Suharso Monoarfa: Romy Ditangkap, Tekanan Darah Saya Naik
Suharso Monoarfa jatuh dari kasur dan nyaris stroke gara-gara mendengar kabar Romahurmuziy ditangkap KPK.
Berdasarkan aturan partai, seharusnya pengganti Romy ialah satu dari 11 Wakil Ketua Umum PPP. Sementara Suharso bukan waketum. Ia menjabat Ketua Pengganti Majelis A’la (Majelis Tinggi) Partai Persatuan Pembangunan.
Tapi, menurut sejumlah petinggi PPP, ini kondisi darurat. Suharso sendiri mengaku tak punya niat menjadi pimpinan PPP. Baginya, itu tugas berat sementara pemilu tinggal sebulan, yakni 17 April 2019.
PPP kini harus menanggung citra buruk karena penangkapan Romahurmuziy oleh KPK, mengulang nasib ketua umum sebelumnya, Suryadharma Ali. Padahal, tanpa kasus Romy (sapaan Romahurmuziy) pun elektabilitas PPP sudah buruk. Maka, tak berlebihan bila PPP disebut terancam kandas pada Pemilu 2019.
Suharso lantas berujar, “Ini ijtihad politik. (Saya jadi Plt Ketum) karena terjadi kekosongan ketika waketum-waketumnya tidak bersedia.”
Berikut wawancara kumparan bersama Suharso Monoarfa di Apartemen Capital, SCBD, Jakarta Selatan, Senin (18/3).
Bagaimana waktu pertama kali tahu soal penangkapan Romahurmuziy?
Jumat itu (15/3), pukul 08.00 WIB diberi tahu oleh sekjen. Sedih, saya menangis. Terganggu kesehatan saya, sampai saya harus ke dokter. Tekanan darah saya naik, denyut nadi saya juga sudah tinggi. Sedikit lagi itu mendekati stroke.
Saya sempat ke dokter. Yang lucu, dalam keadaan tegang itu, saya masih bisa jalan.
Saya saat itu lagi menemani cucu, minum susu. Saya jatuh dari tempat tidur saking kagetnya. Duh, bala apalagi? Saya bilang inna lillahi wa inna ilaihi.
Langsung membahas penangkapan Romy dengan para pengurus?
Setelah agak tenang, saya undang sekjen, beberapa waketum, dan senior partai. Senior partai minta ketemu, tapi keadaan fisik saya lemah. Datanglah mereka ke rumah.
Mereka ingin tahu sebenarnya prosesnya seperti apa. Kami juga masih menunggu Romy dibawa ke Jakarta. Kami membahas skenario yang terjadi. Kalau kejadiannya A, maka kami harus bagaimana. Kalau kejadian B bagaimana, kalau C bagaimana, sampai kalau terburuk. Karena ini tinggal 30 hari menjelang pilpres.
Skenario apa saja yang dibahas?
Skenario kalau ketum dinyatakan tersangka, apa yang harus dilakukan. Kedua, kalau ternyata ketum tidak dijadikan tersangka. Ketiga, penyelidikannya masih jalan.
Kalau penyelidikan kan tinggal naik lagi jadi penyidikan, itu bagaimana. Kemungkinan-kemungkinan itu kami bicarakan. Dari yang terbaik sampai yang terburuk.
Bagaimana proses pemberhentian Romy?
Sabtu pagi saya diberi tahu kalau mau ada rapat, dihadiri ketua-ketua majelis. Sebelum rapat resmi, sudah ada rapat semi-formal. Lalu Mbah Moen menyampaikan fatwanya. Fatwa itu kemudian dibawa ke dalam rapat formal.
Proses penunjukan Anda sebagai pengganti Romy seperti apa?
Saya sedang makan. Saya pikir itu rapatnya DPP, jadi saya tak perlu hadir. Saya makan saja di ruang sebelah.
Lalu saya dipanggil, disuruh duduk dekat Mbah Moen, dan tangan saya dipegang. Lalu saya dimintai pendapat oleh Mbah Moen, ‘Siapa (ketumnya), Pak Harso?’
Saya bilang ini harus waketum karena ketentuannya mengatakan begitu. Saya usul dua nama, Arwani Thomafi dan Mardiono. Yang paling senior Mardiono.
Respons Mbah Moen atas dua nama yang diusulkan bagaimana?
Mbah Moen bilang, kalau waketum enggak ada dan tidak ada yang mau, calonnya harus dinaikkan (diambil) dari Majelis A’la (Majelis Tinggi PPP). Tapi di konstitusi partai tidak disebutkan itu, jadi ini sifatnya disepakati.
Kemudian disebutlah (nama-nama anggota) Majelis Tinggi siapa saja. Saya urut, pertama Lukman (Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama). Tapi katanya kalau Lukman lagi berat.
Terus saya bilang Zarkasih Nur, tapi terlalu senior. Lalu ada Emron Pangkapi, tapi sudah lama tak aktif dan sudah Komisaris BUMN. Lalu saya kasih nama Akhmad Muqowam.
