Sekolah Tanggap Darurat, Sarana Pendidikan di Masa Pascabencana

28 Desember 2018 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Mendikbud di Sekolah Tanggap Darurat (Foto: Kemendikbud)
zoom-in-whitePerbesar
com-Mendikbud di Sekolah Tanggap Darurat (Foto: Kemendikbud)
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di kawasan Ring of Fire atau cincin api dunia. Berada di kawasan ini membuat Indonesia harus siap menghadapi berbagai risiko bencana alam. Seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir, hingga tsunami.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2018, terhitung ada beberapa bencana besar yang menimpa Indonesia. Mulai dari gempa Lombok di bulan Juli. Lalu gempa diikuti tsunami di Palu, Sigi, dan Donggala pada September, hingga yang yang baru saja terjadi yakni tsunami di Selat Sunda yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik Anak Krakatau.
Terjadinya bencana alam tentunya mempengaruhi berbagai sektor, termasuk pendidikan. Berdasarkan data yang dikompilasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), pada bencana gempa yang menimpa Lombok, Nusa Tenggara Barat, terdapat 218.224 peserta didik yang terdampak bencana. 33 di antaranya meninggal dunia, 29 harus menjalani rawat inap, dan 36.902 peserta didik lainnya mengungsi.
Guna mempercepat pemulihan kegiatan belajar-mengajar yang efektif di daerah yang tertimpa bencana, Kemendikbud pun merancang Gerakan Kembali ke Sekolah. Lewat gerakan ini, Kemendikbud memberikan beragam bantuan pendidikan kepada daerah yang terdampak bencana.
ADVERTISEMENT
“Kemendikbud memberikan bantuan sebesar Rp 298.733.000.000 untuk bencana di NTB, dan Rp 346.205.171.600 untuk bencana di Sulteng. Bantuan tersebut diberikan dalam berbagai bentuk seperti pendirian tenda kelas darurat, bantuan logistik, layanan trauma healing, rehabilitasi ruang kelas, beasiswa untuk para siswa terdampak, bantuan sosial, diklat pendidikan, dan perlengkapan sekolah,” papar Didik Suhardi selaku Sekretaris Jenderal Kemendikbud pada acara Taklimat Media, Kamis (27/12).
com-Taklimat Media Kemendikbud (Foto: Novianti Rahmi Putri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
com-Taklimat Media Kemendikbud (Foto: Novianti Rahmi Putri/kumparan)
Di masa tanggap darurat, Kemendikbud bersama lembaga terkait dan juga warga sekitar bergotong-royong mendirikan tenda-tenda darurat sebagai sarana belajar bagi para siswa. Tidak hanya untuk belajar-mengajar, di tenda darurat tersebut Kemendikbud juga melakukan kegiatan trauma healing untuk memulihkan keadaan psikososial para siswa.
Trauma healing yang dilakukan pun beragam sesuai dengan tempat pelaksanaan kegiatan. Ada yang membaca dongeng bersama, bermain permainan edukatif, hingga menonton beragam film edukatif. Semua hal itu dilakukan agar para siswa tidak lagi trauma dengan lingkungan sekolah pascabencana.
ADVERTISEMENT
Memang, sektor pendidikan di masa penanggulangan bencana menjadi salah satu fokus utama Kemendikbud tahun ini. Mulai dari bencana yang terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga Sulawesi Tengah, Kemendikbud menjadi salah satu kementerian dengan respon paling cepat. Lalu bagaimana dengan penanganan bencana tsunami yang menimpa Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12)?
com-Taklimat Media Kemendikbud (Foto: Novianti Rahmi Putri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
com-Taklimat Media Kemendikbud (Foto: Novianti Rahmi Putri/kumparan)
“Pengalaman sebelumnya, Kemendikbud memang mendapatkan tugas dari Presiden untuk memastikan kegiatan belajar-mengajarnya tidak akan terganggu,” jelas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy pada acara yang sama.
Dia melanjutkan, “Satu-dua hari ini kita akan mendapatkan laporan yang valid, laporan perkembangan paling terakhir, baru kita akan melakukan langkah-langkah yang lebih konkret.”
Selain berbagai langkah konkret yang telah dilakukan untuk pemulihan pascabencana, Kemendikbud juga menggalakkan pendidikan tentang mitigasi bencana yang akan dimulai dari bangku Taman Kanak-kanak (TK). Pendidikan berupa teori dan simulasi ini dimaksudkan agar para murid dan guru tahu bagaimana harus bersiap menghadapi bencana.
ADVERTISEMENT
Pendidikan tentang kebencanaan sebenarnya sudah ada sejak kejadian tsunami yang menerjang Aceh pada 2004. Pendidikan kebencanaan itu diberikan kepada guru dan sekolah-sekolah yang ada di 223 kabupaten yang rawan bencana.
Story ini merupakan bentuk kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).