Sarah Diana: Pamanku Lumpuh setelah “Dicuci Otak” Terawan

8 April 2018 16:25 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Metode “cuci otak” atau brain flushing milik Mayjen TNI dr. Terawan Agus Putranto begitu ternama. Banyak pejabat memberi testimoni betapa ampuhnya “sihir” sang dokter. Sehingga ketika Terawan diberi sanksi pemecatan selama 12 bulan oleh Ikatan Dokter Indonesia, ramai-ramai pejabat pasang badan.
ADVERTISEMENT
Dari Aburizal Bakrie, Edhie Baskoro Yudhoyono, Marzuki Alie, Fahri Hamzah, Prabowo, Susilo Bambang Yudhoyono, hingga segenap Komisi I Bidang Pertahanan DPR RI mempertanyakan keputusan IDI tersebut.
Tagar #SaveDokterTerawan, ucapan pujian untuk Terawan sebagai aset bangsa atau champions, hingga permintaan agar IDI meninjau ulang keputusannya dan mencari titik terbaik, bergema di mana-mana.
Di tengah dukungan atas metode “cuci otak” Terawan yang katanya mujarab, salah satu kasus kegagalan brain flushing terkuak. Seolah melawan arus, Sarah Diana --keluarga eks pasien Terawan-- buka suara atas kegagalan cuci otak yang menimpa pamannya, Gerald Liew yang berkewarganegaraan Singapura.
Gerald Liew saat cuci otak di RSPAD tahun 2015. (Foto: John Liew)
Gerald Liew, berdasar penuturan Sarah, menjalani terapi “cuci otak” pada Januari 2015. Gerald yang saat itu sebetulnya sehat, didiagnosis berpotensi mengalami aneurisma (pembengkakan pembuluh darah) di masa depan. Ia, oleh Terawan, dianjurkan untuk menjalani terapi “cuci otak” dan pemasangan koil (kawat tipis untuk menyumbat pembuluh darah yang membengkak).
ADVERTISEMENT
Usai menjalani operasi yang berlangsung selama 30 menit, Gerald malah menunjukkan gelagat aneh. Istri Gerald, Becky Liew, merasa ada sesuatu yang salah dengan suaminya. Gerald pun kembali masuk ruang operasi dan menjalani pembedahan tujuh jam lamanya.
Namun akhirnya Terawan mengatakan pada keluarga pasien bahwa otak Gerald hancur gara-gara koilnya meleset. “Udah gitu dia (Terawan) bilang, ‘Nih udah gak akan bisa ngomong, otaknya udah hancur, dia enggak akan bisa ngomong, dia akan lumpuh total, dia gak akan bisa jalan’,” kata Sarah menceritakan ulang apa yang dikatakan Terawan tiga tahun lalu.
Perihal koil ini, ahli saraf RSUD Fatmawati dr. Fritz Sumantri Usman, Sp.S, FINS mengatakan, “Koil itu hanya dipasang setelah aneurisma pecah, kalau aneurisma itu belum pecah, beberapa penelitian yang sangat valid mengatakan tergantung besar aneurismanya.”
ADVERTISEMENT
Berikut wawancara kumparan bersama Sarah Diana di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Rabu (4/4).
Bagaimana awalnya paman Anda menjadi pasien Dokter Terawan?
Jadi omku tuh bolak-balik Jakarta untuk bisnis. Salah satu rekan bisnisnya bilang, ‘Ini ada dokter famous banget, semua pejabat itu sama dia. Udahlah lo coba, nih gue bisa dapet antrean spesial. Orang-orang bisa mengantre berbulan-bulan, gue bisa dapet antrean.’
Akhirnya ya udah, karena mungkin rekan bisnis, dia (Gerald) ikut dan diperiksa (tim Dokter Terawan). Aku enggak tahu diperiksanya apa, mungkin MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan segala macam. Kata dokternya, “Lo punya chance untuk aneurism (pembengkakan pembuluh darah). Harus dilakukan tindakan segera.”
Kami, keluarganya, sampai sekarang enggak tahu dia (Terawan) ngomong apa sama Uncle Gerald. Karena om aku tuh warga negara Singapura. Dia enggak pernah berobat di sini. Maksudnya, kita (warga Indonesia) aja biasa berobat ke Singapura. Jadi mereka (keluarga) enggak tahu kenapa dia (Gerald) sampai mengambil keputusan seperti itu (terapi di Terawan).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya paman Anda punya gejala penyakit tertentu?
Sehat. Enggak ada sakit apapun. Dia cuma dikasih tahu (tim Terawan) ada kemungkinan bisa stroke, aneurism itulah. Kemungkinan, ya.
