Seorang Pelajar Tewas Dikeroyok Usai Menonton Derby Yogyakarta

27 Juli 2018 13:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana rumah duka di Dusun Balong, Timbulharjo, Sewon, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana rumah duka di Dusun Balong, Timbulharjo, Sewon, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jagat sepakbola Indonesia kembali berduka. Muhammad Iqbal Setyawan (16), warga Dusun Balong, Timbulharjo, Sewon, Daerah Istimewa Yogyakarta tewas usai menonton derby antara PSIM Yogyakarta melawan PSS Sleman di Stadion Sultan Agung (SSA) Bantul, Kamis (26/7). Iqbal tewas akibat dikeroyok oknum suporter seusai laga.
ADVERTISEMENT
Suratno, paman korban menjelaskan, Iqbal merupakan anak kedua dari Aiptu Suradi, seorang polisi yang bertugas di Polsek Pleret. Iqbal mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Permata Husada, Pleret, pada pukul 21.00 WIB setelah sempat dirawat sejak 18.00 WIB.
"Tadi malam dapat informasi bahwa Iqbal itu dalam kondisi musibah (meninggal-Red) sekitar Isya, ada yang ngabari ke sini tapi posisi di mana (rumah sakit mana) belum tahu terus kita muter bersama bapaknya dan warga sini," jelas Suratno di rumah duka, Jumat (27/7).
Malam itu, warga Balong telah berupaya mencari keberadaan Iqbal namun tidak membuahkan hasil. Barulah sekitar 21.00 WIB, warga menerima sebuah foto via whatsapp yang memperlihatkan satu korban tewas usai laga derby.
ADVERTISEMENT
"Terus sudah muter-muter kita pada ngepos di pojok desa. Ada yang memperlihatkan foto korban bapaknya nggak mengetahui kalau itu Iqbal, soalnya itu nggak ada tato di lengan. Ternyata itu tato tempelan," bebernya.
"Padahal bapaknya terima itu sejak setengah delapan tapi nggak tahu kalau itu Iqbal. Di pojok itu temannya ada yang tahu itu Iqbal, bapaknya sudah tahu kalau di rumah sakit (di) Pleret," timpalnya.
Setelah mendapat informasi tersebut, keluarganya bergegas menuju Pleret. Kondisi Iqbal telah tidak bernyawa dengan luka lebam di bagian wajah. Sebenarnya rumah sakit hendak merujuk Iqbal ke Rumah Sakit Panti Rapih, tapi keluarga yang belum kunjung datang dan tidak ada identitas maka langkah tersebut urung dilaksanakan.
"Orang yang menganiaya kejam, sungguh biadab. Mata item-item (Iqbal) kaya bekas (kena) benda tumpul," ceritanya.
ADVERTISEMENT
Kamis (26/7) pagi, Iqbal bersekolah seperti biasa di salah satu SMK di Pleret. Iqbal berangkat bersama anak Suratno. Namun pukul 14.00 WIB Iqbal sudah pulang sekolah, Suratno pun sempat kaget.
"Jam segini sudah pulang?" tanya Suratno.
"Izin Lik (paman), mau nonton bola," jawab Iqbal waktu itu.
Suratno sempat bertanya apakah guru Iqbal tidak mempermasalahkan Iqbal pulang lebih awal. Waktu itu Iqbal pun hanya tersenyum. Iqbal justru sempat menanyakan anak Suratno yang masih kecil.
"Dia pamit nonton PSIM-PSS, dia bilang di TV ada kok, Lik. Saya jawab ngapain di sana (stadion) wong ada di TV. Ya itu kata-kata (obrolan) terakhir Iqbal," ujarnya.
"Itu mau meninggalkan saya, perasaan sudah lain. Terus terang tak tahan suruh lihat di TV, tapi dia bilang mau nonton sama temen," katanya.
ADVERTISEMENT
Iqbal di mata Suratno adalah anak yang baik. Iqbal juga dikenal sayang dengan adiknya yang masih kecil.
"Dia rajin ngepel rumah, dia paling rajin. Anak saya sendiri aja nggak mau ngepel, dia mau ngepel. Dia punya adik kecil kelas 2 SD, dia suka momong. Anaknya nggak neko-neko," bebernya.
Terkait aktivitas Iqbal menonton sepakbola, Suratno merasa keponakan tidak pernah terlibat atau masuk geng maupun kelompok tertentu. Iqbal hanya kadang-kadang saja menonton sepakbola di stadion.
"Kadang nonton, kadang nggak. Dia nggak pakai atribut cuma pakai celana pendek dan tidak menggunakan warna salah satu tim," pungkasnya.
Sementara itu, Oktafa Setiawan (26), warga Balong menjelaskan berdasarkan informasi yang ia terima, Iqbal menonton bersama ketiga temannya. Lalu saat akan keluar stadion keempatnya digeledah oknum suporter dan tiba-tiba tanpa sebab Iqbal dikeroyok.
ADVERTISEMENT
"(Iqbal) pelipis kiri sobek, kepala bengkak. Sebelah kiri masih ngenali, sebelah kanan enggak," jelasnya.
Suasana rumah duka di Dusun Balong, Timbulharjo, Sewon, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana rumah duka di Dusun Balong, Timbulharjo, Sewon, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Sementara itu, Aiptu Suradi tidak menyangka anaknya tewas usai menonton bola. Sebelum menonton derby, Suradi sebenarnya telah mengingatkan anaknya agar tidak usah menonton pertandingan tersebut karena situasi yang dianggap tidak kondusif.
"Dari dua hari lalu sudah WA saya (minta izin menonton bola). Tapi tidak saya balas," jelasnya.
Kapolsek Pleret, AKP Sumanto saat dihubungi wartawan membenarkan korban yang meninggal merupakan anak dari anggotanya. Meski begitu, pihaknya belum bisa membeberkan kronologi kejadian. Saat itu, dirinya tengah disibukkan dengan mengatur kepulangan suporter usai laga.
"Saya (berjaga) di Simpang Empat Jejeran. Tahunya dari arah stadion ada PMI, ambulans. Setelah itu korban dibawa ambulans ke RS Permata Pleret," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Usai mendapat informasi ada suporter tewas, Sumanto menugaskan anggotanya untuk memeriksa. Saat itu korban diketahui tidak membawa kartu identitas. Selain itu, korban juga tidak menggunakan atribut-atribut suporter.