Relawan Ganjar-Yasin Gelar Acara Pembacaan Massal Puisi Gus Mus

10 April 2018 23:30 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prihatin Kontroversi Puisi Gus Mus (Foto: Humas gp)
zoom-in-whitePerbesar
Prihatin Kontroversi Puisi Gus Mus (Foto: Humas gp)
ADVERTISEMENT
Sejumlah orang berkumpul di halaman Posko Pandanaran Seratus (Panser) yang menjadi markas relawan Ganjar-Yasin di Semarang, Jawa Tengah. Mereka secara bergantian naik ke panggung yang disediakan untuk membaca puisi berjudul "Kau ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana" ciptaan KH Musthofa Bisri.
ADVERTISEMENT
Pembacaan puisi secara massal itu bertujuan untuk merespon kontroversi yang timbul setelah Gubernur Jateng nonaktif Ganjar Pranowo dalam acara Rosi di Kompas TV.
Berdasarkan rilis yang dikirimkan tim Ganjar Pranowo, para pembaca puisi terdiri dari beragam kalangan. Di antaranya ada mahasiswa, pekerja swasta, relawan, seniman, politisi, kyai, dan santri.
Prihatin Kontroversi Puisi Gus Mus (Foto: Humas gp)
zoom-in-whitePerbesar
Prihatin Kontroversi Puisi Gus Mus (Foto: Humas gp)
Salah satu mahasiswa yang hadir, Ahmad Fauzi berpendapat puisi Gus Mus berisi kritikan terhadap pemerintahan dan permasalahan masyarakat. Pasalnya, puisi itu dicipta tahun 1987.
"Kami tahu puisi ini sempat dipersoalkan di sosmed. Permasalahan tersebut mungkin tidak pernah akan ada, bila si pelapor tabbayun. Setelah tahu itu puisi eyang Gus Mus, tidak jadi lapor," kata Fauzi.
Prihatin Kontroversi Puisi Gus Mus (Foto: Humas gp)
zoom-in-whitePerbesar
Prihatin Kontroversi Puisi Gus Mus (Foto: Humas gp)
Mahasiswa semester 8 Universitas Diponegoro ini meminta masyarakat agar tidak mudah termakan hoaks yang beredar. Semestinya, setiap isu di dunia maya dikonfirmasi sebelum bertindak.
ADVERTISEMENT
"Harus coverboth side ya. Jangan termakan hoax," ujar dia.
Selain mereka ada seorang pekerja swasta asal Semarang, Vikirrahman. Pria berambut keriting ini naik ke panggung tidak untuk membaca puisi. Ia malah menutup kupingnya dengan lakban. Salah seorang audience diminta membaca puisi Gus Mus dan ia mencoba memahami tanpa indera pendengarannya.
"Banyak orang sekarang mudah sekali terprovokasi hanya karena mendengar dan melihat, ia ikut memaki dan meneriaki tanpa mengkaji, bertanya, berdiskusi. Maka saya mengajak mari memahami puisi Gus Mus bukan dengan indera tapi dengan hati," katanya menjelaskan maksudnya menutup telinga.
Prihatin Kontroversi Puisi Gus Mus (Foto: Humas gp)
zoom-in-whitePerbesar
Prihatin Kontroversi Puisi Gus Mus (Foto: Humas gp)
Kemudian berturut-turut tampil sejumlah tokoh kesenian Semarang seperti Agoes Dewa, Marco Marnadi, dan Mbah Wien Blues. Ada juga perwakilan Santri Gayeng, Seknas Jokowi Kota Semarang dan Jateng, Relawan Projo, Bara JP dan Dulur Ganjar. Tidak ketinggalan Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi juga membacakan puisi yang persis dibawakan Ganjar.
ADVERTISEMENT
"Kami ada di sini untuk menghormati Gus Mus, ini bentuk keprihatinan kami ketika karya ulama besar seperti beliau yang dibacakan Pak Ganjar kok dinilai menistakan agama, sekaligus kami mengkampanyekan pilkada yang adem, damai, dan asyik seperti pembacaan puisi malam ini," kata Supriyadi yang juga Politikus PDI Perjuangan itu.