Soal Tsunami 57 M, Masyarakat Perlu Tahu Beda Potensi dan Prediksi

11 April 2018 2:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjelasan Ahli Tsunami UGM terkait tsunami (Foto: Marcia Audita/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penjelasan Ahli Tsunami UGM terkait tsunami (Foto: Marcia Audita/kumparan)
ADVERTISEMENT
Beberapa pekan terakhir, warga dihebohkan dengan isu tsunami yang akan menerjang kawasan Pandeglang, Banten, dan sekitarnya. Isu ini sempat membuat masyarakat Indonesia, khususnya warga Banten, resah. Bahkan Polda Banten sempat berencana memanggil Ahli Tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, untuk meluruskan pernyataannya.
ADVERTISEMENT
Namun hal tersebut sudah selesai dikarifikasi. Widjo pun urung dipanggil polisi lantaran media online yang memberitakan pernyataan Widjo sebelumnya telah memuat hak jawab. Dugaan pidana kasus ini akhirnya dihapus dan akan diselesaikan melalui Dewan Pers.
Terkait pernyataan tsunami 57 meter, Widjo menegaskan bahwa ia tak pernah menerangkan ke publik dengan istilah 'prediksi'. Dia mengaku, selama ini ia dan jajaran ahli Tsunami lain menyebutnya dengan diksi 'potensi'.
Menurutnya, terdapat perbedaan yang sangat jauh pada penyebutan kata 'berpotensi tsunami' dan 'diprediksi akan terjadi tsunami'.
"Itu salah satu yang menyebabkan masyarakat salah paham. Karena kalau prediksi, kan akan terjadi dan pasti. Kalau potensi kan belum tentu terjadi, tapi pasti itu tersimpan. Mungkin potensi dan prediksi kalau orang awan itu mendengarnya enggak beda jauh. Tapi ya saya sampaikan, kalau dari sisi komunikasi sains harus lebih baik," ujar Widjo dalam diskusi bertajuk 'Ancaman Tsunami Menelan Pulau Jawa /Fakta atau Hoax' di Resto Batik Kuring, Kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (10/4).
Penjelasan Ahli Tsunami UGM terkait tsunami (Foto: Marcia Audita/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penjelasan Ahli Tsunami UGM terkait tsunami (Foto: Marcia Audita/kumparan)
ADVERTISEMENT
Widjo menilai, masyarakat perlu mengetahui informasi tentang potensi tsunami di Indonesia. Sehingga menurutnya, masyarakat dapat mengantisipasi dan mewaspadai terjadinya tsunami dengan membuat sejumlah metode mitigasi sejak dini.
"Tidak usah panik. Kalau kita ngomong tsunami, kita kan sudah pernah mengalami tahun 2004, pantai selatan juga, di daerah Jawa Barat juga, dan beberapa tempat, di Banyuwangi pernah, Yogyakarta juga. Jadi kalau kita bicara tsunami harusnya sesuatu yang wajar saja," tuturnya.
Senada dengan Widjo, Guru Besar Teknik Pantai Universitas Gadjah Mada Radianta Triatmadja memastikan hingga saat ini, belum ada teknologi atau ahli manapun yang bisa memprediksi datangnya gempa dan tsunami. Termasuk memprediksi lokasi, waktu, dan besaran tsunami yang akan menerjang sebuah wilayah.
ADVERTISEMENT
"Suka heboh memprediksi tsunami, kadang diramal. Padahal kita cuma menimbulkan adanya potensi --berdasarkan historis dan data--. Bukan meramal atau memprediksi. Tetap enggak bisa, karena bukan Tuhan," imbuhnya.
"Saya hanya ingin menegaskan bahwa tsunami itu tidak bisa diprediksi kapan dan besar, dan letaknya di mana, tapi potensi ya, bisa karena kita punya pengalaman di sekitar itu dan menurut teori di situ ada patahan, itu bisa. Kalau kita lihat adanya potensi, itu membuat kita lebih wise untuk mengurangi potensinya," tutur Radianta.