Senegal Minta Indonesia Buat Jalur Kereta ke Mali

14 Desember 2018 9:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Menteri Muda Jaringan Perkeretaapian Senegal Abdodu Ndane Sall. (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Menteri Muda Jaringan Perkeretaapian Senegal Abdodu Ndane Sall. (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri)
ADVERTISEMENT
Pemerintah Senegal meminta investor Indonesia membuka jalur kereta internasional yang menghubungkan negaranya dengan Mali.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Muda Jaringan Perkeretaapian Senegal Abdodu Ndane Sall saat menerima sejumlah media dari Indonesia termasuk kumparan, di Dakar, pekan ini.
"Sampai saat ini memang belum terjalin kerja sama konkret. Tapi ada keinginan untuk membangun (jalur kereta api) dari Dakar ke (ibu kota Mali) Bamako untuk transportasi barang," sebut Sall.
Sall meminta Indonesia bukan cuma membangun jalur dan infrastruktur. Ke depannya, dirinya berharap agar RI juga bisa mentransfer teknologi konstruksi jalur kereta ke negaranya.
Sall pernah ke Indonesia beberapa tahun lalu dan mengaku kagum dengan sistem perkeretaapiannya.
"Saat berada di Indonesia saya berjalan naik kereta dari Surabaya ke Madiun, saya lihat betapa canggihnya kemajuan teknologi di Indonesia dan itu selaras dengan keinginan kami mengembangkan perkeretaapiaan," jelasnya.
Kota Dakar di Senegal. (Foto:  Andreas Gerry Tuwo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Dakar di Senegal. (Foto: Andreas Gerry Tuwo/kumparan)
Di samping itu, dalam kesempatannya bertemu sejumlah media dari Indonesia Sall turut menjelaskan soal komitmen pembelian 10 lokomotif buatan PT INKA.
ADVERTISEMENT
Ia mengakui sampai saat ini memang belum ada pembayaran. Sebab, pemerintahnya masih menunggu anggaran baru dikucurkan.
"Nanti kerja sama ini akan disepakati pada tahun depan setelah pemilu, kami menunggu anggaran untuk membeli," papar dia.
Setelah membeli lokomotif, dipastikannya Senegal akan melanjutkan transaksi perkeretaapiannya dengan RI. Mereka sudah berencana membeli barang-barang penunjang lainnya.
"Kami tidak akan membeli lokomotif saja, kami akan ambil semua, tapi kami mulai dari 10 lokomotif. Setelah itu kami akan minta pelatihan, transfer teknologi, pembangunan kapasitas, dan lainnya," pungkas dia.