Siklon Tropis: Ancaman Baru Negeri Khatulistiwa

7 Desember 2017 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Seorang pemuda berwajah tenang termenung di siang bolong. Ia duduk di samping reruntuhan rumahnya. Bangunan itu hancur tertimbun longsor akibat hantaman siklon tropis Cempaka, Selasa (28/11).
ADVERTISEMENT
Siklon atau puting beliung--angin ribut yang berpusar dan bergerak kencang cepat dalam tekanan tinggi mengelilingi satu pusat--menjadi bencana bagi banyak orang di pengujung November 2017.
Angger kehilangan ayah-ibunya saat siklon melanda. (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
Pemuda yang termangu itu bernama Angger Rio Pambudi, siswa kelas XI SMK Negeri 3 Yogyakarta. Akibat siklon tropis, ia kehilangan harta berharganya: kedua orang tua tersayang yang selama ini tiada henti memberikan dukungan.
Angger yang tengah merintis karier sebagai pemain sepak bola tak akan bisa bergabung dengan tim PSIM U-17 Yogyakarta jika bukan tanpa ayah-ibunya. Selama ini, jika Angger bertanding, kedua orang tuanya selalu hadir menonton dan memberi semangat dari pinggir lapangan. Momen itu kini tinggal kenangan.
Longsor dampak dari siklon Cempaka (Foto: Antara/Destyan Sujarwoko)
Badai itu tak seindah namanya. Siklon tropis Cempaka menerjang sedikitnya 28 kota/kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur selama tiga hari.
ADVERTISEMENT
Bencana itu mengakibatkan kerusakan yang cukup parah karena letak siklon yang dekat dengan daratan, yakni di perairan selatan Jawa Tengah--sekitar 100 kilometer sebelah selatan tenggara Cilacap pada titik 8.6 Lintang Selatan dan 110.9 Bujur Timur.
Hanya dalam dua hari, siklon Cempaka menelan puluhan korban dan memporak-porandakan apa-apa yang dilintasinya di Yogyakarta dan Pacitan. Padahal, itu hanya ekor atau ujung pusaran anginnya.
“Pusatnya di Samudra Hindia, ekornya nyabet di selatan Jawa. Itu yang mengakibatkan curah hujan tinggi dan angin kencang,” kata Dwikorita Karanawati, Kepala Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Yogyakarta, Minggu (3/12).
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengatakan siklon tropis Cempaka menyebabkan sekitar 41 orang meninggal akibat banjir dan longsor, 28.180 jiwa mengungsi, 1.709 rumah terdampak--yang semua itu menyebabkan kerugian ekonomi senilai Rp 1 triliun.
Pergerakan siklon tropis Cempaka. (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)
Kelahiran siklon tropis Cempaka diumumkan oleh BMKG pada Senin (27/11). Sialnya, selang dua hari kemudian, Rabu (29/11), saat siklon Cempaka mulai menjauhi Indonesia, siklon tropis Dahlia lahir di barat daya Bengkulu, pada titik 8.2 derajat Lintang Selatan dan 10.8 derajat Bujur Timur.
ADVERTISEMENT
Meski tak sedahsyat siklon Cempaka, siklon Dahlia berimbas hingga perairan Bengkulu, dan menyebabkan curah hujan tinggi serta badai dan ombak laut yang tinggi pula.
Siklon tropis lazim dikenal dengan sejumlah sebutan, antara lain “badai tropis” atau “topan” jika lahir di Samudra Pasifik Barat, “siklon” atau “cyclone” jika lahir di sekitar India atau Australia, dan “hurricane” jika lahir di Samudra Atlantik.
Intinya, secara umum semua kata itu bermakna sama. Siklon ialah, badai, topan, atau angin ribut. Meski demikian, terdapat perbedaan pada kecepatan dan kekuatan pusaran angin.
“Sebetulnya itu semua badai. Tetapi (siklon) dari segi strukturnya memutar dan kecepatan pusaran anginnya minimal 35 knots atau 65 kilometer per jam,” kata Dwikorita.
Siklon juga punya tingkatan. Meski mengakibatkan korban jiwa, siklon Cempaka digolongkan sebagai siklon kelas satu, artinya siklon yang paling rendah kecepatannya (35 hingga 45 knot). Sementara siklon kelas dua sebesar 45 hingga 80 knot, dan kelas tiga sebesar sekitar 100 knot.
