Lipsus Sandiaga Uno

Sandiaga Uno: Saya Tak Sepakat Rekonsiliasi Bagi-bagi Kursi

1 Juli 2019 10:41 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sandiaga Uno. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sandiaga Uno. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Minggu sore (30/6), kala perhatian sebagian orang tertuju ke kantor KPU tempat Jokowi-Ma’ruf Amin ditetapkan sebagai pemenang Pemilu Presiden 2019, Sandiaga Uno memilih menjauh.
Pagi hari di akhir pekan itu, Sandi menghabiskan waktu dengan berkunjung ke Pulau Pari di Kepulauan Seribu. Sepulang dari pulau, ia bertolak ke Jakarta Convention Center untuk menyambangi Agro Food, Wisata, dan Halal Expo. Sore harinya, ia bergegas ke Kebayoran Baru guna bertemu wartawan kumparan.
Datang dengan setelah kemeja biru berlengan pendek dan celana chino cokelat plus sandal karet, tampilan Sandi terlihat cukup santai.
Dalam perbincangan dengan kumparan, Sandi menuturkan bahwa wajar saja ia dan Prabowo Subianto tak hadir di KPU. Sebab, keduanya menyimpan sisa kecewa akibat kalah pemilu. Sandi tak ingin kedatangan Prabowo, dia, dan pendukung mereka di KPU justru memicu keretakan.
“Coba bayangin, kami datang ke KPU, pendukung-pendukung juga datang. Ada potensi penumpukan massa, gesekan, ada yang belum bisa terima. Saya ingin (di KPU) ini show-nya presiden (terpilih),” kata Sandi, mencoba legawa.
Meski kekecewaan akibat kalah Pilpres masih tertambat di benak Sandi, ia tak ingin terjebak. “Life goes on,” katanya.
Oleh sebab itu Sandi kini menyibukkan diri dengan kegiatan pengentasan pengangguran—salah satu hal yang menjadi perhatiannya. Ia, misalnya, mendirikan Rumah Siap Kerja sebagai wadah pelatihan pekerja. Sandi juga melanjutkan program OK Oce (One Kecamatan, One Center of Entrepreneurship) yang ia rintis di Jakarta.
Berikut petikan perbincangan Sandi dengan kumparan di Rumah Siap Kerja:
Sandiaga Uno. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Ketika pembacaan pidato pasca putusan di MK, di Kertanegara No.4 Anda terlihat berbeda dengan saat deklarasi kemenangan (17/4), di mana Anda terlihat lesu. Ada apa?
(Lebih) Happy?
Kelihatannya begitu. Bagaimana suasana di dalam Kertanegara No. 4 saat pembacaan putusan MK berlangsung?
Jadi kita kumpul 12.30. Kita diberitahu bahwa akan ada pembacaan putusan MK. Bayangan kami, bayangan saya dan Pak Prabowo 1 -2 jam selesai lah. Ternyata sampai jam 9 malam kan baru selesai. Jadi Pak Prabowo mengisinya tuh dengan banyak memberikan guyonan, jokes, humor, mulai dari dia sekolah, sampai militer. Kita sampai sakit perut lah.
Terus para pimpinan partai koalisi berdatangan dan ada yang harus pergi, kayak Bang Zulkfli Hasan punya janji lain. Suasananya gembira, suasananya ikhlas melihat sudah lama kita berkompetisi. Tapi karena pembacaannya putusan lama, kita mulai men-draft itu dimulai sekitar pukul 4 sore.
Pak Prabowo sendiri yang bicara, saya rekam. Terus transkripnya disiapkan. Bang Dahnil Azhar Simanjuntak, Pak Fadli Zon ikut berikan masukan.
Koalisi juga memberikan masukan. Dari PAN Bang Zul, dari PKS ada Pak Sohibul Iman, dari Demokrat ada Bang Hinca Panjaitan, Pak Priyo Budi Santoso dari Berkarya juga memberi masukan.
