Sri Sultan HB X: Penyerangan Gereja Bukan Karakter Warga Yogyakarta

12 Februari 2018 1:42 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelantikan Sri Sultan Hamengku Buwono X (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelantikan Sri Sultan Hamengku Buwono X (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
ADVERTISEMENT
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyesalkan peristiwa penyerangan terhadap Gereja Santa Lidwina Bedog, Yogyakarta. Padahal saat itu, para jemaat umat Katolik sedang melaksanakan ibadah misa.
ADVERTISEMENT
Peristiwa itu terjadi pada Minggu (11/2) pagi. Seorang pria yang belakangan diketahui bernama Suliyono, warga asal Banyuwangi, Jawa Timur, menyerang empat jemaat dengan parang. Salah satu korbannya, adalah Romo Prier, yang sedang memimpin jalannya misa.
Sultan menegaskan, penyerangan tersebut sama sekali tidak mencerminkan karakter asli warga Yogyakarta. Pasalnya, kata dia, kerja sama dan gotong royong antarsesama warga selama ini, menjadi budaya yang terus dirawat di Yogyakarta.
Suasana Gereja Bedog usai penyerangan (Foto: Haris Erdyanto)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Gereja Bedog usai penyerangan (Foto: Haris Erdyanto)
"Saya tidak memahami dan tidak mengerti kenapa ada perbuatan yang keji tanpa ada rasa kemanusiaan. Jelas itu bukan karakter kita warga Yogyakarta," kata Sultan seusai menjenguk tiga korban di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, Minggu malam, dilansir Antara.
Dia menuturkan, toleransi antarumat beragama tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan memerlukan kesadaran bersama. Dengan kesadaran itu, lanjutnya, semestinya semua pihak bisa saling menjaga satu sama lain.
ADVERTISEMENT
"Khususnya bagi warga masyarakat Katolik maupun korban, saya mohon maaf. Biarpun kami sudah koordinasi dengan aparat keamanan tetapi peristiwa itu tetap terjadi," tuturnya.
Sultan mengaku telah menggelar rapat koordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Melalui rapat itu, dia meminta para pimpinan daerah, Forum Kerukuman Umat Beragama (FKUB), serta organisasi masyarakat untuk menjamin kejadian serupa tidak terulang kembali.
Melumpuhkan Pria Berparang di Gereja Bedog. (Foto: Eksklusif Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Melumpuhkan Pria Berparang di Gereja Bedog. (Foto: Eksklusif Kumparan)
"Bahwa kita sudah sepakat apa pun perbedaan agama yang diyakini harus saling dihargai. Tidak hanya Pemerintah, masyarakat juga harus bisa menjamin kebebasan dalam melaksanakan ibadah," kata dia.
Sultan juga meminta aparat keamanan memperketat penjagaan seluruh tempat ibadah, tidak hanya saat memperingati hari-hari besar keagamaan.
"Entah itu masjid, gereja, atau pura tidak hanya pada saat hari besar keagamaan, tetapi dalam kewajiban ibadah seperti misa pada Minggu tadi pagi aparat juga harus hadir," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Kewaspadaan itu baik dalam arti yang terbuka dengan memakai seragam maupun yang tertutup. Termasuk Babinsa dan Babinkamtibmas, termasuk Jagawarga dari awal harus bisa mencegah, jangan sampai terlambat," imbuh dia.
Saat ini, Suliyono sudah ditangkap. Dia dilumpuhkan dengan tembakan saat mencoba melawan polisi.