Sepertiga Staf PBB Mengaku Alami Pelecehan Seksual

17 Januari 2019 16:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sidang Umum PBB (Foto: Dok. United Nations)
zoom-in-whitePerbesar
Sidang Umum PBB (Foto: Dok. United Nations)
ADVERTISEMENT
Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja, bahkan di badan yang menjunjung tinggi martabat dan hak asasi manusia: PBB. Dalam survei yang pertama kali dilakukan, sepertiga karyawan PBB mengaku mengalami pelecehan seksual dalam dua tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Diberitakan AFP, Rabu (16/1), dalam survei lembaga konsultan Deloitte di seluruh kantor PBB pada November tahun lalu ditemukan satu dari tiga responden atau 33 persen mengaku setidaknya mengalami satu kali pelecehan seksual dalam dua tahun. Namun angkanya meningkat jadi 38,7 persen ketika ditanya pelecehan seksual selama bekerja di PBB.
Jenis pelecehan seksual paling banyak terjadi adalah lelucon cabul atau cerita-cerita sensual yang dianggap menyinggung perempuan, atau perkataan cabul soal penampilan perempuan dan tubuhnya.
Bentuk pelecehan seksual lainnya, staf PBB banyak yang mengaku kerap diseret dalam percakapan soal seks, disentuh, atau diperlihatkan gestur yang merendahkan.
Berdasarkan survei yang diikuti 30.364 staf PBB itu, dua dari tiga pelaku pelecehan seksual adalah lelaki, dan satu dari empat berada di level supervisor atau manajer. Satu dari 10 pelaku pelecehan seksual adalah pemimpin senior di PBB.
ADVERTISEMENT
Survei ini mengejutkan Sekretaris Jendereal PBB Antonio Guterres yang langsung memerintahkan perubahan sikap para staf.
Dalam suratnya kepada seluruh staf, Guterres mengatakan apa yang terjadi dalam survei tidak jauh berbeda dengan organisasi lainnya. Namun PBB, kata dia, yang menjunjung kesetaraan, martabat, dan hak asasi manusia, harus memiliki standar yang lebih tinggi.
Masalah pelecehan seksual ini telah jadi perhatian di PBB. Februari tahun lalu PBB meluncurkan nomor bantuan 24 jam bagi para staf untuk melaporkan pelecehan yang mereka alami.
Kepada badan bantuan PBB untuk penderita HIV dan AIDS, UNAIDS, Michel Sidibe, di Jenewa bulan lalu mengundurkan diri setelah cara dia memimpin dianggap mendorong pelecehan seksual.