ADVERTISEMENT
“Naik ke kelas 2 masih bisa disebut siklon. Tetapi kalau sudah mencapai kelas 5 seperti di Amerika, itu bisa dikatakan hurricane,” ujar mantan Rektor UGM itu.
Siklon Tropis (Foto: AFP)
Pada pusat siklon, terbentuk wilayah berdiamer 10 hingga 100 km dengan kecepatan angin relatif rendah dan tanpa awan. Inilah yang disebut mata siklon. Di sekeliling mata badai itu, terdapat wilayah berbentuk cincin dengan ketebalan 16 km. Itulah dinding mata di mana kecepatan angin tertinggi dan curah hujan terbesar terjadi.
Siklon tropis termasuk badai berkekuatan besar dengan radius rata-rata mencapai 150 hingga 200 km. Ia dapat terbentuk di atas lautan luas dengan suhu permukaan laut mencapai lebih dari 26,5 derajat Celcius.
Pusaran angin kencang di dekat pusat lahirnya siklon memiliki kecepatan angin lebih dari 63 km/jam. Pusaran angin itu dapat bertahan lebih dari 6 jam. Sementara siklon itu sendiri bisa berlangsung sekitar 3 sampai18 hari.
ADVERTISEMENT
Terbentuknya siklon tropis dipicu oleh perbedaan tekanan udara dan anomali suhu permukaan laut. Ini akibat matahari berada di bagian selatan Bumi, menjadikan wilayah selatan lebih hangat, dengan atmosfer lebih lembab dan renggang dibanding bagian utara, serta temperatur laut lebih tinggi.
Siklon tropis di Indonesia (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
Siklon tropis sesungguhnya fenomena alam tak biasa di Indonesia. Indonesia bukan termasuk negara yang menjadi langganan badai tropis itu. Siklon tropis umumnya terjadi di wilayah yang jauh dari ekuator seperti Amerika Serikat.
Lazimnya, siklon tropis tumbuh di Australia dan Laut Pasifik Selatan, Samudra Hindia bagian utara dan selatan, Laut Pasifik Utara bagian barat, Pasifik Timur, dan Atlantik Barat.
Siklon tropis paling banyak terjadi di belahan Bumi utara, sekitar dua pertiga dari total kejadian. Sementara ukuran siklon tropis bervariasi, mulai 50 km hingga 1100 km.
ADVERTISEMENT
“Sebetulnya, semakin ke ekuator, semakin kecil (peluang terjadinya siklon tropis), karena gaya beloknya makin kecil,” kata Mulyono Rahadi Prabowo, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Senin (4/12).
Gaya belok atau efek Coriolis itu yakni pembelokan arah benda bergerak yang bertumpu pada kerangka acuan putarnya. Pada siklon tropis ini, panas Bumi mengakibatkan “benda” yang melintas, membelok sepanjang lintasan yang berbentuk garis melengkung.
Dampak Siklon Tropis Cempaka dan Dahlia (Foto: Antara)
Siklon tropis dapat berdampak besar pada wilayah-wilayah yang dilaluinya, di antaranya gelombang tinggi akibat putaran angin, juga hujan deras dan angin kencang yang dapat mengganggu pelayaran hingga menenggelamkan kapal.
Sepanjang sejarah, 90 persen siklon tropis yang terjadi dekat daratan tergolong mematikan. Di darat, angin kencang dapat merusak bangunan-bangunan, kendaraan, jembatan, dan semua yang dilaluinya. Apalagi jika disertai banjir bandang yang dapat menghanyutkan segala rupa.
ADVERTISEMENT
Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta mengatakan, dampak siklon secara spesifik digolongkan menjadi dua, yakni dampak langsung dan tak langsung.
Dampak langsung terjadi pada daerah-daerah yang dilalui siklon tropis. Bisa berbentuk gelombang tinggi, badai, naiknya permukaan air laut, air pasang yang tinggi, hujan deras, dan angin kencang.
Contoh dampak langsung ini ialah saat siklon tropis Kirrily menimbulkan hujan lebat di Kepulauan Kei yang dilintasinya di Laut Banda, Maluku, pada 27 April 2009. Imbasnya, puluhan rumah rusak dan terendam, jalan rusak, serta gelombang tinggi dan curah hujan lebat terjadi selama 4 hari di Tual, Maluku.