Sebelumnya omku sehat banget, enggak pernah sakit apapun. Maksudnya, omku tipe orang yang suka olahraga, jalan, setahu aku golf juga. Sehat banget.
Jadi, seperti apa kasus yang menimpa paman Anda?
ADVERTISEMENT
Jadi kan kalau kamu lihat, ruang operasinya (Dokter Terawan) tuh kaca. Jadi ruang kacanya tuh kayak akuarium, kita bisa lihat dia operasi. Menurut dia (Gerald) itu operasi kecil. Setelah selesai, biasanya pasien sama keluarganya foto-foto.
Saat itu juga, setelah udah selesai. “Udah selesai nih,” kata dokter Terawannya, gitu. Terus istrinya ngerasa something wrong dan katanya meleset. Si koil itu meleset ngancurin otaknya.
Pemasangan koil di otak Gerald Liew meleset. (Foto: John Liew)
Setelah dioperasi itu langsung terlihat dampaknya?
Setelah operasi, langsung. Kejadiannya langsung, enggak nunggu. Langsung (coiling) meleset gitu. Langsung ada reaksi, kayak ada aneh gitu. Mungkin istrinya lihat kayak, something happen, something wrong. Setelah kejadian itu, ya koma, dan segala macam. Terus aku ngobrol sama Dokter Terawan.
ADVERTISEMENT
Aku tanya ke dia, dia bilang enggak tahu kenapa bisa kayak gitu. Karena koilnya udah berada di posisi yang benar, kalau kata dia. Jadi, intinya, aku merasa dia menyalahkan koilnya. Dia bilang mau bawa itu ke konferensi luar negeri untuk mempertanyakan ada apa dengan koilnya.
Ilustrasi Dokter Terawan (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
Apa penjelasan Terawan soal kecelakaan yang menimpa paman Anda?
Kami masih mempertanyakan kenapa ya dia melakukan seperti itu. Aku ngobrol sama Dokter Terawan. Dia bilang, “Saya juga enggak tahu. Ini pertama kali kejadian.” Aku bilang gini, “Dok, ini pertama kali kejadian kayak gini?” Dia jawab “Iya, ini kejadian pertama kali.” Jadi, koilnya meleset, menghancurkan otaknya (Gerald).
Terus Dokter Terawan malah bilang, “Tapi minggu depan saya akan ke konferensi di luar negeri. Jadi akan saya bawa kasus ini ke luar negeri.” Dia menyalahkan koilnya, bukan menyalahkan dianya. “Oh, ini sudah terpasang dengan benar, tapi ya enggak tahu kenapa. Kenapa? Ada masalah apa nih koilnya? Saya mau bawa ini ke konferensi luar negeri.”
ADVERTISEMENT
Ya aku assume dia akan datang lagi ke kami karena dia juga punya nomer telepon aku. Tapi dia enggak pernah datang lagi (menghubungi). Maksudnya, apakah (kasus Gerald) dibawa (ke konferensi luar negeri) pun kami enggak tahu.
“Enggak akan mungkin dia bisa ngomong lagi, orang otaknya udah hancur kok.” Jadi dia (Terawan) menjelaskan kalau otaknya (Gerald) hancur oleh koil itu. Jadi udah enggak bisa diselamatkanlah, ya. Aku ingat (ucapan Terawan) karena aku nanya berkali-kali.
ADVERTISEMENT
Solusi yang ditawarkan Terawan?
Dia enggak berani. Dia bilang udah nggak bisa diapa-apain. Dia bilang koil itu akan selalu ada di otak (Gerald). Dia mengklaim, dia (Gerald) enggak akan bisa ngomong sama sekali.
Setelah itu dia (Terawan) sempat cerita, “Saya itu down banget.” Ada anak-istrinya waktu itu di sana. “Makanya anak-istri saya mendampingi saya. Saya tuh udah mau berhenti loh gara-gara kejadian ini. Tapi terus saya diingatkan sama orang-orang di sekitar saya kalau saya tuh bisa membantu orang banyak. Saya tuh punya talenta. Ini tuh dari Tuhan, semua ini.” Dia bilang gitu.
Terus dia bilang, “Saya tuh pensiunan jenderal. Jadi saya tuh gak perlu nih kayak gini, ngapain saya kayak gini-gini.” Ya dia cerita soal (pasiennya) pejabatlah, segala macam.
ADVERTISEMENT
Jadi, lebih banyak bragging out sih soal prestasinya dia, dan dia sering conference di luar, dia pensiunan jenderal, dan dia ngomongnya muter-muter.
Dokter Terawan. (Foto: Chandra Dyah Ayuningtyas/kumparan)
Apa yang keluarga lakukan setelah kegagalan “operasi kecil” Gerald?
Setelah itu, paman Anda kembali ke Singapura?
