Siswa SD dan SMP di Surabaya Surati Donald Trump Protes Impor Sampah

12 Juli 2019 17:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Massa dari Brantas River Coalition To Stop Imported Plastic Trash (Bracsip) menggelar aksi tolak sampah impor di depan Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat, Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Massa dari Brantas River Coalition To Stop Imported Plastic Trash (Bracsip) menggelar aksi tolak sampah impor di depan Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat, Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, ribuan ton sampah ditemukan menumpuk di sejumlah daerah. Sampah-sampah tersebut ternyata diimpor dari berbagai negara, seperti Jerman, China dan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Pengiriman sampah dari luar negeri ke Indonesia, seakan negara ini menjadi 'tempat pembuangan sampah akhir' dari negara-negara lain. Hal ini menuai aksi protes, khususnya dari para aktivis lingkungan, tak terkecuali bagi siswa SMP di Jawa Timur yang sengaja menuliskan surat protes kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Seperti Aeshnina Azzahra (12), siswi sekolah menengah pertama (SMP) dari Gresik, Jawa Timur. Ia ikut aksi unjuk rasa bersama komunitas Brantas River Coalition to Stop Imported Plastic Trash (Bracsip) di depan Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Jalan Citra Raya Niaga, Sambikerep, Surabaya, Jumat (12/7).
Selain melakukan aksi protes unjuk rasa, Aeshnina membawa sepucuk surat untuk Donald Trump. Surat itu berisi protesnya terhadap impor sampah yang mencari lingkungan sejumlah wilayah Jawa Timur.
Dua orang anak menunjukkan surat protes impor limbah sampah untuk diberikan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menggelar aksi di depan Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat, Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Surat itu bakal diberikan melalui Konsul Jenderal Amerika di Surabaya. Ia berharap impor sampah itu diberhentikan.
ADVERTISEMENT
“Agar tidak mengekspor sampahnya ke Indonesia. Kenapa kita harus menerima sampah mereka, seharusnya mereka mengurus sampah mereka sendiri,” ujarnya.
Aeshnina mengaku, prihatin atas keadaan Indonesia yang dicap ’kemproh’ (jorok) oleh dunia internasional. Ia ingin kasus itu diperhatikan betul oleh pemerintah.
“Kita banyak masalah sampah. Kenapa kok ditambahi lagi sama AS. Harusnya mereka membantu bukan menambahi,” ungkapnya.
Seorang anak memegang sampah impor saat menggelar aksi di depan Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat, Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Selain Aeshnina, ada lagi satu siswa SD kelas 6 bernama Zade (11) yang juga ikut dalam aksi. Zade juga ikut mengirimkan surat protesnya kepada Donald Trump. Aeshnina dan Zade menulis surat protes tersebut langsung dibuat oleh tulisan tangan mereka, berbahasa Ingrris di atas secarik kerta buku sekolah.
Aksi unjuk rasa di depan Konjen AS tersebut dipimpin oleh Prigi Arisandi, dari komunitas Bracsip.
Massa dari Brantas River Coalition To Stop Imported Plastic Trash (Bracsip) menggelar aksi tolak sampah impor di depan Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat, Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
“Pak Donald Trump, Pak Konjen janganlah lagi mengekspor sampah rumah tangga ke Indonesia. Jad, boleh sebenarnya plastik masuk tapi plastik jenis industri. Bukan waste domestic atau sampah rumah tangga,” kata Prigi.
ADVERTISEMENT
Prigi menilai, pengiriman sampah kertas disertai limbah rumah tangga tersebut melanggar hukum. Prigi meminta Amerika Serikat dan sejumlah negara yang mengimpor limbah sampah ditindak keras.
“Kita minta Jokowi berstatement mendeklarasikan Indonesia darurat sampah plastik dan Amerika harus diberi notifikasi. Ngasih surat, ‘Pak Donald Trump jangan ngasih sampah,” terangnya.
Selain itu, menurut Prigi, Kementerian Perdagangan wajib bertanggungjawab atas impor limbah sampah tersebut. Terlebih, kegiatan impor tersebut sudah berjalan lama.
Massa dari Brantas River Coalition To Stop Imported Plastic Trash (Bracsip) menggelar aksi tolak sampah impor di depan Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat, Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
“Maka yang bertanggungjawab adalah departemen perdagangan karena sudah kebocoran maka harus dikembalikan sampah ini bukan green line tapi red line,” ungkapnya.
Prigi juga mencurigai ada permainan dalam impor limbah sampah ini. Musababnya, belasan perusahaan di Jatim sudah bertahun-tahun mengelola limbah sampah tersebut tanpa protes dengan adanya selundupan sampah rumah tangga. Bahkan, mereka menjual kembali kepada penduduk sekitar.
ADVERTISEMENT
“Ada importir, jadi industri kertas ini kan sudah lama, mereka memberi sudah lama dan harusnya mereka dirugikan kalau mereka beli kertas dapat plastik. Tapi faktanya mereka enggak pernah komplain,” ujarnya.
Prigi mengatakan, dari sejumlah sampah bekas impor tersebut ditemukan sejumlah sampah limbah B3. Seperti popok bayi, kaleng bekas oli dan sampah elektronik.
Surat protes impor limbah sampah untuk diberikan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menggelar aksi di depan Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat, Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Menurut Prigi, tidak semua sampah bisa diolah, hanya 60 persen dari total keseluruhan jumlah sampah impor yang dapat didaur ulang. Sedangkan, sisanya sampah lainnya 30 persen berbahaya jika dibakar dan 10 persen lainnya limbah B3.
Sebelumnya, Kepala Bea Cukai Tanjung Perak, Basuki Suryanto menyebut ada 58 peti kemas limbah sampah diduga terkontaminasi bahan beracun dan berbahaya (B3). Limbah sampah itu berasal Amerika dan Jerman.
ADVERTISEMENT
Kepala Bea Cukai Perak Basuki mengatakan, 58 kontainer itu terdiri dari 38 kontainer diimpor dari Amerika dan 20 kontainer dari Jerman. 58 kontainer tersebut dalam pemeriksaan usai Nota Hasil Intelejen (NHI) dikeluarkan. Menurut Basuki, sejumlah kontainer tersebut diperiksa secara fisik,dengan melihat isi limbah sampah.
“Ada yang 38 kontainer dari Amerika, masih proses (pemeriksaan), dari Jerman 20 kontainer,” ujar Basuki, Selasa (9/7).
Surat protes impor limbah sampah untuk diberikan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menggelar aksi di depan Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat, Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
ADVERTISEMENT