Sejuta Bahagia Menjadi Relawan Palu

30 Oktober 2018 17:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Boim (kanan), relawan Dompet Dhuafa untuk Kota Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Boim (kanan), relawan Dompet Dhuafa untuk Kota Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemulihan Sulawesi Tengah usai gempa bumi dan tsunami tak lepas dari peran para relawan. Menyeberangi lautan, para relawan datang dengan sejuta doa dan bantuan.
ADVERTISEMENT
Fatzry (28) atau biasa dipanggil Boim, merupakan salah satu saksi dari pemulihan Kota Palu. Boim yang merupakan relawan dari Dompet Dhuafa ikut menyaksikan evakuasi yang dilakukan pascagempa dan tsunami.
"Sembilan hari setelah gempa itu, saya menemukan masih ada evakuasi mayat di daerah Petobo ataupun Balaroa. Itu kan perpanjangan masa tanggap darurat dari 12 Oktober sampai 28 Oktober," ungkapnya kepada kumparan, Selasa (30/10).
Selama menjadi relawan, banyak yang dirasakan Boim. Salah satunya ketika dia membagikan makanan kepada korban di Pantai Talise. Momen tersebut membuatnya bahagia.
"Senang. Baru kali ini di Palu menemukan keceriaan yang berbeda," ungkapnya.
Satu unit kendaraan tertimbun akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Satu unit kendaraan tertimbun akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Saat itu, dia membagikan makanan kepada 1.000 korban di Pantai Talise. Seorang nenek tiba-tiba datang dan meminta makanan pada tim.
ADVERTISEMENT
"Pak saya korban, rumah saya dekat pantai. Boleh enggak saya minta (makanan)?" ucap Boim menirukan sang nenek.
Boim menggambarkan raut wajah sang nenek saat itu sedih karena menahan lapar. Namun meski begitu, saat dibagikan sang nenek sangat bahagia.
"Iya mas, saya baru kali ini makan enak," lanjut Boim menirukan sang nenek.
Selama menjadi relawan di sini, Boim kerap kali melihat mayat-mayat yang berceceran di jalan. Dia juga ikut membantu memindahkan mayat dari tempat ditemukan ke tempat pengamanan.
"Jadi masih melihat gimana teman-teman rescue juga mengangkut mayat, segala macem," ceritanya.
Dia tak pernah bosan selama berada di Palu. Namun, Boim pernah sekali merasakan kaget berkepanjangan karena gempa dadakan yang dirasakannya saat di Palu.
ADVERTISEMENT
"Di sini bunyi 'deng', terus atas bawah sama goyang kiri kanan (gempanya). Kalau sudah dengar bunyi 'deng' itu berarti udah mau gempa," tuturnya.
Boim, relawan Dompet Dhuafa untuk Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Boim, relawan Dompet Dhuafa untuk Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
"Dan ini goyangannya berasa banget sih walaupun 3,8 magnitudo ya. Nah sampai di kantor masih ngerasain kaki gemeter walaupun gedung di lantai 2 juga kan tetap berasa," lanjutnya.
Banyak lika-liku yang dilalui selama menjadi relawan, Boim berharap agar Palu dapat cepat pulih kembali. Menurut Boim, Palu sudah bangkit cukup pesat sejauh ini.
"Semoga cepat pulih. Perekonomian stabil karena perekonomian datangnya dari masyarakat itu sendiri. jadi masyarakatnya bisa kuat menghadapi musibah yang ada," ujar dia.
Dia juga berharap agar pemerintah secara masif membangun hunian sementara untuk para pengungsi karena saat ini mulai memasuki musim hujan.
ADVERTISEMENT