‘Sri Ngilang’ dan Bahasa Jawa yang Timbul Tenggelam di Australia

25 Februari 2019 15:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa dari Australia belajar bermain gamelan. Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa dari Australia belajar bermain gamelan. Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Tawa George Quinn mengenang peristiwa tahun 2014 lalu itu mendadak terhenti. Suara di ujung telepon hening beberapa saat. Ketika dia melanjutkan perbincangan, kalimatnya menyiratkan kesedihan.
ADVERTISEMENT
“Harapan saya bisa disambung lagi. Tapi sudah tidak mungkin. Bahasa Jawa di ANU (Australian National University) sudah ditutup,” katanya ketika dihubungi kumparan, Senin (18/2).
Quinn seorang ahli sastra Indonesia, dengan kepakaran khusus di bidang budaya Jawa. Pada 2014, dia dan mahasiswanya di ANU membuat proyek film pendek bertajuk ‘Sri Ngilang’. Quinn juga menjadi pemeran dalam video berdurasi 27 menit 51 detik itu.
George Quinn, pensiunan pengajar Bahasa Jawa asal Australia. Foto: Facebook @George Quinn
‘Sri Ngilang’ sempat menjadi perbincangan warganet di Indonesia. Adegan-adegan diperankan mahasiswa bule dalam Bahasa Jawa dengan logat yang lucu. Ingatan ke proses pembuatan film itu yang membuat Quinn tergelak di sambungan telepon.
Video itu bercerita tentang seorang mahasiswi bernama Sri, yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Keluarga dan kawan-kawannya panik. Rupanya, Sri hanya pura-pura mengalami kecelakaan agar bisa bertemu dengan dokter di rumah sakit. Plot cerita diakhiri lantunan lagu berjudul “Sri Minggat” ciptaan Didi Kempot.
ADVERTISEMENT
Quinn memilih menggunakan proses pembuatan film sebagai media latihan mahasiswanya mempelajari unggah-ungguh Bahasa Jawa. Ia masih ingat suasana belajar di kelasnya. “Yang membuat geli ketika mereka bingung membedakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa,” ungkapnya.
Pemegang gelar PhD di Sydney University ini mencontohkan mahasiswanya yang susah membedakan kata ‘mau’. Dalam Bahasa Jawa, kosa kata itu punya arti ‘tadi’, sementara dalam Bahasa Indonesia artinya ‘ingin’. Mahasiswa didikan Quinn di ANU juga kesulitan memahami konsep Ragam Krama dan Ragam Ngoko.
“Tapi dengan kesulitan itu, mereka tekun belajarnya,” ia berujar.
Minat Quinn sendiri pada Bahasa Jawa tumbuh ketika kuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, rentang 1971 hingga 1973. Kala itu, Ia mengambil jurusan Bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Waktu itu, ada mata kuliah pilihan Bahasa Jawa, Bali, dan Aceh. Saya memilih Bahasa Jawa untuk dua tahun,” kenang Quinn.
George Quinn (dua dari kiri) bersama temannya saat kuliah di UGM. Foto: Facebook @George Quinn
Setelah lulus, dia kembali ke negaranya. Dari tahun 1975 hingga 1991, Quinn mengajar di Sydney University. Kemudian, pria yang kini berusia 76 tahun itu pindah ke Northern Territory University—kini berganti nama menjadi Charles Darwin University. Ia mengabdi di sana hingga 1994.
“Dari 1995 sampai 2015 saya di ANU, harusnya pensiun 2008 tapi diminta kembali mengajar hingga 2015,” ucap Quinn.
Di ANU, Bahasa Jawa merupakan mata kuliah di bawah The College of Asia and Pacific. Mahasiswa peminatnya per tahun rata-rata sepuluh orang. Ada kalanya jumlahnya lebih besar dari itu. Menurut Quinn, ini menandakan minat terhadap mata kuliah ini masih tinggi.
ADVERTISEMENT
“Pernah peminatnya sampai 23 orang, jadi saya buat kelompok-kelompok kecil,” tambah Quinn.
Sayangnya, mata kuliah Bahasa Jawa ditutup pada 2015. ”Di tahun yang sama, Quinn pun meninggalkan ANU.
George Quinn ketika in frame bersama dengan mahasiswanya di video 'Sri Ngilang'. Foto: Facebook @George Quinn
kumparan mencoba menghubungi pihak universitas tersebut. Namun, pihak the College of Asia and Pacific tidak bersedia menjelaskan perihal ditutupnya mata kuliah Bahasa Jawa di sana.
Penjelasan di website universitas hanya memberi keterangan, “ANU was previously the only Australian university to offer Javanese, however the language course is no longer available".
Kini, Quinn tengah menikmati musim panas di Canberra, Australia. Meski demikian kecintaannya kepada budaya Jawa tak pernah surut. Quinn tengah menanti launching buku terbarunya berjudul ‘Bandit Saints of Java’.
Bila tak ada aral melintang, buku itu akan terbit 21 Februari 2019. Di sana, Quinn mengupas kisah tentang wali-wali berandal di Jawa. “Setelah pensiun pada 2015, saya sibuk meneliti tentang Jawa dan agama,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Simak selengkapnya Menghidupkan Bahasa Jawa dalam tautan di bawah ini.