Statement itu sebetulnya ready jam 5. Terus Pak Amien Rais datang setelah keliling. Dia ikut baca juga. Dia bilang bagus. Jadi begitu selesai pembacaan kita sudah siap untuk membacakan.
Suasananya kita jaga suasana sejuk teduh karena kita juga ingin para pendukung juga ya memang kecewa dan kita memahami kecewa tersebut tapi marilah kita bangun suasana yang kondusif yang teduh yang sejuk itu yang ini kita sampaikan kepada masyarakat Indonesia, terutama kepada pendukung kita, kita hormati keputusan MK
Apakah Anda sudah memprediksi gugatan tidak akan dikabulkan?
Dari awal kita sudah tahu, kita mengambil opsi MK ini setelah berkonsultasi dengan Pak Bambang Widjojanto (BW). Diharapkan adalah ada proses pembelajaran dari pilpres kita bahwa harapan kita kontestasi demokrasi yang lebih baik kedepannya. Oleh karena itu alhamdulillah dengan begitu baiknya Pak BW membuka tabir tersebut memberikan informasi kepada seluruh rakyat Indonesia.
Harapan kita ini semua menjadi catatan. Terutama untuk KPU yang sudah mengeluarkan Rp 20 triliun lebih. Sudah ada korban jiwa petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara). Apa saja perbaikan yang harus dilakukan ke depan, dan sebagai inkumben juga bagaimana menyikapi pilpres ini. Netralitas aparat, pengelolaan dana kampanye, anggaran pemerintah pusat daerah, BUMN, BUMD dan sebagainya. Netralitas dan tidak keberpihakan daripada penegak hukum itu yang paling penting harus terbuka.
Itu kita prediksi dari awal dan mudah-mudahan menjadi catatan dan masyarakat indonesia melihat dengan seksama proses di MK tersebut. Pak BW serta tim hukum alhamdulillah bisa menarasikan ini dengan baik. Kita berterima kasih kepada tim hukum
Kuasa hukum Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 selaku pemohon Bambang Widjojanto (kanan) dan Denny Indrayana (kedua kanan) mengikuti sidang perdana Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Jumat (14/6/2019). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Koalisi Indonesia Adil Makmur sudah dibubarkan, tapi masih ada kaukus bersama. Apa maksud pembentukan kaukus ini?
Kerja sama kita kemarin ini sangat erat ya. Jadi, ibarat pacar ya harus tetap silaturahim. Harus move on tapi ada silaturahim. Mungkin mereka (anggota koalisi lain) juga ingin tahu langkah kita selanjutnya.
Pada penetapan pemenang Pilpres 2019 di KPU, sebagian pihak mengharapkan Anda dan Prabowo datang. Apa penjelasan sikap Anda?
KPU mengundang, akan sangat awkward boleh dikatakan. Coba, bayangkan kita datang ke KPU, juga dengan pendukung-pendukung datang, ada potensi penumpukan massa, gesekan, ada yang belum bisa terima. Saya ingin bahwa ini show-nya presiden.
Ini adalah esensi dari demokrasi, kita harus terima keputusan, kita harus hormati keputusan MK, dan diksi yang dibawa oleh Pak Prabowo itu paling tinggi. Jadi, bukan hanya menerima tapi menghormati hasil keputusan MK tersebut. Kecewa sih, pasti kecewa, dan kecewa yang sangat mendalam, apalagi untuk para pendukung yang secara militan 9 bulan itu berjuang. Tapi kita Insyaallah ada lahan kita untuk berbakti untuk bangsa dan negara. Pendapat saya enggak semuanya harus ada di pemerintahan.
Para sekjen partai koalisi Prabowo. Foto: Paulina Herasmarindar/kumparan
Isu rekonsiliasi yang beriringan dengan isu kubu pemerintah membuka peluang Gerindra berkoalisi semakin kencang terdengar. Bagaimana Anda menanggapi ini?
