news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

"Saat Ini MPR Ibarat Macan Ompong"

19 Oktober 2017 10:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petinggi Partai Golkar menghadiri acara seminar (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petinggi Partai Golkar menghadiri acara seminar (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
ADVERTISEMENT
Partai Golkar pagi ini menggelar seminar bertema 'Ideologi Pancasila sebagai Landasan Perjuangan Golkar." Sejumlah petinggi Golkar mulai dari Setya Novanto, BJ Habibie, hingga Aburizal Bakrie hadir dan akan didaulat menjadi pembicara dalam acara yang digelar di Hotel Kartika Chandra itu. Tokoh-tokoh Golkar lain juga dijadwalkan akan menjadi pembicara.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Mahyudin mendapat kesempatan pertama berpidato. Ia menyoroti pembangunan di Indonesia yang masih belum merata. Pun kesejahteraan rakyat.
"Masih banyak anak-anak yang tidak sekolah dan desa yang tidak memadai listriknya. Ini tantangan bangsa, mengisi kemerdekaan dengan menyejahterakan bangsa," ujarnya di Hotel Kartika Chandra, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (19/10).
Untuk menyejahterakan bangsa, lanjut dia, diperlukan orang-orang pintar dan cerdas seperti BJ Habibie. Namun sayang, tidak banyak orang seperti Habibie.
"Sebenarnya kita banyak doktor dan profesor tapi banyak doktor yang penelitiannya copy paste," ujarnya.
Wakil Ketua MPR ini juga ikut mengkritik sistem parlemen di Indonesia. Menurut dia, MPR harusnya jadi lembaga tertinggi negara, bukan DPR.
ADVERTISEMENT
"Saya setuju MPR itu jadi lembaga tertinggi negara karena merupakan representasi masyarakat. Banyak yang tidak terwakili dalam musyawara mufakat ini. Dengan sistem parlemen, saya kira tidak efisien karena MPR sudah memiliki kewenangan dengan mengeluarkan ketetapan," ujarnya.
"Sekarang MPR itu ibarat macan, macan ompong," lanjutnya.
Mahyudin juga menyoroti fokus bangsa Indonesia yang lebih sering mengurusi hal tidak penting padahal masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
"Kita masih ribut sekolah 5 hari, lagu Indonesia Raya. Harusnya kita bicara bagaimana pendidikan agar lebih baik, agar ada Habibie-Habibie selanjutnya. Kita ribut hal yang masih tidak substansial. Bung Karno mendirikan negara ini bukan hanya untuk satu kelompok," ujarnya.