Rindu Tanah Jawa di Kaledonia Baru

2 Mei 2018 14:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 1896, napas Jawa telah berembus di Kaledonia Baru, gugusan pulau di barat daya Samudra Pasifik, atau di sisi timur Australia.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Jawa hijrah ke wilayah seberang Prancis di Pasifik itu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan sejahtera. Dari tahun ke tahun jumlah mereka yang bermigrasi ke Kaledonia Baru terus bertambah, bahkan hingga mencapai 10 ribu jiwa.
Kehidupan awal masyarakat Jawa di Kaledonia Baru bisa dikatakan penuh dengan nestapa. Sebagai pekerja kontrak, mereka harus bekerja berat tapi hanya meraup upah yang tidak sepadan.
Masyarakat keturunan Jawa di Kaledonia Baru (Foto: Dok. Widyarka Ryananta)
Kehidupan pahit itu terus menerus mereka kubur. Mereka enggan mengungkitnya kepada anak cucu.
“Perjalanan waktu membuktikan bahwa sebagian besar pada awal-awal kedatangan mereka memang cukup menderita,” kata Widyarka Ryananta, Konsul Jenderal RI di Kaledonia Baru tahun 2014-2017, sekaligus penulis buku ‘Jejak Orang Jawa di New Caledonia’, kepada kumparan (kumparan.com) saat ditemui di kediamannya Jumat (27/4).
Widyarka Ryananta, Konjen RI untuk Kaledonia Baru. (Foto: Tomy W Utomo/ kumparan)
Kenangan akan Jawa pun tak begitu indah. Di tanah yang menjadi jantung Indonesia itu, Belanda dulunya melakukan eksploitasi habis-habisan. Jawa adalah pulau yang penuh sumber daya alam dan manusia yang sangat memungkinkan untuk dikeruk. Oleh karena itu, bisa disebut Jawa adalah pulau yang paling menderita saat masa penjajahan.
ADVERTISEMENT
Memori kelam akan Jawa pun turut terkenang oleh orang-orang keturunan Jawa yang hijrah ke Kaledonia Baru. Dinamika kehidupan di Indonesia pun turut memengaruhi pandangan masyarakat keturunan terhadap Indonesia.
“Nah apa yang saya lihat selama saya bertugas di New Caledonia memang awalnya generasi muda New Caledonia ini kalau menyebut Indonesia mereka enggan karena apa? Waktu itu adalah di Indonesia sering terjadi tindakan terorisme, tidak aman,” sebut Widyarka.
Masyarakat keturunan Jawa di Kaledonia Baru (Foto: Dok. Widyarka Ryananta)
Indonesia, khususnya Jawa adalah tanah penuh luka sehingga mereka enggan ke sana.
“Kemudian Indonesia belum maju, sehingga mereka lebih suka, anak-anak keturunan ini kalau mereka pesiar ke negara tetangga, ke Australia, Selandia Baru, atau terbang sekalian ke metropolitan ke Paris, ke Prancis,” tambah Widyarka.
ADVERTISEMENT
Namun, persepsi kelam akan Jawa dan Indonesia itu berubah seiring perjuangan diplomasi Indonesia. Selain itu, taraf kehidupan masyarakat keturunan Jawa di sana juga terus membaik. Pemerintah Prancis memberi berbagai tunjangan kepada masyarakat Kaledonia Baru yang menjadi warga negara Prancis.
Dulunya, masyarakat Jawa yang ada di sana adalah pekerja atau buruh kontrak. Namun, saat ini mereka banyak yang menjadi orang sukses. Ada pekerja kantoran, pengajar, bahkan ada yang menjadi wali kota.
“Alhamdulillah karena saya dari Jawa, dari Yogya. Dengan bahasa Jawa ini saya bisa leluasa bergaul mendekati mereka. Makanya dalam salah satu tulisan saya, ada tulisan Mulih ning Jawa. Saya mencoba masuk ke komunitas keturunan kita, mungkin dalam bahasa sekarang dinamakan blusukan itu,” cerita Widyarka.
ADVERTISEMENT
“Itu saya tujukan kepada mereka yang dulu leluhurnya pernah ke sana untuk pulang, datang ke tempat leluhur mereka ke Tanah Air. Atau dolan ning Jawa, main ke Jawa” lanjut Widyarka.
Masyarakat keturunan Jawa di Kaledonia Baru (Foto: Dok. Widyarka Ryananta)
Upaya diplomasi di Kaledonia Baru itu pun berhasil. Menurut Widyarka, jumlah masyarakat yang berkunjung ke Indonesia terus bertambah, bahkan jumlahnya meningkat sampai 100 persen.
Dengan taraf hidup yang sekarang jauh lebih sejahtera, masyarakat keturunan Jawa itu mulai mencari jati diri mereka. Widyarka menuturkan di antara mereka ada yang berkeliling Jakarta, Surabaya, bahkan Sumatera demi menemukan asal usul leluhur mereka.
Meski lahir dan kini telah banyak yang menjadi warga negara Prancis serta bayang-bayang persepsi kelam akan Jawa, masyarakat keturunan ini mulai merindukan tanah asal nenek moyangnya.
Gelar budaya keturunan Jawa di Kaledonia Baru (Foto: Tommy Wahyu Putro/kumparan)
ADVERTISEMENT