news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Rentetan Kerusuhan Pemilu Legislatif di Afghanistan Tewaskan 170 Warga

21 Oktober 2018 6:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang polisi Afghanistan melakukan pengecekan kepada pemilih saat pemilu Afghanistan, Sabtu (20/10/2018). (Foto: AFP PHOTO / Farid Zahir)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang polisi Afghanistan melakukan pengecekan kepada pemilih saat pemilu Afghanistan, Sabtu (20/10/2018). (Foto: AFP PHOTO / Farid Zahir)
ADVERTISEMENT
Pesta demokrasi Afghanistan berubah menjadi tragedi dengan mengorbankan 170 nyawa warganya. Penyelenggaraan pemilu legislatif yang kacau ditambah orkestra teror yang diotaki Taliban memicu rentetan kekerasan di seluruh negeri sejak beberapa pekan menjelang pemilu.
ADVERTISEMENT
Dilansir AFP, rentetan kekerasan memuncak pada pelaksanaan pemilu legislatif, Sabtu (20/10). Serangan paling besar terjadi bom bunuh diri di tempat pemungutan suara di ibukota Kabul yang menewaskan 15 korban dan melukai 20 warga. Sementara di Kota Kunduz, serangan 20 roket menewaskan tiga orang dan melukai 39 lainnya. Di pinggiran Kota Kunduz, serangan teror menewaskan seorang panitia pemilu dan menculik tujuh petugas lainnya.
Belum ada pihak yang mengklaim sebagai otak rangkaian teror. Namun sebelumnya Taliban telah mengeluarkan pernyataan akan melancarkan 300 serangan untuk melawan "pemilu palsu" di seluruh wilayah Afghanistan.
Semuanya berawal dari kacaunya proses pelaksanaan pemilu kali ini. Beredar isu jika hampir separuh dari 8,8 juta pemilih terdaftar tidak terverifikasi dengan baik, dan disebut sebagai upaya rezim petahan untuk mempertahankan kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Teknis pelaksanaan yang semrawut nyatanya benar-benar terjadi di hari pemilihan. Sebagai contoh kisah mahasiswa bernama Mohammad Alem yang sangat frustasi setelah melakukan perjalanan selama tiga jam di kampungnya yang terletak di Mazar-i Sharif, dan mendapati namanya tidak ada dalam daftar. "Pelaksana pemilu mengatakan ada masalah dengan alat biometrik yang digunakan untuk verifikasi," ujar Alem.
Pemilih berbaris saat melakukan pemilihan pemilu Afghanistan, Sabtu (20/10/2018). (Foto: AFP PHOTO / Hoshang Hashimi)
zoom-in-whitePerbesar
Pemilih berbaris saat melakukan pemilihan pemilu Afghanistan, Sabtu (20/10/2018). (Foto: AFP PHOTO / Hoshang Hashimi)
Masalah teknis penyelenggaraan pemilu bisa memicu kekerasan bila itu terjadi di Afghanistan. Pasalnya, kecurigaan akan kecurangan pelaksanaan pemilu akan menjadi berbahaya mengingat kelompok politik Afghanistan yang terdiri dari para milisi yang begitu mudah melakukan kekerasan.
Sejak beberapa pekan sebelum pelaksanaan pemilu, kekerasan demi kekerasan sudah mulai muncul di beberapa kota. Prediksi insiden kekerasan masih membayangi pelaksanaan pemilu di 401 TPS tersisa.
ADVERTISEMENT
Pemilu Afghanistan tahun ini digelar setelah sempat tidak jelas selama tiga tahun dan merupakan yang ketiga sejak Taliban lengser dari kekuasaan pada tahun 2001. Pesta demokrasi tahun ini merupakan rangkaian awal sebelum Afghanistan melakukan pemilihan presiden tahun depan.