Senyuman Pakde Karwo Menyimpan Arti

12 September 2018 18:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Soekarwo, Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Soekarwo, Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nama Soekarwo, Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur terus didengungkan oleh tim pemenangan pasangan calon Pilpres 2019 Jokowi - Ma'ruf Amin menjadi salah seorang juru kampanye.
ADVERTISEMENT
Meski beberapa kali ini ditepis, tapi hal ini membuat sejumlah pihak di pusat berharap-harap cemas. Maklum, sosok politikus yang akrab disapa Pakde Karwo dan dua periode memimpin Jatim ini, sosok populer dan mempunyai massa di Jatim.
Saat ditemui kumparan, Pakde Karwo hanya menanggapi dengan kalem terkait arah dukungannya dalam pilpres 2019.
"Saya fokus meningkatkan jumlah legislatif. Saya kan masih gubernur sampe Februari. Sampeyan kok tanya setelah gubernur itu lho. Kadohen iku (red-Kejauhan itu). Mbok mikirnya yang besok dan lusa saja," ujarnya sambil tersenyum lebar saat ditemui usai sidang Paripurna DPRD Jatim, Rabu (12/9).
Terpisah, Suko Widodo, Pakar Komunikasi Politik mengatakan, bahwa memang sejauh ini Pakde Karwo diam dan lebih banyak tersenyum. Namun, menurutnya senyuman itu mengarah pada sesuatu yang lain.
ADVERTISEMENT
"Senyumnya Pakde itu menyimpan rahasia. Senyumnya mengarah pada suatu hal," terang Suko.
Suko tidak memungkiri adanya hubungan mesra yang selama ini terjalin antara Jokowi dan Pakde Karwo yang lebih dari sekedar hubungan politik Presiden dan kepala daerah Jawa Timur.
"Kemesraan itu sudah terjalin sejak lama sampai dengan gelaran Pilgub 2018 lalu," tukas Suko.
Soekarwo, Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Soekarwo, Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
Suko sendiri mengakui bahwa Soekarwo merupakan figur yang memiliki strategi politik yang baik. Terlebih, saat ini Pakde Karwo masih menjaga perannya sebagai pimpinan partai di Jawa Timur maupun sebagai Gubernur aktif.
Selain itu, lanjut Suko, dewasa ini ke mana langkah partai dalam ajang pileg dan pilpres di setiap daerah diprediksi tidak akan berseiringan.
"Partai-partai kan banyak yang lebih cari aman karena ingin memenangkan Pileg. Ada partai yang lebih memenangkan Pileg daripada Pilpres. Jadi di daerah tidak selalu berseiringan terkait langkah Pileg dan Pilpres," urai Suko.
ADVERTISEMENT
Kalaupun benar bahwa Pakde Karwo mengarahkan dukungannya ke paslon Jokowi-Ma'ruf, tindakan tersebut tidak akan dilakukan secara vulgar di hadapan publik.
Selain itu, Suko memprediksi bahwa Pakde Karwo bisa saja menunjukkan arah dukungannya di menit-menit terakhir. Hal ini berkaca pada strategi politik yang dilakukannya pada pemilihan gubernur 2018 beberapa waktu lalu.
"Belajar dari pilgub kemarin, saat sudah ramai kampanye, di saat terakhir mereka (Pakde) memutuskan untuk memberikan dukungan pada Khofifah. Maka masih ada waktu panjang," ujar Suko.
Dosen Fisip Unair ini menilai, Pakde Karwo bukan hanya tokoh politik yang berpengalaman. Namun, pengaruh Pakde Karwo terhadap sikap politik masyarakat Jawa Timur itu begitu besar.
"Sikap Pakde bisa menjadi termin masyarakat Jawa Timur. Sikap itu kemudian yang menjadi perhatian dan ditunggu-tunggu warga Jatim dan sekaligus diharapkan dari pusat," terang Suko.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, di sisi lain, Pakde Karwo juga sudah menyadari bahwa dua paslon terus berdatangan ke Jawa Timur untuk mulai menggaet hati rakyat Jawa Timur.
Dengan demikian, Suko meyakini bahwa Jawa Timur menjadi kunci yang menentukan dalam peta persaingan Pilpres 2019 mendatang. Seperti halnya, dia mengakui sosok Pakde Karwo yang bisa berpengaruh kuat dalam penggalangan suara pemilih di Jawa Timur.
"Saya lihat Jatim punya urgensi luar biasa terhadap Pilpres nanti. Begitu juga Pakde sejauh ini menjadi sosok kunci di Jawa Timur di samping para kiai Jawa Timur," ungkapnya..
Suko juga menilai, bahwa dalam situasi demokratis banyak kader partai yang saling berseberangan dalam pilihan calon kepala negara merupakan suatu yang wajar. Selagi pimpinan partai juga memberikan keleluasaan dan sesuai kode etik setiap partai.
ADVERTISEMENT
"Maka tidak salah dan tidak dipermasalahkan karena partai juga membolehkan," pungkasnya.