news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Suara Emak-Emak Penikmat FTV Azab

24 Oktober 2018 16:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menonton FTV azab. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menonton FTV azab. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sri Retno Wiryanti (46) tak berkedip melihat keranda jenazah terguling dan tertimpa reruntuhan bangunan. Bukan di kehidupan nyata, tapi adegan tak lazim itu dia saksikan dalam film televisi (FTV) bertema “Azab” yang tayang di Indosiar.
ADVERTISEMENT
Bagi Retno, tayangan semacam itu dapat mengisi waktu luangnya saat di rumah sendirian. Di saat anggota keluarga lain sibuk bekerja dan beraktivitas di luar rumah. Dia menontonnya untuk membunuh waktu hingga azan Maghrib tiba.
Bukan cuma itu, kisah-kisah dalam FTV 'Azab' dipercaya Retno mampu mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Misalnya, untuk belajar menjadi pribadi yang ikhlas dan tidak berbuat jahat pada orang lain.
“Sebenarnya sih bagus film itu. Mau hoaks mau enggak pokoknya pasti ada azab itu,” kata Retno saat berbincang dengan kumparan di kediamannya di Sawangan, Depok, Rabu (23/10).
Sri Retno Wiryanti, pemirsa FTV Azab. (Foto: Rizki Baiquni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sri Retno Wiryanti, pemirsa FTV Azab. (Foto: Rizki Baiquni/kumparan)
Retno menyebut, lebih suka menonton FTV Azab dibanding tayangan sinetron. Alasannya, kisah dalam FTV ini habis dalam sekali penanyangan. Tidak seperti sinetron yang terdiri dari banyak episode.
ADVERTISEMENT
Terlebih, tayangan berdurasi 2 jam itu dia yakini bukan cerita rekaan belaka. Melainkan kisah nyata yang pernah terjadi di suatu daerah.
“Kayaknya sih diangkat dari kisah nyata, dari buku 'Hidayah',” terangnya.
Walau begitu, dia tidak menampik adanya sejumlah adegan yang tidak masuk akal. Menurut dia, hal itu hanya sedikit bumbu agar tayangan bisa tampil lebih estetik di televisi.
“Kadang-kadang suka enggak masuk akal ngelihat keranda yang tiba-tiba bisa terbang terus nyusruk, ketiban longsor. Nah itu bingung, cuma senang aja ngelihatnya,” tutur dia.
Oleh sebab itu, dia tak peduli dengan pandangan yang menyebut acara semacam itu buruk dan tidak berkualias. Itu karena, Retno percaya azab memang nyata dan orang jahat pasti akan menerima ganjaran. .
ADVERTISEMENT
“Sebenernya begini, kita ambil hikmahnya saja. Kalau kita berbuat seperti itu maka matinya akan seperti itu. Kan enggak mau,” katanya.
Senada dengan Retno, Novita yang berprofesi sebagai penjual masakan Padang juga percaya, azab Ilahi benar-benar ada. Bagi dia, FTV Azab dapat menjadi pengingat agar tak berlaku curang saat berdagang.
“Ya enggak mau (diazab) kayak gitu. Kita ngikutin ajaran Islam juga. Jangan yang melenceng-melenceng banget. Boleh cari untung tapi ya enggak begitu,” tegas Novita di rumahnya, Jati Padang, Jakarta Selatan, Selasa (23/10).
Novita, pemirsa FTV azab. (Foto: Rizki Baiquni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Novita, pemirsa FTV azab. (Foto: Rizki Baiquni/kumparan)
Soal kebenaran cerita di FTV Azab, Novita tak pernah ambil pusing. Dia percaya azab itu ada dan nyata.
Kendati demikian, terkadang dia merasa tak nyaman dengan sejumlah adegan yang terlalu berlebihan. Misalnya adegan kuburan meledak, jenazah masuk ke coran molen, dan adegan janggal lainnya..
ADVERTISEMENT
“Belum ada setahu saya, orang yang kuburannya meledak,” kata dia.
