Selain Wiranto, Ini Pejabat Negara yang Pernah Diancam Dibunuh
ADVERTISEMENT
Menkopolhukam Wiranto diserang orang saat melakukan kunjungan kerja di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10) siang. Kasus penyerangan ini bukan pertama kalinya terjadi terhadap seorang pejabat negara di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sejarah mencatat sejumlah pejabat Indonesia bahkan hingga Presiden pernah mendapat ancaman penyerangan. Dari banyaknya ancaman yang terjadi, beruntung para pejabat itu selamat.
Lalu seperti apa kisah ancaman pembunuhan terhadap pejabat di Indonesia? Berikut kumparan merangkumnya
Sebagai tokoh penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, Ir Sukarno beberapa kali mendapat ancaman penyerangan dan pembunuhan. Meski demikian, sosok Bapak Proklamator ini berhasil selamat dari ancaman-ancaman itu.
Kasus yang paling terkenal adalah tragedi Cikini pada 30 November 1957. Saat itu, iring-iringan mobil rombongan Presiden Sukarno dilempari granat usai menghadiri acara malam amal di Perguruan Cikini. Perguruan Cikini merupakan sekolah Guntur Soekarnoputra dan Megawati Soekarnoputri.
Sebanyak 10 orang tewas, termasuk anak-anak dan ibu hamil, dan 48 lainnya mengalami luka-luka. Beruntung, Sukarno dan anak-anaknya selamat dari tragedi berdarah itu.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, mobil kepresidenan menjadi korban. Mobil mewah keluaran tahun 1954 hadiah dari Raja Arab Saudi itu ringsek lantaran menahan ledakan granat.
Bung Karno lantas memerintahkan pengejaran terhadap para pelaku pelemparan granat, juga penyelidikan terkait aktor intelektual di balik upaya percobaan pembunuhannya.
Dalam buku 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964 Jilid 2 (1980), ada empat orang yang ditangkap dan diduga sebagai pelaku teror itu, yakni Jusuf Ismail, Sa’idon bin Muhammad, Tasrif bin Husein, dan Moh. Tasin bin Abubakar .
Dalam penyelidikan terungkap bahwa keempat orang ini adalah penghuni Asrama Sumbawa yang juga berlokasi di kawasan Cikini dan merupakan aktivis Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII). Mereka terkait erat dengan gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan SM Kartosuwiryo.
ADVERTISEMENT
Mantan Menteri Pertahanan (Menhan), Matori Abdul Djalil, diincar untuk dibunuh. Menteri Kabinet Gotong Royong Presiden Megawati Soekarnoputri itu tak hanya sekali diancam dibunuh, namun beberapa kali.
Matori pernah mendapat penyerangan pada 6 Maret 2000 silam di kediamannya. Saat itu, mantan pimpinan PKB itu dibacok seorang laki-laki tak dikenal di halaman rumahnya, pukul 08.30 WIB.
Kejadian bermula saat Matori yang mengenakan kain sarung melihat tukang yang sedang merenovasi rumahnya. Tiba-tiba seorang laki-laki bertubuh kecil dan pendek masuk pekarangan rumahnya di Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
Awalnya, laki-laki itu memberikan brosur desain interior sekaligus daftar harga beberapa jenis gorden. Namun secara, tiba-tiba pria yang mengenakan kaus dan celana training itu memukul bagian belakang kepala Matori dengan senjata tajam. Mendapat pukulan seperti itu, Matori menangkis dengan tangan kanannya.
Akibatnya kepala dan tangannya luka. Matori lalu berteriak. Laki-laki tadi lantas lari keluar menyusul rekannya yang berada di atas sepeda motor RX King B 5013 PZ di jalan samping rumah Matori.
ADVERTISEMENT
Salah satu pelaku pembacokan itu bernama Tanzul Arifin alias Sabar, yang kemudian menjadi terdakwa. Sabar divonis sembilan tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Dalam persidangan itu, Tanzul secara sah dan meyakinkan terbukti bersalah dalam percobaan dan perencanaan pembunuhan terhadap Wakil Ketua MPR.
Putri Bung Karno, Megawati Soekarnoputri pernah menjadi target upaya pembunuhan. Laporan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat atau CIA, Megawati pernah mendapat ancaman pembunuhan sebelum dan sesudah menjadi Presiden. Tapi, keduanya gagal.
Pada 2002, Megawati mendapatkan ancaman nyata. Saat itu Mega dikatakan sudah menerima laporan ancaman bom dari militan Al Qaeda di Indonesia, Omar al Faruq, dari CIA atau Pusat Intelijen Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Komplotan Al Faruq mengupayakan usaha pengeboman pada pertemuan Mega dengan pimpinan PDIP. Tapi, usaha itu gagal lantaran bom itu justru sudah meledak ketika dibawa pelaku di Mal Atrium, Jakarta Pusat.
Laporan CIA lainnya menyebutkan bahwa Al Faruq berhasil ditangkap di Bogor, Jawa Barat, pada 5 Juni 2002. Dia diserahkan ke Amerika Serikat tiga hari kemudian.
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga turut mendapatkan ancaman pembunuhan saat menjabat Presiden ke-6 RI. Ancaman pembunuhan tak hanya dalam bentuk pengeboman namun juga dengan cara mistis.
Dalam bukunya berjudul Selalu Ada Pilihan, Ketum Partai Demokrat itu menceritakan pernah mendapat ancaman pembunuhan lewat serangan bom.
Salah satu peristiwa yang sempat mengancam keselamatan nyawa SBY adalah di kejadian di Ciwidey, Bandung, Jawa Barat. Saat sedang menggelar kunjungan, SBY mendapat informasi ada sel terorisme yang sedang bergerak. Namun untungnya, itu tidak terjadi.
ADVERTISEMENT
Kejadian lain adalah rencana pengeboman rumah SBY di Cikeas oleh kelompok teroris. Menurut SBY, bom sudah disiapkan di daerah Jatiasih, Bekasi. Mobil untuk membawa bom juga sudah ada, bahkan ada 'pengantin' untuk aksi bunuh diri ini.
Selain dua upaya pengeboman ini, SBY juga mendapatkan upaya pembunuhan dengan cara mistis pada 2009 silam, tepatnya menjelang Pilpres 2009. Pada Minggu pagi, Ibu Ani Yudhoyono tengah membaca majalah di ruang keluarga. Sementara SBY tengah beraktivitas di ruang perpustakaan.
Tiba-tiba, terdengar teriakan dari Ani, karena melihat asap hitam tebal berputar di langit ruangan. Menurut SBY, asap hitam itu terbang ke arah timur, seperti hendak ke kamarnya. Sontak saja, SBY langsung berdoa dan meminta perlindungan Allah SWT, hingga akhirnya asap keluar ruangan dan ditiup angin.
ADVERTISEMENT
"Saya sekeluarga selamat. Peristiwa ini seperti adegan film horor yang sering kita lihat. Atau seperti yang terkisahkan di cerita-cerita lama. Tapi sungguh ada. Sungguh nyata," tulis SBY.