Serangan Balik Jokowi ke Kubu Prabowo

4 Februari 2019 6:42 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Jokowi (kiri) dan Prabowo (kanan) di Monas, Jakarta, Minggu (23/9/2018). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Pemilu presiden tinggal dua bulan lagi. Dua paslon yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno beserta para timsesnya gencar berkampanye, berebut suara publik demi meraih kursi Presiden dan Wakil Presiden RI. Saling serang pun kerap dilakukan kedua kubu termasuk para paslon. Baru-baru ini, Presiden Joko Widodo gencar meluruskan sejumlah tudingan kubu Prabowo-Sandi yang dialamatkan kepadanya. Mulai dari persoalan infrastruktur, utang pemerintah sampai hoaks Ratna Sarumpaet. Berikut rangkumannya: Singgung Pembangunan Jalan Tol
ADVERTISEMENT
Joko Widodo saat menghadiri acara deklarasi dukungan dari Koalisi Alumni Undip for Jokowi di Kota Lama, Semarang. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan Dalam kunjungannya bertemu ribuan Koalisi Alumni Diponegoro Minggu (3/2) lalu, Jokowi meluruskan sejumlah tudingan salah satunya kritik soal pembangunan infrastruktur. Ia menegaskan, pembangunan infrastuktur di Indonesia sungguh diperlukan. Pemerintah telah membuktikan cepatnya pembangunan jalan tol. Buktinya, beberapa jalan tol di Pulau Jawa sudah mulai selesai meski ada sejumlah pihak terus mengkritik getolnya program infrastruktur pemerintah.
Gerbang tol Salatiga resmi dibuka. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
"Jangan sampai ada yang bilang kita tak perlu itu (pembangunan infrastruktur), kita tak makan jalan tol. Siapa yang suruh makan jalan tol? Ini dalam rangka berkompetisi dengan negara-negara lain," kata Jokowi di Gedung Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), di kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Minggu (3/2). "Saya titip marilah kita bersama-sama optimis sehingga dalam 5 tahun ini kita berkonsentrasi di infrastruktur. Baik yang namanya jalan tol, bandara. Sekarang bandara Ahmad Yani sudah bagus belum? (Sudah)," lanjut dia. Sudah mulai ‘keras sedikit’
ADVERTISEMENT
Dalam menjawab kritik yang dilontarkan kepadanya, Jokowi terbilang cukup keras menyampaikan klarifikasi. Jokowi menganggap wajar jika terkadang keras dalam menjawab kritik tapi harus tetap sesuai fakta dan data di lapangan. "Masa suruh halus terus, ya kadang-kadang kita kan bosen. Bolehlah keras-keras sedikit. Yang penting menyampaikan fakta. Yang penting menyampaikan data," kata Jokowi di GOR Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (3/2).
Joko Widodo Foto: Biro Setpres
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menilai bagaimana pun pernyataannya dikemas tak perlu dibesar-besarkan. Sebab, yang terpenting, ia tak menyampaikan kebohongan atau hoaks.
"Yang penting bukan menyampaikan semburan dusta. Yang penting bukan menyampaikan semburan kebohongan. Yang paling penting bukan menyampaikan semburan hoaks," lanjut dia. Membahas utang
ADVERTISEMENT
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyebut Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai 'menteri pencetak utang.' Jokowi kemudian membantah hal tersebut. Menurutnya selama ini Sri Mulyani kinerja Sri Mulyani sangat baik dan diakui dunia.
Jokowi merespons kritik tersebut dengan menyatakan, yang bilang Sri Mulyani sebagai menteri pencetak utang adalah orang yang tak paham masalah ekonomi makro.
Sri Mulyani menkeu Foto: Helmi Afandi/kumparan
"Saya ngerti ya, dunia juga tahu Ibu Menteri Keuangan kita Bu Sri Mulyani adalah kebanggaan kita karena masuk sebagai menteri terbaik Asia Pasifik, masuk sebagai terbaik di dunia," kata Jokowi di GOR Jatidiri, Semarang, Minggu (3/2). "Kalau ada kita yang menyampaikan itu (menteri pencetak utang) ya mungkin belum ngerti masalah ekonomi makro. Masuk sebagai penghargaan dan internasional. Semua orang menghargai kok, semua orang hormat kepada Bu Sri Mulyani. Hehehe," lanjut dia.
