Setelah Evakuasi, Balaroa dan Petobo Akan Jadi Kuburan Massal

5 Oktober 2018 20:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana jalanan yang hancur di wilayah Balaroa akibat gempa bumi, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana jalanan yang hancur di wilayah Balaroa akibat gempa bumi, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Jumlah korban tewas akibat bencana Sulawesi Tengah terus bertambah. Di sisi lain, masih banyak jasad warga yang tertimpa reruntuhan bangunan dan belum bisa dievakuasi.
ADVERTISEMENT
Karena itu, pemerintah mulai mempertimbangkan sejumlah lokasi diusulkan menjadi kuburan massal. Misalnya, kawasan Balaroa dan Petobo, Palu, Sulteng.
Sejumlah rumah serta jalanan rusak parah di Perumnas Balaroa akibat gempa, Palu. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah rumah serta jalanan rusak parah di Perumnas Balaroa akibat gempa, Palu. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Menkopolhukam Wiranto menjelaskan, kawasan Petobo merupakan wilayah yang hancur karena fenomena likuifaksi atau mencairnya tanah menjadi lumpur akibat gempa.
"Tanah yang bergeser, apa itu namanya, likuifaksi. Tanah mengangkat, lumpur naik, lalu rumahnya ambles," kata Wiranto di Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (5/10).
Kondisi di Petobo, Palu, yang hancur akibat gempa bumi. (Foto: Soejono Saragih/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi di Petobo, Palu, yang hancur akibat gempa bumi. (Foto: Soejono Saragih/kumparan)
Selain itu, ada satu perumahan lain yang juga tak kalah hancur akibat bencana. Perumahan Balaroa hancur karena tanahnya amblas 3 meter dan naik 2 meter dalam waktu bersamaan.
"Kendala alat berat enggak bisa lewat situ, karena ambles juga. Sekarang masih dilaksanakan, belasan jenazah sudah ketemu, tapi enggak mungkin semuanya ditemukan," tutur dia.
ADVERTISEMENT
Karena kondisi yang hancur lebur itu, pemerintah daerah mulai mendiskusikan agar kedua tempat itu diubah menjadi kuburan massal..
"Saat ini telah dilakukan koordinasi Pemda, pemuka agama, dan pemuka masyarakat, kapan pencarian jenazah dihentikan. Lalu diputuskan kapan daerah itu dijadikan makam massal. Itu tadi sedang dibicarakan dengan mereka di atas, agar saudaranya dianggap mati syahid," ucap dia.