Soes Toer Dibui karena Tak Ikut Tahlil 6 Jenderal Korban PKI

22 Juni 2018 13:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Dari tahun 1973 hingga 1979 Soesilo Toer merasakan pedihnya hidup di balik jeruji besi. Mantan mahasiswa Institut Plekhanov Rusia itu dipenjara di pusat pemeriksaan tahanan G30S/PKI meski merasa tak sedikit pun terlibat.
ADVERTISEMENT
Dia ditahan seketika setelah mendarat di Indonesia. Kala itu dia sudah menyandang gelar doktor di depan namanya.
Saat ditahan, Soes sempat mengalami isolasi berat selama 6 bulan pertama. “Tidur di kamar gladakan di semen gitu. Enggak ada bantal enggak ada kaleng kencing dan sebagainya,” kenang Soes kepada kumparan, Rabu (6/6).
Adik Pramoedya Ananta Toer, Soesilo Toer (Foto: Retno Wulandhari Handini/kumparan)
Sambil duduk di kursi tuanya di perpustakaan Pataba, Soes menceritakan penyebab dia ditahan. Pada pertengahan dekade ‘60-an, semua mahasiswa Indonesia di Rusia berada dalam satu payung organisasi.
“Ketika peristiwa ‘65 itu menjadi 3 kelompok. Kiri, kanan, tengah. Ada yang pro-Sukarno, ada yang pro-Soeharto, ada yang anti dan sebagainya, Nah saya itu dianggap sebagai salah satu yang anti-Soeharto,” cerita Soes.
ADVERTISEMENT
Anggapan itu tertuju pada Soes setelah dia tidak menghadiri tahlilan di Kedutaan terkait enam jenderal yang mati dibunuh PKI. Sebab Soes tidak hadir tanpa alasan yang pasti.
Soesilo Toer di Perpustakaan PATABA (Foto: Retno Wulandhari Handini/kumparan​)
Namun, Soes dengan lantang menolak dirinya disebut sebagai ‘orang partai’.
“Saya bukan anggota partai. Karena saya anggap jadi anggota partai itu jadi budaknya partai kan. Harus tunduk pada partai, saya enggak mau itu. Jadi saya mau hidup sesuai kemauan saya sendiri,” Soes menegaskan.
Setibanya di Indonesia dia langsung ditangkap polisi dan dijebloskan ke tahanan G30S/PKI. Mendapati kenyataan dia harus dipenjara, Soes pun ikhlas. Dia berkelakar, kedua kakaknya, Pram dan Koesalah, diburu lalu ditahan, sedangkan dia justru menyerahkan diri.
“Karena saya merasa enggak punya salah, prinsip saya di situ. Ditahan itu menurut saya biasa. Kenapa? Negara itu salah satu fungsinya kan untuk menindas,” sebut Soes.
Dokumen Soesilo Toer (Foto: Retno Wulandhari Handini/kumparan​)
Di penjara, lambat laun nasib Soes tak teramat pedih. Setelah mengalami isolasi berat dia mulai menikmati kehidupan di jeruji besi. Soes menanam bayam dan pepaya di halaman belakang penjara. Adik keenam Pram itu juga sempat menjadi tukang cuci piring, bahkan juga pernah jadi ketua blok penjara.
ADVERTISEMENT
"Semua saya nikmati sebagai kenikmatan hidup," kata Soes tentang kehidupannya di penjara.
Lalu bagaimana dengan hobi menulisnya? Soes tetap melakukannya secara diam-diam. Teman-teman satu penjaranya sudah mengetahui kegemaran Soes itu. Mereka pun tak segan mengulurkan tangan kala Soes membutuhkan bantuan.
“Kertas saya apa, bungkus obat nyamuk. Itu dikumpulkan oleh mereka, diserahkan kepada saya. Nanti ada yang ngasih pulpen, ngasih apa. Semua selundupan,” terang Soes sembari mengembangkan senyum.
----------------------------------------------------------------
Ikuti kisah Soesilo lebih lanjut di topik Jejak Pram .