Jadi, waktu itu kami dengan segala uang yang ada, carter pesawat karena kan kondisinya (Gerald) enggak bisa (berjalan), jadi harus pake pesawat medis. Akhirnya dibawa balik ke Singapura.
ADVERTISEMENT
Dalam waktu seminggu atau beberapa hari, dia bisa ngomong lagi sih walaupun ngomongnya enggak lancar. Memorinya jumping. Ibunya udah lama meninggal, tapi ingatnya ibunya masih ada. Ingatan yang baru-baru itu semuanya lupa. Keluarga dia ingat, (yang) lama-lama justru ingat, memori-memori lama ingat, tapi memori baru dia enggak ingat.
Karena dari sehat tiba-tiba sakit, otomatis dia jadi cranky. Dari kerja, punya karier, punya bisnis yang bagus, (tapi jadi) enggak bisa ngapa-ngapain, akhirnya jadi marah-marah mulu. Sampai sekarang sih masih di kursi roda, masih lumpuh. Cuma, udah bisa komunikasi, tapi enggak bisa ngapa-ngapain.
ADVERTISEMENT
Sedih sih karena domino effect. Mempengaruhi keluarganya, ekonominya, anak-anaknya.
Kuitansi pengobatan Gerald di RSPAD (Foto: Dok. John Liew)
Sekarang kondisi fisik paman Anda bagaimana?
Lumpuh sebagian. Jadi sekarang duduk di kursi roda sih. (Tubuh) bagian atas aja (yang bisa digerakkan). Tapi kaki enggak. Sebenarnya kaki itu sebelah lumpuh, which is enggak bisa diapa-apain.
Aku cari tahu, karena aku pengin tahu ini kenapa kayak gini, dan aku gak percaya ini yang pertama--menurut aku. Aku coba research-lah ya, aku Google, gitu. Terus ada satu dokter yang against Dokter Terawan. Dia nulis tuh di Facebook. Udah gitu aku komen di bawahnya, “Dok, aku boleh gak sih ketemu. Aku pengin ngobrol aja nih. Om aku gini-gini-gini.”
Mungkin ada yang baca. Jadi beberapa kali ada orang-orang yang message aku di Facebook. Ada yang keluarganya mau ke Dokter Terawan, terus aku bilang ya terserah, itu kan keputusan setiap orang, ya.
ADVERTISEMENT
Sanggahan untuk Dokter Terawan (Foto: Putri Sarah A./kumparan)
Berpengaruh ke pekerjaan paman Anda?
Engak jalan jadinya. Dia itu (bisnis) insurance. Dulu omku salah satu yang bawa [Sarah menyebut salah satu perusahaan asuransi multinasional ternama di Indonesia] ke sini.
Orangnya pintar banget, super smart. Dia itu motivator. Jadi dia sering keliling dunia untuk motivate orang. Terus kami sekeluarga (setelah kegagalan operasi ini melihat), “Gila ya, justru (motivasi) itu yang diambil dari dia.”
Dia biasa motivate orang, yang biasanya positif banget, “Ayo dong, lo harus gini.” Aduh, baik banget. Tapi (kemampuan) itu yang diambil.
ADVERTISEMENT
Setelah kejadian ini kan dia memotivasi diri dia aja susah, di saat physical dia begitu. Dia ngerasa menyusahkan semua orang juga. Kadang-kadang teleponan sama ibuku, dia bisa nangis dan kayak berkata “Kenapa hidup tuh bisa kayak gini banget.”
Flip banget gitu loh. Lo dari sukses, dari enggak ada (masalah) apa-apa, lo sehat, just in a flip terus lo harus lumpuh.
Ilustrasi Sarah Diana, Keluarga Pasien Terawan (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
Terawan sering mendapat pujian. Ada pendapat?
Sejujurnya sedih sih. Kenapa, ya? Sedihlah. Maksudnya, akan ada orang-orang yang nganggep, “Ah, lu mah nuduhnya itu kan.” Kayak sekarang, banyak yang pro dan kontra, kan. Banyak orang yang bilang, “Dasar ya orang Indonesia, giliran ada dokter yang bagus lo pecat, padahal dia nemuin metode itu.”
ADVERTISEMENT
Dokter Terawan yang beberapa kali dihubungi kumparan, belum bisa memberikan keterangan terkait kasus Gerald Liew karena agendanya yang padat. Namun, usai pertemuan dengan Komisi I DPR di RSPAD, Rabu (4/4), ia sempat mengatakan bahwa semua prosedur tentu memiliki risiko.
Metode cuci otak Dokter Terawan. (Foto: Basith Subastian/kumparan)
------------------------
Ikuti terus perkara Geger Terawan di Liputan Khusus kumparan.