Saya hanya mendengar ya. Dan dari pembicaraan-pembicaraan yang tersampaikan mungkin enggak tepat ya tawaran itu. Tapi mencari format satu format yang disebut sebagai rekonsilIasi. Saya lihat ini yang berbeda.
Lagipula, saya dan Pak Prabowo enggak pernah melihat ini (pilpres) sebagai perang total. Jadi sebetulnya kita bersahabat sama Pak Jokowi dan Kyai Ma’ruf. Kalau dilihat sebagai rekonsiliasi, kayaknya pernah bermusuhan.
Kita enggak pernah bermusuhan. Kita bermitra, berdemokrasi. Dan kita melihat ya harus siap dipilih dan siap tidak dipilih. Kebetulan kita kemarin melalui MK diputuskan untuk tidak dipilih. Dan ya pada saat tersebut saya rasa sebagai bagian dari proses demokrasi tentunya life goes on.
Tentunya kalau ada keinginan dari pihak Pak Jokowi mengundang Pak Prabowo, untuk membangun bangsa bersama-sama harus disetujui juga formatnya seperti apa.
Di dalam legislatif seperti apa, saya akan menjawab, karena harus ada check and balance. Karena kan demokrasi itu ada penguasa, ada oposisi. Ada kebijakan-kebijakan pemerintah yang harus terus bisa dipantau dan dikoreksi. Atau langsung mau mengajak ke dalam pemerintah. Pemerintah itu harus dilihat mekanismenya seperti apa.
Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Hambalang. Foto: Dok. Biro Setpres
Pak Jokowi sendiri punya koalisi yang sudah sangat besar. Dan komitmennya harus terus dijaga dengan anggota koalisi. Mengajak Pak Prabowo, Pak Prabowo juga harus konsultasi juga kan sama koalisi. Tapi sekarang koalisi Indonesia Adil Makmur kan sudah selesai. Nanti Pak Prabowo, kemarin saya bicara sama Pak Prabowo sudah membebaskan dan tapi teman-teman PKS, PAN, dan Demokrat terus menginginkan adanya komunikasi yang intens. Oleh karena itu dibuat forum komunikasi.
Jadi jangan langsung berbicara langsung mau bergabung atau enggak, tapi bagaimana platform-nya? Bisa enggak nih swasembada pangan, swasembada energi, swasembada air bisa diakomodir. Kalau memang bisa, bagaimana visi misinya?
Tapi bisa juga di luar pemerintah, bisa melalui lembaga-lembaga lain, di dunia usaha misalnya Kalau pemerintah tapi saya melihat akan perlu pembahasan yang mendalam, karena kalau kita ingin mewujudkan janji-janji kita, harus punya kemampuan untuk mendorong gagasan kita. Kemarin lima tahu kan enggak terwujud. Lima tahun ke depan bagaimana? Ini yang mesti dipikir lagi bersama.
Makanya saya enggak sepakat kalau cuma bicara rekonsiliasi itu cuma bagi-bagi kursi. Kalau bagi-bagi kursi itu mengkhianati apa yang sudah menjadi komitmen kita. Dan dukungan 68 hampir 80 juta rakyat Indonesia mendukung Prabowo-Sandi itu memilih itu karena ada keyakinan terhadap aspek-aspek perbaikan ekonomi dan taraf hidupnya mereka. Kita bisa menghadirkan rekonsiliasi. Itu yang nanti akan menjadi pembicaraan.
Bisa Anda jelaskan perihal upaya-upaya komunikasi yang dibuka kubu petahana yang selama ini santer diberitakan?
Waktu itu keadaannya dikatakan crucial. Karena 21-22 Mei, kemarahan daripada masyarakat, terutama pendukung Pak Prabowo kenapa (hasil rekapitulasi) diumumkan mendadak seperti itu. Dan terpicu dalam aksi yang damai diprovokasi dan ada korban. Saya dan Pak Prabowo sangat concern dan.
Dan dalam pertemuan-pertemuan tersebut (antara kubu pemerintah dengan kubu Prabowo) membahas bagaimana kita mendinginkan suasana.
