Sobat Air ADES Berbagi Ilmu dengan Petani di Bea Muring, NTT

28 September 2018 11:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sobat Air ADES ikut membantu konservasi air untuk pertanian di Bea Muring bersama Romo Marsel, Manggarai Timur, NTT. (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sobat Air ADES ikut membantu konservasi air untuk pertanian di Bea Muring bersama Romo Marsel, Manggarai Timur, NTT. (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kekeringan menjadi salah satu masalah besar bagi petani di Bea Muring, Manggarai Timur, NTT. Salah satu Sobat Air ADES, Evrina Budiastuti, berkesempatan berbagi ilmu tentang pertanian kepada warga Bea Muring.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah Fransiscus, petani setempat yang mengaku kesulitan karena belum tersentuh teknologi. Belum lagi, para petani di Bea Muring sama sekali tidak pernah mendapat penyuluhan sehingga mereka tidak bisa maksimal dalam memanfaatkan lahan.
"Petani di sini masih tradisional karena tidak ada pendamping untuk membantu kami meningkatkan taraf hidup. Tidak ada pendamping yang menyuluh, bahkan dari Indonesia merdeka," kata Fransiscus di Bea Muring, NTT, Rabu (26/9).
Sobat Air ADES ikut membantu konservasi air untuk pertanian di Bea Muring bersama Romo Marsel, Manggarai Timur, NTT. (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sobat Air ADES ikut membantu konservasi air untuk pertanian di Bea Muring bersama Romo Marsel, Manggarai Timur, NTT. (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Sebagai orang yang berprofesi sebagai penyuluh pertanian, Evrina berkesempatan menularkan ilmunya untuk menjawab pertanyaan Fransiscus. Menurut Evrina, lokalitas pertanian di Bea Muring sudah cukup bagus dan sebenarnya tidak perlu tersentuh teknologi modern untuk berkembang.
"Kalau mau modern, melihat kontur tanahnya yang turun naik, mungkin agak sulit. Jadi saran saya tetap pertahankan lokalitasnya," jawab Evrina.
Sobat Air ADES, Evrina, menjelaskan soal penyuluh pertanian kepada warga Bea Muring, Manggarai Timur, NTT.  (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sobat Air ADES, Evrina, menjelaskan soal penyuluh pertanian kepada warga Bea Muring, Manggarai Timur, NTT. (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Selain itu, ia juga menyarankan agar para petani tetap menggunakan pupuk organik dan tidak ikut beralih ke pupuk kimia. Apalagi, pupuk kimia tak hanya mahal tapi juga mematikan kesuburan tanah jika digunakan dalam jangka waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
"Sedangkan untuk hortikultura, buah-buahan, mungkin disesuaikan dengan kondisi di sini yang agak dingin. Bisa dengan kelengkeng yang tak hanya diambil buahnya, tapi juga kayunya kalau sudah agak tua," lanjutnya.
Sobat Air ADES belajar konservasi air untuk pertanian di Bea Muring bersama Romo Marsel dan ADES, Manggarai Timur, NTT. (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sobat Air ADES belajar konservasi air untuk pertanian di Bea Muring bersama Romo Marsel dan ADES, Manggarai Timur, NTT. (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Sedangkan untuk masalah penyuluhan, menurut Evrina, seharusnya di setiap desa atau kecamatan sudah disediakan penyuluh pertanian. Untuk itu, ia menyarankan agar para petani di Bea Muring mencoba bertanya soal kesediaan penyuluh pertanian di kantor desa.
"Soal kebutuhan penyuluh bisa tanya kantor desa soalnya penyuluh paling enggak sebulan sekali ada di kantor desa atau ke kecamatan di kantor seksi ekonomi pembangunan. Harusnya tahu," tutur Evrina.
Selain berbagi cerita dan ilmu dengan para petani, seluruh Sobat Air ADES juga berkesempatan mengunjungi embung yang menjadi sumber mata air di Bea Muring. Dengan curah hujan yang rendah, permukaan air di embung yang dibuat pemerintah desa tersebut justru sangat rendah.
ADVERTISEMENT
"Mungkin secara teknis belum sempurna (pembangunan embungnya), sebab seharusnya air bisa ditampung sedalam embung ini. Kalau mau pakai, warga harus antre seharian baru bisa mendapatkan jatah air mereka," jelas Pejuang Air ADES, Romo Marsel.
Pejuang Air ADES dari NTT, Romo Marsel di Bea Muring, Manggarai Timur, NTT. (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pejuang Air ADES dari NTT, Romo Marsel di Bea Muring, Manggarai Timur, NTT. (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Setelah antre panjang, warga --khususnya para petani-- masih harus berjuang keras membawa jeriken ke kebun mereka. Meski perlu kerja keras, namun Romo Marsel menilai semangat para petani di Bea Muring sangat luar biasa.
"Kita bisa bayangkan betapa mereka bekerja keras untuk mendapatkan air dan menghidupi lahannya, dan dengan situasi seperti ini mereka tetap bertahan," puji Romo Marsel.
Untuk lebih merasakan perjuangan petani di Bea Muring, para Sobat Air ADES mencoba menampung dan membawa jeriken air dari embung ke lahan pertanian. Mereka harus antre cukup lama karena aliran air dari embung yang sangat kecil.
ADVERTISEMENT
Setelah seluruh jeriken terisi air, mereka harus mendaki bukit, melewati jalan setapak yang curam untuk menuju ke lahan. Di lahan itulah, mereka mulai membantu petani setempat menyirami tanaman mereka.