Novita sendiri punya pengalaman yang yang dia duga sebagai azab. Dia pernah melihat jenazah yang sulit dikuburkan karena tubuhnya tidak muat di liang lahat. Namun, setelah kuburan diperlebar, jenazah tersebut berhasil dimakamkan.
Oleh sebab itu, dia menyarankan, agar FTV 'Azab' tak terlalu berlebihan dalam menarasikan siksa Tuhan. Dia pun meminta, agar Indosiar menampilkan cerita secara apa adanya.
“Menurut saya yang itu jangan berlebihan banget. Jangan ditambah-tambahin,” tuturnya.
Terlepas dari adegan berlebihan, FTV 'Azab' juga mampu memberi dampak positif bagi putra Novita yang berusia delapan tahun. Dia menjelaskan, anaknya jadi rajin ibadah dan nurut pada orang tua karena takut diazab seperti dalam film.
ADVERTISEMENT
“Anak saya alhamdulilah banget loh. adzan maghrib langsung ke masjid. Dia takut kayak cerita hidayah yang di Indosiar,” ucap Novita.
Proses pembuatan film azab. (Foto: Facebook/@Vdyaa Sitii Mryam)
zoom-in-whitePerbesar
Proses pembuatan film azab. (Foto: Facebook/@Vdyaa Sitii Mryam)
Hingga saat ini, ada dua stasiun TV yang menyiarkan film bertema azab. Pertama Indosiar yang tayang perdana 1 Juli 2018. Lalu MNCTV dengan program 'Dzolim' yang mulai tayang 13 Agustus 2018.
Di Indosiar, FTV 'Azab' tayang setiap Senin-Sabtu pada saat prime time yakni pukul 17.00 WIB dan 18.30 WIB. Sementara MNCTV menayangkannya setiap hari pukul 16.30 WIB
Dalam riset yang kumparan lakukan, Indosiar memiliki 131 judul film bertema azab. Sedangkan MNCTV memiliki 63 judul. Masyarakat yang punya kesulitan ekonomi menjadi mayoritas subjek yang diazab dalam FTV-FTV tersebut.
ADVERTISEMENT
Pengamat Penyiaran sekaligus Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Nina Mutmainah menilai, tayangan semacam “Azab” jauh dari kata mendidik. Menurut dia, FTV itu sangat simplifikatif dalam menerangkan kenyataan.
“Saya melihat penggambaran azab di sana sangat sederhana sekali, matinya berpola. Orang mati yang nanti ada belatung, kuburan yang enggak bisa digali, jenazah yang jatuh karena orang jahat. Sederhana sekali dan sama sekali tidak mencerdaskan,” kata Nina
Ilustrasi FTV Azab. (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi FTV Azab. (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Meski tidak mencerdaskan, Nina tak menampik bila ada sisi positif dari tayangan itu. Misalnya, agar orang takut berbuat jahat. Namun, dia tetap berpandangan bahwa pengemasan film itu jauh dari kata etis.
“Harusnya itu dikemas dengan cerita dan pengambilan gambar yang lebih baik,” tambah mantan komisoner KPI ini.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia juga menyoroti jam tayang film tersebut yang tidak pantas. Menurutnya, waktu sore menjelang Maghrib itu harusnya menjadi milik remaja.
“Yang lebih memprihatinkan, banyak muncul di jam-jam tayang remaja. Harusnya enggak boleh tuh hantu-hantu yang menyeramkan itu muncul. Harusnya itu muncul di jam-jam dewasa,” katanya.
Ilustrasi remote TV (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remote TV (Foto: Pixabay)
Oleh sebab itu, ia berharap agar orang yang menonton tayangan itu tak menelan isinya mentah-mentah. Ia meminta agar masyarakat dapat bersikap kritis terhadap tayangan semacam itu.
“Bila dibiarkan terus menerus maka akan dianggap tontonan yang seperti itulah yang benar. Kapan masyarakat mau cerdas,” pungkasnya.
Simak selengkapnya dalam topik Membedah FTV Azab