Jadi pembicaraannya fokus bagaimana stop kekerasan kepada para aktivis dan ulama. Kita juga melakukan deekskalasi suasana dan kita statment-nya selalu meminta para pendukung untuk tenang, damai, dan itu bagian daripada upaya kita untuk mendinginkan suasana.
Prabowo Subianto saat bertemu di rumah dinas Jusuf Kalla. Foto: Kevin S/kumparan
Santer diberitakan bahwa penghentian penangkapan dan penjaminan penahanan aktivis disampaikan Prabowo saat bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Kepala BIN Budi Gunawan. Apa benar begitu?
Iya. Sama Pak Luhut Panjaitan juga. Ada beberapa kesempatan mereka berkomunikasi. Ada beberapa tokoh-tokoh yang datang juga. Tapi yang banyak terungkapkan pertemuan dan komunikasi. Saya nggak hadir di pertemuan-pertemuan tersebut.
Jadi komunikasi dibuka bukan untuk bagi kekuasaan, tapi meredakan situasi?
Iya. Buat kami itu yang terpenting itu. Dan bagi-bagi kursi itu buat saya dan Pak Prabowo sangat tidak strategis pada saat itu ya di mana posisi kita dalam keadaan sangat bisa dibilang sangat genting. Jadi kita harus ambil langkah-langkah yang dewasa yang bisa mampu untuk meredakan ketegangan yang ada di masyarakat.
Sandiaga Uno. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
What’s next for Sandiaga Uno?
Saya tanya Pak Prabowo, bahwa saya ingin fokus di Rumah Siap Kerja, dan tetap ingin membantu dia untuk terus berjuang menjadi fokus 5, 10, 20 tahun ke depan.
Nanti keputusan Pak Prabowo ke mana, dia juga harus merumuskan langkah-langkah ke depan. Intinya saya senang hati bisa membantu Pak Prabowo.
Tapi bagi saya, sekarang ini jeda dulu. Sudah tiga tahun non-stop ini. Lari marathon. Tarik nafas sebentar. Mungkin spend time sama keluarga.
Kemarin cuma sebentar spend time sama keluarga. Terus ini dipanggil lagi karena MK udah mau mulai. Jadi sekarang mau sedikit istirahat, spend time sama keluarga. Dan mungkin ada beberapa tugas-tugas. Saya juga ingin menyelesaikan pendidikan doktoral saya yang belum kelar. Ada pula Rumah Siap Kerja dan Ok Oce.
Karena memang Rumah Siap Kerja ini sekarang menjadi komunitas co-working space dan link and match salah satu komunitas yang terbesar di Asia Tenggara, hampir 150 ribu pengurusnya di media sosial, dan banyak sekali kegiatan.
Buku banyak banget yang enggak dibaca selama berapa bulan ini. Saya biasanya up to date sama buku-buku baru.
Apabila Presiden Jokowi menawarkan posisi menteri, apa Anda akan menerima?
Tawaran itu belum ada, dan ini adalah bagian dari tentunya nanti pembicaraan yang secara menyeluruh. Tapi saya sampaikan ke Pak Prabowo waktu dimintai pendapat soal bangsa ini. Ada perang dagang, ekspor kita terus menurun, impor kita meningkat, keuangannya kurang baik. Koreksi pajak. Pajak juga stagnan.
Jadi saya bilang sama Pak Prabowo bahwa kita harus koreksi ini. Saya menyampaikan bahwa, secara strategis posisi kita akan sangat baik, kalau kita bisa membantu pemerintah dari luar. Dari parlemen mengoreksi kebijakan. Apapun itu keputusannya Pak Prabowo nanti yang akan putuskan dengan koalisi. Saya bilang, menjadi tokoh oposisi yang loyal, kritis, konstruktif. Oposisi yang terus mengoreksi langkah-langkah pemerintah tanpa memainkan sisi partisanship, akan sangat terhormat dan berwibawa di mata masyarakat.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten