Soekarwo: 29 Persen Kasus Stunting di Jatim Anaknya Orang Kaya

14 Desember 2018 16:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi 'stunting' (Foto: unicef indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi 'stunting' (Foto: unicef indonesia)
ADVERTISEMENT
Masalah stunting atau gagal tumbuh karena kurangnya asupan gizi pada anak masih terjadi di banyak provinsi, tak terkecuali di Jawa Timur. Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengungkapkan di provinsinya kasus stunting mencapai 26,2 persen.
ADVERTISEMENT
Setidaknya terdapat 11 kabupaten/kota di Jatim yang kasus stuntingnya tinggi. Ironinya, kasus stunting juga banyak terjadi di daerah perkotaan dan 29 persen di antaranya dialami keluarga yang berkecukupan.
Soekarwo mengatakan, permasalahan stunting banyak dipengaruhi pola asuh orang tua terhadap anaknya. Banyak orang tua yang tidak menerapkan pola asuh yang baik, dan justru menyerahkannya ke pembantu atau perawat anak. Akibatnya, asupan gizi terabaikan dan tidak terkontrol.
Soekarwo. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Soekarwo. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
"29 persen itu angka stunting anaknya orang kaya. Jadi permasalahannya karena dia (orang tua) sibuk kemudian diserahkan pada pembantu. Nah, pembantunya tidak paham tentang asupan hingga timbul permasalahan stunting," ungkap Soekarwo di sela kampanye Gerakan Nasional Pencegahan Stunting di Kantor Gubernur Jatim, Surabaya, Jumat (14/12).
ADVERTISEMENT
Pria yang akrab disapa Pakde Karwo itu menuturkan, berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, angka balita yang mengalami stunting di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 37,2 persen atau sekitar 8 juta balita.
"Kalau secara khusus, stunting juga masih menjadi masalah di Jatim, di mana angka prevelensinya di tahun 2017 mencapai 26,9 persen," ujar Soekarwo.
"Meski dari pengamatan, setiap di 5 tahun terakhir ada penurunan 1 sampai dengan 2 persen, tetapi di tahun 2017 mulai ada peningkatan sebesar 0,6 persen dibandingkan tahun 2016," imbuhnya.
Kepala dinas kesehatan Jawa Timur, Kohar Hari Santoso dalam acara kampanye gerakan nasional pencegahan stunting. (Foto: Nuryatin Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala dinas kesehatan Jawa Timur, Kohar Hari Santoso dalam acara kampanye gerakan nasional pencegahan stunting. (Foto: Nuryatin Phaksy Sukowati/kumparan)
Ditemui secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Kohar Hari Santoso menerangkan berbagai upaya telah dilakukan pihaknya untuk memetakan kasus stunting. Salah satunya dengan mengadakan kegiatan Bulan Timbang bagi balita-balita yang dilakukan setiap Februari dan Agustus.
ADVERTISEMENT
Sosialisasi kepada orang tua terkait pencegahan stunting juga akan digenjot. Tidak hanya melibatkan masyarakat, tapi juga lintas lini seperti Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
"PKK akan dijadikan garda depan. Stunting itu tertinggi di daerah Madura, perkotaan juga ada di tingkat kecamatan tertentu," ucap Kohar.
Menurut Kohar, ada 11 daerah di Jatim kasus stunting tinggi yaitu, Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Probolinggo, Bondowoso, Jember, Malang, Trenggalek, Nganjuk, dan Lamongan. "Di daerah tersebut akan kita jadikan sorotan serius," tutupnya.
Stunting merupakan sebuah kondisi tinggi badan seseorang anak atau seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang seusianya. Penyebab utamanya adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi di dalam kandungan hingga masa awal anak lahir. Kondisi ini biasanya akan tampak saat anak di usia 2 tahun.
ADVERTISEMENT