Sopir Sembunyikan Perampok di Taksi, Modus Lama yang Muncul Lagi

21 Maret 2018 20:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fadli dan Fahmi, si kembar tersangka pembunuhan (Foto: Dok Humas Polres Bogor)
zoom-in-whitePerbesar
Fadli dan Fahmi, si kembar tersangka pembunuhan (Foto: Dok Humas Polres Bogor)
ADVERTISEMENT
Kasus perampokan dan pembunuhan terhadap Yun Siska Rochani oleh driver taksi online GrabCar sungguh memilukan. Apalagi modus yang digunakan pelaku si kembar Fadli dan Fahmi seolah membangkitkan modus jadul: pelaku bersembunyi di jok belakang mobil.
ADVERTISEMENT
Modus bersembunyi di jok belakang taksi, atau bagasi atau bagian mobil lainnya, pernah marak beberapa tahun silam, saat taksi online belum lahir. Oknum sopir dari armada taksi tertentu berkomplot dengan rekannya untuk merampok penumpang dengan menyembunyikan rekan tersebut di bagian taksi yang tak terlihat oleh penumpang.
Di tengah jalan, orang yang bersembunyi itu tiba-tiba muncul. Penumpang, rata-rata perempuan, tidak berdaya menghadapi komplotan tersebut.
Salah satu contoh perampokan dengan modus seperti ini terjadi pada 1 Desember 2004 malam hari. Kala itu seorang karyawati berinisial R naik taksi berwarna putih dari perusahaan taksi terkenal — belakangan diketahui merupakan taksi curian — dari kawasan bisnis SCBD, Senayan, Jakarta.
Tiba-tiba di tengah jalan seorang pria muncul dari jok belakang setelah mendorong kursi penumpang. Pria itu sebelumnya bersembunyi di bagasi mobil. Pria itu lantas mengancam R dengan sebilah pisau.
ADVERTISEMENT
Di tengah jalan, sopir memasukkan seorang pria ke dalam mobil, sehingga di dalam mobil ada tiga pria. Gerombolan ini lantas menguras harta benda sang penumpang, mulai dari telepon seluler iPhone 5S, laptop, perhiasan emas, dan memaksa korban menguras tabungannya di sebuah ATM di Jalan Ciniru.
Perampok membawa korbannya keliling tak tentu arah, lalu menurunkan di kawasan Jalan Senapati, Jakarta Selatan.
Beberapa hari kemudian komplotan ini berhasil digulung polisi. Kepada penyidik, pelaku mengaku menyasar daerah Kuningan dan SCBD pada malam hari, saat angkutan umum yang beroperasi mulai susah didapat. Target mereka adalah karyawati perempuan.
Modus ini bukan sekali dua kali terjadi. Bahkan ada komplotan memodifikasi ruang bagasi sehingga anggota sindikatnya bisa bersembunyi dengan mudah.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya polisi mengeluarkan tips aman naik taksi. Tips itu antara lain menyarankan calon penumpang memeriksa semua bagian taksi — termasuk bagasi — untuk memastikan tidak ada orang yang bersembunyi.
Tahun demi tahun telah berlalu. Tak dinyana, modus menyembunyikan orang di bagian mobil taksi, berulang di zaman taksi online pada kasus Fadli dan Fahmi saat merampok korbannya, Siska. Si kembar itu baru dua bulan menjadi pengemudi GrabCar dengan menggunakan mobil Suzuki Ertiga.
Polisi menjelaskan, Fahmi menerima orderan Siska dari sebuah hotel di Jakarta Pusat menuju ke Hotel Haris, Tebet, Jakarta Selatan, pada Sabtu (17/3/2018) malam. Di tengah jalan, Fadli yang bersembunyi di kursi bagian belakang tiba-tiba muncul.
"Salah satu tersangka sembunyi di kursi belakang," kata Kapolres Bogor AKBP Andi M Dicky saat dikonfirmasi kumparan (kumparan.com), Rabu (21/3).
Sopir Taksi online pembunuh (Foto: dok. Polda Jabar)
zoom-in-whitePerbesar
Sopir Taksi online pembunuh (Foto: dok. Polda Jabar)
Semula mereka berniat merampok harta benda Siska. Namun, tak ada saldo di rekening Siska saat dicek di ATM. Rekan-rekan Siska yang ditelepon untuk dimintai tebusan juga tidak mengangkat telepon.
ADVERTISEMENT
Gelap mata dan takut jejaknya ketahuan, akhirnya si kembar menghabisi Siska dengan cara mencekik. Si kembar ‘hanya’ mendapatkan ponsel korban dan menjualnya di sebuah mal di Bogor.
Dua hari setelah mayat korban ditemukan, Fadli-Fahmi diciduk di rumahnya di Bogor. Hukuman maksimal 20 tahun penjara mengancam si kembar.
Kasus ini juga mengingatkan khalayak untuk selalu waspada menggunakan sarana transportasi apa pun, meskipun dalam kasus ini, Grab Indonesia menegaskan bahwa keamanan dan keselamatan penumpang merupakan prioritas mereka.
"Keselamatan dan keamanan seluruh pengemudi, penumpang, dan masyarakat merupakan prioritas utama kami di mana segala bentuk pelanggaran kode etik dan tindak kejahatan tidak akan ditoleransi," ujar Mediko Azwar, Marketing Director Grab Indonesia, dalam pernyataan resmi yang diterima kumparan.
ADVERTISEMENT