Saat Prabowo Sebut Rizal Ramli Capres RI

29 Juni 2018 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prabowo Subianto. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam acara halalbihalal yang digelar di Universitas Bung Karno, Jakarta Pusat, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sempat menyebut mantan Menko Maritim Rizal Ramli sebagai capres RI. Hal itu ia ungkapkan saat memulai sambutannya dalam acara tersebut.
ADVERTISEMENT
"Yang saya hormati, Ibu Hj Rahma Soekarnoputri, Rektor UBK Soenarto Sardiatmadja, civitas akademia, dan tentunya seluruh yang hadir, tokoh-tokoh bangsa yang ada di sini, senior kita Bapak Amien Rais, Wakil Ketua DPR Fadli Zon, Pak Rizal Ramli capres RI," ucap Prabowo saat membuka sambutannya di UBK, Jalan Kimia, Jakarta Pusat, Jumat (29/6).
Sontak, sebutan 'capres' yang disematkan Prabowo kepada Rizal Ramli tersebut langsung menuai tepuk tangan dan sorakan riuh rendah.
Dalam sambutan tersebut, Prabowo juga bercerita tentang masa-masa penjajahan. Ia juga mengungkapkan keinginannya untuk memindahkan makam Pangeran Diponegoro kembali ke kediamannya di Yogyakarta.
"Kita tahu arwahnya tidak di situ lagi. Bangsa asing pernah melawan kita, pemimpin kita ditangkap dan dibuang. Dan matinya pun enggak boleh pulang kembali ke keluarganya," ucap Prabowo.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, di tahun 2019 nanti, entah dirinya atau Rizal Ramli yang akan maju, mereka harus berani memperbaiki harga diri bangsa. Tak hanya itu, mereka juga punya kewajiban untuk mengembalikan para pahlawan ke kampung halamannya masing-masing.
"Saya mau sarankan, siapa tahu tahun 2019, entah Bapak Rizal Ramli atau saya, harus berani kita memperbaiki apa yang belum, pemimpin kita berhak kembali ke rakyat sendiri. Demikian juga kemungkinan di Sulut, Tuanku Imam Bonjol, saya kira harus dikembalikan ke kampung halamannya di Sulut," lanjutnya disambut tepuk tangan.
Ia menyebut, hal tersbeut bisa menjadi simbol bahwa ketidakadilan harus diperbaiki mesti terlambat hingga beberapa ratus tahun berselang. Prabowo juga menekankan, jika bukan masyarakat Indonesia, lantas siapa lagi yang akan menghormati bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT