Saudi Ancam Pembalasan Jika Disanksi atas Hilangnya Jamal Khashoggi

15 Oktober 2018 11:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jamal Khashoggi. (Foto:  REUTERS/Osman Orsal)
zoom-in-whitePerbesar
Jamal Khashoggi. (Foto: REUTERS/Osman Orsal)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hilangnya jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi menuai kecaman dari seluruh dunia, terutama negara-negara Barat. Pemerintah Arab Saudi mengancam akan melakukan pembalasan lebih berat jika kecaman Barat itu berbuah sanksi ekonomi terhadap negara mereka.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Riyadh sebelumnya membantah keras tuduhan telah membunuh Khashoggi yang hilang usai masuk ke Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu. Jurnalis Washington Post berusia 56 tahun itu dikenal akan kritikannya yang keras terhadap kebijakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang menurutnya mengekang kebebasan.
Seorang pejabat pemerintah Riyadh kepada Kantor Berita Saudi, SPA, yang dikutip Reuters, Senin (15/10), mengatakan Saudi menolak setiap ancaman sanksi terhadap mereka dan akan membalasnya dengan lebih keras.
"Kerajaan menolak keras setiap bentuk ancaman dan upaya merendahkan pemerintah, baik itu dengan ancaman sanksi ekonomi, menggunakan tekanan politik, atau tuduhan palsu yang disampaikan berulang-ulang," ujar pejabat tersebut.
"Kerajaan juga menegaskan jika menerima tindakan apapun, maka akan dibalas dengan lebih keras, dan perekonomian Kerajaan punya peran yang vital dan berpengaruh terhadap ekonomi global," lanjut dia, tanpa merinci lebih lanjut.
Jamal Khashoggi jurnalis saudi yang hilang di Turki. (Foto: AFP PHOTO / MOHAMMED AL-SHAIKH)
zoom-in-whitePerbesar
Jamal Khashoggi jurnalis saudi yang hilang di Turki. (Foto: AFP PHOTO / MOHAMMED AL-SHAIKH)
Kecaman terkeras terhadap hilangnya Khashoggi salah satunya datang dari Inggris, Prancis, dan Jerman, yang mengeluarkan pernyataan bersama. Menurut ketiga negara Eropa tersebut, mereka menanggapi kasus hilangnya Khashoggi "dengan sangat serius".
ADVERTISEMENT
Sesaat setelah SPA merilis beritanya di atas, media Al-Arabiya mengeluarkan opini soal bahayanya sanksi terhadap Saudi bagi perekonomian dunia. Pasalnya, Saudi adalah eksportir minyak terbesar dunia.
"Sanksi akan membuat Arab Saudi gagal memenuhi komitmen memproduksi 7,5 juta barel. Jika harga minyak yang mencapai USD 80 saja memicu kemarahan Presiden Trump, tidak ada yang bisa mengabaikan jika harganya melonjak ke USD 100, atau USD 200, atau dua kali lipat dari angka itu," tulis Jenderal Manajer Al-Arabiya, Turki Aldakhil, di medianya.
Wartawan Arab Saudi Hilang atau Dibunuh? (Foto: Putri Sarah A/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wartawan Arab Saudi Hilang atau Dibunuh? (Foto: Putri Sarah A/kumparan)