Sri Suprihartinah, Wujud Kartini Masa Kini Dari Semarang

20 April 2019 22:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sri Suprihartinah pengemudi bus BRT Koridor 1 jurusan Mangkang Penggaron. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sri Suprihartinah pengemudi bus BRT Koridor 1 jurusan Mangkang Penggaron. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
ADVERTISEMENT
Bangsa Indonesia sejak 55 tahun silam, melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 108 menetapkan tanggal 21 April sebagai hari Kartini. Kartini merupakan sosok yang dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
ADVERTISEMENT
Sosok Kartini sendiri, kini acapkali disematkan pada perempuan yang giat sebagai seorang aktivis ataupun teguh dalam memperjuangkan haknya.
Di Semarang, ada yang menarik, jika umumnya angkutan transportasi seperti bus dikemudikan oleh pria, maka lain halnya dengan Sri Suprihartinah. Dialah satu-satunya pengemudi wanita di barisan driver BRT Trans Semarang lainnya.
Sosok Kartini masa kini tersebut, berprofesi sebagai pengemudi Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang Koridor 1 jurusan Mangkang-Penggaron. Sri lahir di Jakarta, 6 Juni 1973. Kepada kumparan, Sri mengaku telah berprofesi sebagai pengemudi sejak tahun 1995.
"Saya single parent, jadi tuntutan juga untuk kerja, di sisi lain saya senang nyetir (karena) awalnya biasa bawa mobil. Terus gabung TransJakarta tahun 2007, jurusan Kampung Melayu-Ancol sampai tahun 2016. Terus mengemudikan armada Damri koridor 5 jurusan Harmoni-Lebak Bulus 2016-2018," ujarnya ditemui disela aktivitasnya, Sabtu (20/4).
Sri Suprihartinah pengemudi bus BRT Koridor 1 jurusan Mangkang Penggaron. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Tahun 2018, Sri memutuskan pulang kampung ke Jepara. Namun, kewajibannya sebagai orang tua membuatnya tak bisa tinggal diam. Dia lantas merantau ke Semarang dan mulai bergabung dengan perusahaan rekanan atau konsorsium PT 99 Cahaya untuk menjadi driver Trans Semarang.
ADVERTISEMENT
Rute pertamanya adalah Koridor 1 jurusan Mangkang - Penggaron pada Maret 2019. Tentu tak mudah, apalagi kata Sri, ada perbedaan mencolok dari TransJakarta dan Trans Semarang.
"Kalau TransJakarta kan punya jalur sendiri, di Semarang saya harus ekstra waspada karena jalurnya sama dengan kendaraan lain," kata dia.
"Kerjanya shift. Shift pagi mulai pukul 05.00 WIB, aktivitasnya ya seperti biasa, menyalakan armada untuk melakukan pemanasan mesin, kalau siang mulai 11.00 WIB siang," tambahnya.
Meski pengalamannya mengendarai kendaraan angkutan transportasi terbilang cukup lama, Sri mengaku menjadi pengemudi BRT Trans Semarang ada keseruan tersendiri. "Seru sih, penumpang yang naik banyak yang kaget, kalau lihat ternyata drivernya cewek. Kadang malah sengaja ngecek ke ini drivernya cewek apa bukan," katanya.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Sri mengaku masih seringkali mendapatkan sindiran baik dari rekan sesama driver maupun orang lain yang tahu soal pekerjaannya.
Sri Suprihartinah pengemudi bus BRT Koridor 1 jurusan Mangkang Penggaron. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
"Sering dikatain, ngapain sih cewek nyetir? Enggak ada kerjaan lain aja. Jadi, wanita ya harus yakin aja kalau memang kita benar, bisa dan punya kemampuan. Jawab semua sebagai profesionalitas," ujarnya.
Saat ditanya apakah keluarga tidak keberatan dengan pekerjaannya, Sri mengaku hingga sampai saat ini, keluarganya selalu mendukung. "Keluarga sangat support dan mendukung pekerjaan saya," imbuhnya.
Bahkan, dari pekerjaan yang digelutinya 15 tahun terakhir ini, Sri juga berhasil mengantarkan anaknya hingga ke perguruan tinggi.
"Anak saya yang saat ini kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), juga sangat bangga. Dia enggak malu punya ibu sopir BRT," tukasnya.
ADVERTISEMENT