Suhu Panas Timur Tengah Tak Berdampak di Indonesia

1 Juli 2019 11:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gurun pasir. Foto: Dubai Tourism Board
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gurun pasir. Foto: Dubai Tourism Board
ADVERTISEMENT
BMKG memastikan suhu panas yang melanda Timur Tengah tidak berpengaruh di Indonesia. Selama Juni 2019, Badan Meteorologi Dunia (WMO) mencatat suhu maksimum tertinggi di Timur Tengah terjadi di Iraq sebesar 50,4 derajat Celcius dan Kuwait sebesar 51,4 derajat.
ADVERTISEMENT
Suhu panas di Timur Tengah tersebut diakibatkan oleh perluasan gelombang panas yang melanda India beberapa minggu sebelumnya dan menjalar ke Pakistan, Afghanistan, Turki, Iran, hingga Arab Saudi. Suhu di lokasi-lokasi tersebut bervariasi, mulai dari 34 derajat Celsius hingga 51 derajat Celsius.
BMKG menjelaskan, suhu tinggi ini merupakan pola klimatologis yang terjadi di wilayah Timur Tengah selama Juni, Juli, dan Agustus. Hal ini disebabkan oleh gerak semu tahunan matahari di belahan bumi sebelah utara.
Biasanya, kondisi ini juga didukung oleh faktor geografis wilayah tersebut yang umumnya memiliki iklim gurun. Sehingga, kandungan uap air di wilayah itu lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya.
Sementara itu, berdasarkan hasil simulasi proyeksi iklim multi-model pada periode 2020-2030, suhu di Indonesia memang akan meningkat sekitar 0,2 hingga 0,3 derajat Celsius. Namun, BMKG memastikan, suhu tertinggi di Indonesia tidak akan mencapai 40 derajat Celsius.
ADVERTISEMENT
Kenaikan suhu tertinggi diprediksi akan terjadi di sebagian Sumatera Selatan, bagian tengah Papua, dan sebagian Papua Barat. Kenaikan suhu tersebut, menurut BMKG, disebabkan oleh fenomena global warming.
Sehingga, kejadian suhu tinggi di Timur Tengah tidak bisa dikaitkan dengan naiknya suhu di Indonesia. Sebab, selain karena sistem sirkulasi udara yang berbeda, suhu panas yang mencapai lebih dari 50 derajat Celsius juga sangat kecil peluangnya terjadi di Indonesia.