Siklon Kirrily Australia (Foto: NASA)
Siklon tropis Kirrily tumbuh di wilayah tanggung jawab TCWC Darwin, Australia, kemudian menyeberang masuk ke Indonesia dan melintasi Maluku di tenggara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Meski Indonesia tak umum dilintasi siklon tropis, keberadaan angin itu di sekitar Indonesia turut memengaruhi pembentukan pola cuaca di Indonesia. Inilah yang disebut dampak tidak langsung siklon tropis, antara lain Indonesia menjadi lokasi berkumpulnya (pumpunan) angin, daerah belokan angin, dan wilayah yang defisit kelembapan.
Alhasil, Indonesia sering diguyur hujan lebat di sekitar Jawa atau Laut Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Laut Banda, Laut Timor, hingga Laut Arafuru.
Jika dilihat dari citra satelit, daerah pumpunan angin terlihat memanjang dengan awan tebal yang terhubung dengan awan siklon tropis yang menyerupai ekor. Itu sebabnya, wilayah pumpunan angin kerap disebut ekor siklon tropis. Contohnya, siklon tropis George pada 2 Maret 2007 dengan ekor yang memanjang dari Jawa Timur hingga NTT.
ADVERTISEMENT
Sama seperti wilayah pumpunan angin, daerah belokan angin juga meningkatkan pembentukan awan-awan penyebab hujan lebat.
Pergerakan siklon tropis. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo, terdapat 4 siklon tropis yang tumbuh di wilayah Indonesia sejak tujuh tahun silam, antara lain siklon Anggrek di perairan barat Sumatera pada 30 Oktober-4 November 2010 dan siklon Bakung di barat daya Sumatera pada 11-13 Desember 2014.
Akhir November 2017, untuk kali pertama, dua siklon tropis menghantam Indonesia hanya dalam sepekan. Kenapa?
“Pada bulan-bulan menjelang awal tahun seperti ini, dari November, Desember, Januari, sampai Maret paling lama, belahan Bumi selatan lebih hangat. Maka di waktu-waktu ini lebih potensial terbentuk bibit-bibit siklon, yang kalau menguat bisa menjadi siklon,” kata Prabowo.
ADVERTISEMENT
Di masa depan, siklon tropis diprediksi akan kembali terbentuk di Indonesia. Fluktuasinya dipengaruhi oleh perubahan atmosfer Bumi akibat emisi karbon dari penggunaan bahan bakar, yang berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim.
“Emisi karbon terakumulasi di atmosfer. Masalahnya, karbon itu kemudian tidak hilang, tapi bertengger di puncak atmosfer menjadi selimut Bumi. Sehingga ketika radiasi matahari masuk, dia menembus ke Bumi, tapi radiasi dari Bumi tidak bisa menembus selimut emisi karbon ini. Lama-lama suhu Bumi jadi panas,” kata Prabowo.
Emisi Karbon Perkotaan (Foto: Aly Song)
Apalagi, imbuhnya, saat ini terjadi perubahan lingkungan cukup drastis. Daerah yang biasanya hutan tadah hujan, kini menjadi ladang atau kawasan hunian, sehingga radiasi matahari tak banyak diserap, dan lebih banyak dipancarkan.
Akibatnya tentu saja, cuaca kian panas. Padahal, hutan memiliki fungsi penting untuk menyerap radiasi matahari sehingga suhu Bumi tak terlampau tinggi.
ADVERTISEMENT
Pemanasan global tersebut lantas memicu perubahan iklim. Selanjutnya, perubahan iklim membuat kondisi cuaca berfluktuasi.
Dengan kata lain, kekacauan cuaca akibat pemanasan global--yang terjadi karena ulah manusia--turut menyumbang pada tumbuhnya bibit-bibit siklon.
Peta emisi karbon dunia. (Foto: wri.org)
“Secara umum, kalau suhu Bumi meningkat--makin tahun makin hangat, ada kecenderungan aktivitas cuaca lebih banyak terjadi. Sering bukan hanya dalam bentuk siklon, tapi pertumbuhan awan lokal, hujan,” kata Prabowo.
Tapi, imbuhnya, “Pada skala besar bisa saja akan sering muncul puting beliung (siklon).”
Masalahnya (lagi), Indonesia menempati posisi 10 besar negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia, sebanyak 2,05 miliar ton.
Kepala BMKG Dwikorita mengatakan, pengaruh perubahan alam dalam memicu tumbuhnya siklon tropis masih dikaji lebih lanjut.
Yang jelas, apa yang diperbuat manusia, akan kembali ke manusia itu sendiri.
ADVERTISEMENT