Sandi soal Bahasa Anak Jaksel: Bahasa Milenial yang Tidak Baku

11 September 2018 17:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sandiaga uno menikmati lantunan lagu reggae yang dibawakan steven jams di jalan jaksa.  (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sandiaga uno menikmati lantunan lagu reggae yang dibawakan steven jams di jalan jaksa. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa hari terakhir, media sosial khususnya Twitter diramaikan unggahan soal gaya bicara anak Jakarta Selatan (Jaksel), yang dicirikan dengan mencampurkan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno yang juga punya kebiasaan menyelipkan bahasa Inggris saat bicara, menyebut gaya bicara itu memang sesuai ciri milenial. Menurut Sandi, anak-anak muda milenial saat ini memiliki kosakata yang lebih kekinian, tetapi bukanlah bahasa yang formal digunakan.
"Bahasa yang sekarang banyak nyambung sama milenial, sama anak-anak muda adalah bahasa yang kekinian. Tentunya kita harus garisbawahi bahwa itu bahasa temporer ya, bukan bahasa yang baku, bahasa yang perlu kita jaga dalam pembicaraan formal,” kata Sandi di Ancol, Jakarta Utara, Selasa (11/9).
Sandi mengungkapkan, bahasa ala Anak Jaksel ini dipengaruhi oleh interaksi luas anak milenial hingga pengaruh penggunaan aplikasi. Berbagai aplikasi yang diunggah pada ponsel kebanyakan menggunakan Bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
"Dalam pembicaraan yang bisa meng-grab atensi mereka dan bisa relevan dengan apa yang mereka rasakan, mereka perjuangkan dan mereka ingin terlibat ya harus bahasa-bahasa yang ringan. Bahasa yang terhubung dengan aplikasi mereka dan aplikasi mereka kan rata-rata berbasis Bahasa Inggris,” jelas Sandi.
Ilustrasi Remaja (Foto: Unsplash/Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Remaja (Foto: Unsplash/Pixabay)
Meski begitu, tidak melulu bahasa itu hanya campuran Indonesia-Inggris. Tapi justru ada pilihan kata yang mencampurkan bahasa Inggris dan Timur Tengah, tapi familiar di kalangan milenial. Salah satunya kata 'unfaedah'.
“Nah, ini yang menjadi selalu menarik karena ada juga Bahasa Arab yang ikut masuk seperti 'unfaedah' gitu. ‘Un' kan Bahasa Inggris, ‘faedah' dari bahasa Timur Tengah. Nah, 'unfaedah' itu menjadi bahasa milenial. Jadi sudah enggak ada lagi Bahasa Indonesia-nya,” ucap dia.
ADVERTISEMENT
Sandi kemudian mengingatkan para milenial untuk pandai dalam menjaga jati diri bangsa dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mereka juga bisa memanfaatkan bahasa kekinian dalam momen-momen informal tertentu.
“Di situ jadi kita mesti pandai-pandai menjaga jati diri bahasa kita keseluruhan, daripada bahasa Indonesia kita yang baik,” ujar Sandi.
“Tapi juga kita dalam situasi informal harus menyampaikan pesan, bisa menggunakan momen-momen tertentu untuk menyentuh demografi-demografi tertentu, seperti milenial dengan bahasa-bahasa yang mereka mengerti,” tutupnya.
Bahasa Anak Jaksel menjadi perbincangan karena saat berbicara Bahasa Indonesia, tak sedikit anak muda yang menyelipkan Bahasa Inggris. Beberapa yang populer diucapkan seperti literally, prefer, which is, probably, eventhough, actually, dan lain-lain.