Saat Mobil Dijadikan Senjata Teror

14 Mei 2018 17:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ledakan bom di Mogadishu (Foto: REUTERS/Feisal Omar)
zoom-in-whitePerbesar
Ledakan bom di Mogadishu (Foto: REUTERS/Feisal Omar)
ADVERTISEMENT
Dita Oerpriarto membawa bom berdaya ledak tinggi di mobil Toyota Avanza. Dia lalu menabrakkan mobil ke arah Gereja Pantekosta Surabaya. Polisi memastikan ini adalah ledakan dengan efek terbesar dibandingkan dua aksi bunuh diri lainnya.
ADVERTISEMENT
Aksi bom bunuh diri menggunakan mobil bukanlah kejadian pertama. Sebelumnya sudah ada beberapa kejadian dengan korban yang tak sedikit.
Pertama, ledakan bom di lahan parkir Bursa Efek Indonesia (dulunya BEJ) pada 13 September 2000 yang menewaskan 10 korban jiwa dan 15 korban luka-luka. Kedua, ledakan bom Bali pada 12 Oktober 2002, pelaku menggunakan perangkat jarak jauh untuk meledakkan mobil yang sebelumnya terparkir di depan Sari Club. Ttercatat 202 korban tewas di antaranya 164 WNA dan 38 WNI dan 209 korban luka-luka.
Bom mobil berikutnya terjadi pada 5 Agustus 2003 yang dikenal dengan bom Marriott, tercatat korban tewas 14 jiwa dan 156 luka-luka. Terakhir, bom yang menggunakan perantara kendaraan roda empat juga terjadi di depan Kedutaan Besar Australia pada 9 September 2004, serta menewaskan 9 orang juga 161 luka-luka.
ADVERTISEMENT
Serangan dengan bom mobil dinilai efektif karena mampu membawa bahan ledak yang besar dan banyak. Adapun, mengutip A History of the Car Bomb dari Asia Times, terkuak 5 alasan teroris kerap menggunakan kendaraan khususnya mobil untuk melancarkan aksinya.
1. Kekuatan penghancur yang besar, efisiensi destruktif
Alasan pertama, mobil dengan daya angkut yang besar seeprti SUV, van atau mobil boks dapat membantu sekelompok teroris mengangkut bahan peledak. Bahkan dengan sekali angkut, sebuah SUV contohnya dapat membawa 453 kg bahan peledak di dalam kabinnya.
2. Murah
Alasan berikutnya yang juga mengejutkan adalah murahnya menggunakan mobil untuk mematikan para targetnya. Pelaku dapat dengan mudah menyewa sebuah mobil atau membeli mobil bekas yang masih dapat dioperasikan.
ADVERTISEMENT
Bayangkan, menyewa sebuah mobil saja berkisar Rp 350-700 ribu per harinya tergantung jenis mobil. Bahkan Ramzi Yousef, orang dibalik serangan tahun 1993 di World Trade Center menyatakan bahwa pengeluarannya yang paling mahal adalah biaya sambungan telepon jarak jauh dan perakitan bomnya berkisar 3.600 ribu dolar Amerika, sementara biaya sewa mobil tak kurang hanya 59 dolar Amerika per hari.
Ilustrasi bom di kendaraan (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bom di kendaraan (Foto: Wikimedia Commons)
3. Sederhana dan mudah diatur
Alasan lain menggunakan mobil sebagai perantara untuk meledakkan bom adalah operasionalnya yang mudah diatur.
Apabila bahan peledak sudah selesai dirakit, langkah selanjutnya yang harus dilakukan hanyalah memasukkannya ke dalam mobil dan membawanya ke titik target peledakan.
4. Daya ledaknya tidak pandang bulu
Karena daya angkutnya yang besar, membuat daya ledak bom pada mobil juga tinggi, sehingga mampu menyasar target atau korban yang lebih luas lagi.
ADVERTISEMENT
Disebutkan dalam artikel tersebut, bom mobil tidak pandang bulu, sehingga apabila tujuannya untuk membantai orang-orang dan membuat kepanikan serta mendemoralisasi masyarakat, bom mobil adalah pilihan yang sangat ideal.
5. Bom mobil sangat anonim dan meninggalkan bukti forensik yang minim
Seperti dijelaskan di awal, apabila pelaku menggunakan mobil sewaan, maka dengan mudah identitasnya dapat dikaburkan, apalagi bila menggunakan teknologi jarak jauh untuk memicu peledakan bom, sudah tentu akan sulit melacak pelakunya karena barang bukti yang sudah hancur.
Untuk itu, dengan adanya informasi ini, sebaiknya aparat lebih siaga. Terutama dalam mengantisipasi kemungkinan serangan teror lain yang menggunakan mobil.