasiswa di gelar di Kampus IPB Darmaga Bogor, Sabtu-Minggu, (18-19/5). Diikuti oleh 150 peserta dari anggota Aliansi BEM SI.