Kenaikan Utang di Era Jokowi. Foto: Basith Subastian/kumparan
Menyinggung Hoaks Ratna Sarumpaet Jokowi kembali menyinggung soal kasus hoaks yang menimpa Ratna Sarumpaet. Beberapa waktu lalu Ratna sempat berbohong lantaran mengaku dianiaya sehingga wajahnya lebam. Jokowi menyesalkan sempat ada tudingan pemerintah yang menganiaya Ratna. "Ada lagi, katanya dianiaya. Katanya dianiaya. Mukanya babak belur. Lalu konferensi pers. Menuduh-nuduh kita. Untungnya yang namanya Mba Ratna Sarumpaet itu jujur," kata Jokowi di Gedung Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), di kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Minggu (3/2).
Konferensi pers klarifikasi Ratna Sarumpaet terkait kebohongannya, Rabu (3/10/2018). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Meski berbohong, Jokowi mengapresiasi langkah Ratna yang berani jujur dan mengungkapkan cerita yang sesungguhnya ke publik. Ia menyesalkan adanya beberapa orang di sekitar Ratna yang menuduh ada orang yang memukuli aktivis tersebut. Beruntung, kata Jokowi, masyarakat sudah cerdas dan tak mudah terpengaruh berita hoaks.
ADVERTISEMENT
"Lho saya kenal Mbak Ratna itu lama. Beliau itu berani dan jujur. Sehingga waktu terakhir ramai, beliau jujur apa adanya. Saya acungi jempol ke Mbak Ratna," lanjut dia.
"Tapi yang enggak benar itu yang ngabarin digebuki, itu enggak benar. Maunya apa? Maunya nuduh kita kriminalisasi, tapi masyarakat kita sudah cerdas dan pintar-pintar," ucap Jokowi. Terkait keberpihakan asing
Jokowi kerap memberi klarifikasi soal tudingan ia berpihak kepada kepentingan asing di Indonesia. Beberapa waktu lalu, di Karanganyar Jawa Tengah, Jokowi kembali menuturkan dia bukanlah antek asing.
Hal tersebut disampaikannya ketika bertemu pendukungnya dari kalangan pengusaha kayu dan mebel di Pabrik Gula De Tjolomadoe. Terbukti banyaknya Sumber Daya Alam (SDA) yang kembali direbut pemerintah dari tangan perusahaan asing.
Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
"2015 perlu saya sampaikan kepada tetangga dan keluarga kita. Yang namanya Blok Mahakam yang lebih 50 tahun dikelola oleh Total, sudah kita ambil alih dan diberikan ke Pertamina. Pertanyaan saya, antek asingnya di mana?" kata Jokowi kepada para pendukungnya. Jokowi kemudian menyindir para lawan politiknya yang menyebut dirinya sebagai antek asing. Padahal, kata Jokowi, yang menjadi antek asing justru lawan politiknya. Ia lalu memaparkan negosiasi antara pemerintah dengan Freeport agar mau menyerahkan 51 persen saham tak mudah. Hal itu karena banyaknya tekanan dari berbagai pihak saat proses negosiasi.
Pertamina Lifting Perdana Minyak Mentah Chevron di Blok Rokan. Foto: Dok. Pertamina
"Yang kedua, namanya Blok Rokan dikelola Chevron, AS. Sudah lebih dari 90 tahun dikelola mereka. Enggak ada yang bilang antek asing. Pertanyaannya yang antek asing siapa? Jangan nunjuk-nunjuk antek asing padahal antek asing dia itu sendiri," lanjut dia. "Lalu terakhir Freeport sudah dikelola 40 tahun oleh Freeport. Yang ada tambang emas. Untungnya belum habis. Empat tahun kita negosiasi ini. Dipikir enggak ada intrik politik? Kalau gampang sudah dari dulu diambil pemerintah kita. Ini ada tekanan dari kanan, kiri, atas, bawah. Untungnya saya kurus. Jadinya ditekan-tekan enggak kerasa," ucap Jokowi. Cuma ingin bekerja dan bekerja
ADVERTISEMENT
Jokowi mengungkapkan banyak sekali fitnah menerpanya sejak tahun 2014 atau pada awal masa pemerintahannya. Mulai disebut anti-ulama, PKI, hingga antek aseng. Selama empat tahun tersebut ia memilih untuk diam, tak berusaha menjawab. Ia mengaku hanya ingin bekerja memberikan yang terbaik bagi rakyat Indonesia, namun bukan berarti penakut karena tak menjawab fitnah-fitnah itu. "Enggak menjawab, saya hanya ingin kerja saja dari pagi sampai pagi. Pagi sampai tengah malam. Tapi, sampai saya ingin menjawab, dimaki-maki seperti itu. Dipikir saya penakut?" kata Jokowi di Pabrik Gula De Tjolomadoe, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (3/2). "Tidak ada rasa takut sekecil apapun yang hinggap di hati saya ini untuk kepentingan rakyat, bangsa. Saya sampaikan berkali-kali. Enggak ada rasa takut sedikit pun," lanjut dia.
ADVERTISEMENT