Saat Diplomat Berpuisi di Menara Pantau Karhutla Tanah Borneo

14 Agustus 2019 12:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peserta Diklat Sesdilu ke-64 di menara pantau perkebunan sawit. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Peserta Diklat Sesdilu ke-64 di menara pantau perkebunan sawit. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Tak hanya ahli berdiplomasi dengan mitra asing, diplomat Indonesia juga piawai berpuisi.
ADVERTISEMENT
Hal itu terungkap kala peserta Sekolah Dinas Luar Negeri (Sesdilu) Kementerian Luar Negeri angkatan 64 mengunjungi menara pantau kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Surya Persada di salah satu kebun sawit di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Selasa (13/8).
Di atas menara yang bisa memantau ratusan perkebunan sawit ratusan hektar itu, Rahmat Aming Lasim, diplomat yang pernah bertugas di Arab Saudi, membaca puisi. Ia mengungkapkan pembelaannya atas produk sawit yang kerap ditekan dunia internasional.
Aming mengisyaratkan bahwa urusan kelapa sawit adalah kedaulatan Indonesia yang patut diperjuangkan. Ia mengajak teman-teman sesama diplomat untuk menjaga isu sawit dari kampanye negatif komunitas internasional.
Peserta Diklat Sesdilu ke-64 berfoto di menara pantau perkebunan sawit. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Di atas hamparan kebun sawit ratusan hektar, Aming berpuisi. Berikut puisi tersebut:
ADVERTISEMENT
Kalimantan Tanah Kita
Oleh: Rahmat Aming Lasim
Ini tanah kita
tanah bersama untuk dijaga
bumi air dan seisinya
milik anak cucu kita
sawit dan batu bara
hutan dan minyak bumi
adalah anugerah ilahi
untuk Ibu Pertiwi
harusnya tak ada erosi
apalagi deforestasi
biar alam lestari
tuk masa depan nanti
bukan karena uni eropa
atau tuntutan pasar dunia
ini adalah kedaulatan negeri
yang patut dihormati
kita akan jaga tanah ini
dari kampanye negara sebrang
tanah ini adalah kehormatan
Kalimantan, kau kita perjuangkan
Menurut Aming, puisi yang disampaikannya menunjukkan bentuk dukungan terhadap sawit. Ia merasa prihatin urusan sawit Indonesia diisukan miring oleh komunitas internasional.
"Setelah ke lapangan faktanya sawit tidak sesuai dengan yang dituduhkan bahwa sawit itu menimbulkan deforestasi. Kita sebagai diplomat ingin membela kedaulatan negara kita, bahwa salah satu aset kita kelapa sawit jadi aset nasional yang harus kita pegang," ujar Aming.
Peserta Diklat Sesdilu ke-64 berfoto di menara pantau perkebunan sawit. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT