news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sejarah Panjang Gunung Anak Krakatau

26 Juni 2018 11:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gunung Anak Krakatau (Foto: AFP/H. Poitrenaud)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Anak Krakatau (Foto: AFP/H. Poitrenaud)
ADVERTISEMENT
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda tengah menjadi sorotan belakangan ini. Sebab, gunung tersebut mengalami peningkatan aktivitas sejak 18 Juni lalu.
ADVERTISEMENT
Gunung Anak Krakatau muncul setelah 'ibunya', Gunung Krakatau sirna akibat letusannya sendiri pada 26-27 Agustus 1883. Letusan maha dahsyat dengan daya ledak mencapai 30.000 ribu kali bom atom itu mengakibatan tsunami setinggi 40 meter dan menewaskan sekitar 36.000 jiwa.
Dampak letusan Gunung Krakatau bahkan tak hanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia namun juga dunia. Suara letusannya terdengar sampai Australia dan Afrika hingga menggelapkan dunia selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer.
Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Litografi letusan Gunung Krakatau tahun 1883 (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Litografi letusan Gunung Krakatau tahun 1883 (Foto: Wikimedia Commons)
Sekitar 40 tahun berlalu yakni pada 1927, Gunung Anak Krakatau menampakkan dirinya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0.5 meter (20 inci) per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 4-6 meter (20 kaki) dan lebih lebar 12 meter (40 kaki).
ADVERTISEMENT
Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.
Menurut laporan dari Antara, Gunung Anak Krakatau meletus pada September 2012 sebanyak 18 kali. Sejumlah rumah di Bandarlampung terkena dampak hujan abu material gunung, meski jarak keduanya cukup jauh. Pemerintah pun memberikan status Waspada (level 2) kepada gunung tersebut.
Kondisi Gunung Anak Krakatau. (Foto: Dok. BNPB.)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Gunung Anak Krakatau. (Foto: Dok. BNPB.)
Hingga 18 Juni lalu, Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan aktivitas vulkanik dan terjadi erupsi beberapa kali dengan kolom abu setinggi 1.000 meter. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyebut terdapat pergerakan magma ke luar permukaan sehingga terjadi erupsi.
ADVERTISEMENT
"Erupsi melontarkan abu vulkanik dan pasir. Erupsi tidak membahayakan penerbangan pesawat terbang. VONA (Volcano Observatory Notice For Aviation) orange. Erupsi juga tidak berbahaya selama berada di luar radius 1 kilometer dari puncak kawah. Selain itu, erupsi juga tidak membahayakan pelayaran di Selat Sunda," ujar Sutopo.
Gunung Krakatau  (Foto: dok : Flickr / Rifaldi Fauzan)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Krakatau (Foto: dok : Flickr / Rifaldi Fauzan)
Meski begitu Sutopo memastikan kondisi saat ini masih aman, dan mengimbau agar masyarakat tak perlu khawatir sebab pihak terkait terus memantau perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau.
"Masih perlu waktu ratusan tahun G. Anak Krakatau untuk terjadi letusan besar. Tidak mungkin letusannya akan menyamai seperti letusan G. Krakatau tahun 1883," lanjut dia.