Lalu Mbah Moen ngomong, tangan saya terus dipegang, “Jadi Pak Suharso , selamatkan partai.”
“Oh tunggu dulu,” saya bilang ke Mbah, “Kalau begitu Mbah saja.” Beliau bilang, “Jangan, masa saya? Saya ini sudah 92 tahun.”
Terus akhirnya dipegang tangan saya, beliau bilang, “Pak Suharso ya, selamatkan partai.”
Saya tanya, “Maksudnya, Mbah?”
“Ya sudah, selamatkan partai. Tidak boleh bilang tidak.” Itu fatwa kan.
Padahal menurut AD/ART, seharus waketum yang menggantikan ya?
Ini ijtihad politik. Karena terjadi kekosongan, ketika waketum-waketumnya tidak bersedia. Bukan tidak bersedia sebenarnya, ada yang bersedia. Istilahnya, menarik haknya karena menghormati fatwa Mbah Moen.
(Fatwa Mbah Moen) dihormati. Yang menghormati bukan hanya yang punya hak veto. Saya juga menghormati. Kami hormat. Kalau enggak hormat sama ulama, berarti kami partai nasionalis.
Anda kaget ditunjuk jadi Plt Ketum?
Ya, saya waktu itu agak kaget, karena saya pikir main-main saja. Kalau ada yang mau mengusulkan saya, itu kan seperti enggak mungkin.
Anda harus memimpin PPP, yang ketua umumnya baru ditangkap KPK, hanya sebulan menjelang pilpres. Sepertinya tak mudah, ya?
Selamanya, di dalam suatu kesulitan pasti ada kemudahan. Kan Islam mengajarkan begitu. Inna ma'al 'usri yusran, (sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan).
Pada hari yang sama, istri saya hampir mengalami kecelakaan nahas.
Sabtu (16/3), istri Suharso, Nurhayati Effendi Monoarfa yang duduk di Komisi V DPR, sempat menumpang helikopter yang kemudian jatuh di Tasikmalaya, Jawa Barat. Nurhayati saat itu sedang melakukan kunjungan kerja bersama Kementerian PUPR. Ia turun dari helikopter sebelum heli itu kembali mengudara lalu jatuh.
Jadi kemarin saya disuruh jadi ketua umum, tapi dalam keadaan kayak begini (sakit). Mungkin kalau istri saya mengalami kejadian nahas itu (mengalami kecelakaan helikopter), saya enggak mau, saya akan menolak jabatan (ketum partai).
Tapi ya ini tantangan yang harus saya selesaikan, dan sebagai seorang pemimpin kan tidak boleh lari.
Penangkapan Romy tentu berpengaruh terhadap partai?
Ya tentulah. Bohong kalau enggak.
Apa target Anda kini sebagai Plt Ketum?
Pertama, partai harus lolos PT (parliamentary threshold). Lolos PT dalam keadaan seperti ini, wah, tantangan yang luar biasa berat.
Sebelumnya, survei PPP juga sedang turun. PPP itu selama ini surveinya rendah, tetapi tidak pernah begini.
Agenda dalam Mukernas, Rabu (20/3), untuk menegaskan Anda sebagai Plt Ketum dan Ketum?
Ya, dan memperkuat, menegaskan kembali hasil Rakernas yang harus dilaksanakan oleh semua, dan menegaskan PPP tetap mendukung pencalonan Presiden Jokowi.
Penunjukkan Anda sebagai Plt Ketum disebut sebagian pengurus melanggar AD/ART dan terlalu cepat?
Ya, itu sebuah demokrasi. Tetapi saya protes kalau dikatakan bahwa kami ini berpolitik tidak dengan hati.
Kasihan DPP kalau tidak ambil keputusan cepat, karena tinggal punya waktu 30 hari (sebelum pemilu). Mau kapan lagi?
Menurut AD/ART Pasal 11, (ketum) sudah harus diberhentikan. Yang terbawa-bawa itu kan partai. Anda bayangkan kalau nanti tanggal 17 April itu, kami dengan ketua umum yang posisinya masih seperti itu (tersangka KPK).
Atau, kami tunggu satu minggu saja. Satu minggu kan berarti kami cuma punya waktu 3 minggu (sebelum pemilu). Tidak bisa (siap pemilu).
Jadi saya salut, hormat, dan respek (kepada partai) karena langsung ambil keputusan.
Menurut Anda, tantangan berat 30 hari jelang pencoblosan ini apa?
Mengembalikan rasa percaya diri kader. Itu tantangan berat. Rasa percaya diri bagi bukan hanya kader partai di bawah, juga wabil khusus para calegnya. Juga mengembalikan kepercayaan publik yang tadinya sudah memilih atau sudah mengambil ancang-ancang untuk memilih PPP, supaya mereka tidak menarik kembali keinginannya itu.
Apakah posisi Anda di Dewan Pertimbangan Presiden akan dilepas jika menjabat Ketua Umum PPP?
Iya, pasti. Saya akan ajukan surat (mundur dari Wantimpres) dalam waktu dekat. Begitu confirm (Suharso Monoarfa Ketum PPP), maka saya harus langsung ajukan.